Sejarah Candi Borobudur: Warisan Dunia Simbol Dinasti Syailendra

Sejarah Candi Borobudur: Warisan Dunia Simbol Dinasti Syailendra

Santo - detikJateng
Jumat, 12 Mei 2023 16:42 WIB
Ancient Buddha statue and stupa at Borobudur temple in Yogyakarta, Java, Indonesia.
Sejarah Candi Borobudur: Warisan Dunia Simbol Dinasti Syailendra. Foto: Getty Images/iStockphoto/platongkoh
Solo -

Candi Borobudur adalah salah satu bangunan bersejarah peninggalan Dinasti Syailendra. Di balik kemegahannya, Candi Borobudur yang terletak di Jawa Tengah itu menyimpan sejarah panjang.

Candi Borobudur terletak di antara beberapa pegunungan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi kolosal satu ini merupakan tempat ibadah penganut agama Budha yang sudah berumur lebih dari 1000 tahun.

Dikutip dari laman Indonesiabaik yang dikelola oleh Kominfo, Candi Borobudur ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 1991.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, bagaimana sejarah Candi Borobudur yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik dan internasional ini? Berikut pembahasan lengkapnya yang sudah dirangkum detikJateng.

Sejarah Candi Borobudur

Pembangunan Candi Borobudur

Menurut laman resmi Badan Otorita Borobudur, pembangunan Candi Borobudur dimulai sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra. Prasasti Kayumwungan mencatat Candi Borobudur dibangun selama hampir 100 tahun dan selesai dibangun pada 26 Mei tahun 824 M.

ADVERTISEMENT

Candi Borobudur dibangun untuk memuliakan Buddha Mahayana, sebagai kepercayaan yang banyak dianut masyarakat pada waktu itu. Namun jika dibandingkan dengan usianya, penggunaan Borobudur sebagai tempat ziarah penganut agama Budha sangatlah singkat yaitu sekitar 150 tahun.

Dengan berakhirnya Kerajaan Mataram pada tahun 930, pusat kehidupan ekonomi, politik, dan budaya Jawa pun bergeser ke timur dan Candi Borobudur mulai dilupakan oleh masyarakat. Hingga akhirnya hutan belantara menutupi Candi Borobudur setelah gempa dan tanah longsor kerap terjadi dan menimpa Candi Borobudur.

Penemuan Candi Borobudur

Mengutip laman Kemdikbud, Candi Borobudur pertama kali ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles pada tahun 1814 ketika Inggris menduduki Indonesia. Candi Borobudur ditemukan Raffles ketika ia melakukan perjalanan ke Jawa Tengah.

Dalam perjalanan tersebut ia menemukan kumpulan batu bergambar yang tertutup semak belukar. Raffles kemudian menugasi seorang insinyur untuk mengadakan penelitian dan 200 orang untuk menebangi pohon, membakar semak-semak, dan menggali tanah yang mengubur seluruh badan Candi Borobudur.

Proses penggalian tersebut berlangsung selama bertahun-tahun. Hingga akhirnya pada 1835, Candi Borobudur kembali bertengger bebas di atas bukit dengan bagian kakinya yang masih terselubung tanah.

Pemugaran Candi Borobudur

Dalam buku 'Borobudur' (1983) oleh Panitia Nasional Peresmian Berakhirnya Pemugaran Candi Borobudur dijelaskan bahwa pemugaran Candi Borobudur pertama kali dilakukan oleh insinyur asal Belanda, Theodoor van Erp pada awal abad ke-20. Melalui arahannya, stupa-stupa yang berserakan disusun kembali, jalur jalan ditata kembali di atas teras-teras, serta ukiran-ukiran dikembalikan pada kedudukan aslinya.

Upaya van Erp selama tahun 1907-1911 telah berhasil mengembalikan sebagian besar kejayaan Borobudur pada masa lalu. Namun, upayanya tersebut juga membuka fakta bahwa terkuburnya Borobudur merupakan fase paling aman bagi keberadaan Borobudur karena terlindungi dari cuaca.

Sedangkan kegiatan penggalian dan pemugaran yang tidak dilakukan secara menyeluruh justru mempercepat kerusakan Candi Borobudur. Pasca Perang Dunia II ketika Indonesia lahir, negara ini memperoleh warisan budaya yang sangat berharga, namun terancam runtuh.

Upaya pemugaran kemudian dilakukan dengan meminta bantuan kepada UNESCO pada tahun 1955. UNESCO kemudian mengutus Prof. DR. C. Coremans untuk meneliti dan memperjelas kondisi Candi Borobudur.

Hingga akhirnya pemugaran secara keseluruhan dilakukan setelah pertemuan internasional di Yogyakarta pada awal 1971. Pemugaran tersebut mencakup:

Pembongkaran seluruh bagian rupadhatu, yaitu lima tingkat segi empat di atas kaki candi.

Pembersihan dan pengawetan batu-batu kulit satu persatu.

Pemasangan pondasi beton bertulang untuk mendukung candi pada tiap tingkat dan menyediakan saluran-saluran air di dalam konstruksinya.

Penyusunan kembali batu-batu kulit yang sudah bersih dari kotoran dan jasad-jasad renik (lumut, cendawan, dan mikroorganisme lainnya) di tempat semula.

Demikian sejarah Candi Borobudur yang menjadi warisan dunia peninggalan Dinasti Syailendra. Semoga bermanfaat, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Santo, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(dil/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads