Sempat Absen 3 Tahun, Begini Meriahnya Pawai Ogoh-ogoh di Magelang

Sempat Absen 3 Tahun, Begini Meriahnya Pawai Ogoh-ogoh di Magelang

Eko Susanto - detikJateng
Selasa, 21 Mar 2023 18:24 WIB
Suasana pawai ogoh-ogoh di Magelang, Selasa (21/3/2023)
Suasana pawai ogoh-ogoh di Magelang (Foto: Eko Susanto/detikJateng)
Magelang -

Setelah sempat absen selama tiga tahun karena pandemi COVID-19, pawai ogoh-ogoh di Magelang berlangsung meriah. Sepanjang jalan di lokasi pawai dipenuhi masyarakat yang antusias menonton dua ogoh-ogoh yang diusung.

Pantauan detikJateng, pawai ogoh-ogoh diawali dari Artos Mall Magelang. Kemudian menyusuri Jalan Sarwo Edhie Wibowo lalu dibawa menuju Pura Wira Buwana Kompleks Akmil Magelang.

Ogoh-ogoh yang diarak ada dua yaitu berbentuk menyerupai Batara Kala berkepala tiga sebagai simbol sifat buruk. Kemudian, yang satunya Hanoman sebagai simbol sifat baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada dasarnya pawai ogoh-ogoh ini adalah bagian daripada rangkaian untuk menetralisir dari sifat-sifat buruk. Baik sifat buruk yang dialami manusia, setiap hari bekerja dan sebagainya. Sifat-sifat negatif itu diwujudkan menjadi ogoh-ogoh itu dalam bentuk Batara Kala," kata sesepuh Hindu Magelang, I Made Pipil, kepada wartawan di Pura Wira Buwana, Selasa (21/3/2023).

"Pawai ogoh-ogoh tidak dilaksanakan selama 3 tahun karena pandemi. Makanya, ini kita laksanakan," sambung dia.

ADVERTISEMENT

I Made Pipil mengatakan saat ini umat Hindu melaksanakan tawur kesanga. Adapun tawur kesanga merupakan upacara menetralisir sifat-sifat buruk atau negatif dari manusia.

"Besok dilaksanakan rangkaian berikutnya yaitu Hari Raya Nyepi. Hari Raya Nyepi yang pertama untuk menyambut tahun baru Saka 1945/2023 M. Kemudian, kedua menyambut tahun baru pada umumnya ramai, tapi bagi umat Hindu khusus di Indonesia atau Bali, ada ajaran menyambut itu melaksanakan empat brata atau catur brata penyepian," katanya.

Made Pipil lalu memerinci catur brata penyepian itu. Mulai dari amati geni untuk mengendalikan hawa nafsu hingga amati lelanguan atau tidak berhura-hura.

"Satu, amati geni, secara fisiknya tidak berapi-api, tapi secara simbolis bahwa kita harus bisa mengendalikan api nafsu.Yang kedua, amati karya atau tidak bekerja. Kalau tidak bekerja berarti hening, kita akan bisa melihat dengan jelas, introspeksi diri," tuturnya.

"Kemudian amati lelungan atau tidak bepergian. Kemudian, amati lelanguan atau tidak berhura-hura. Jadi, empat inilah yang kita lakukan dalam kehidupan sebagai manusia agar bisa memasuki kesucian," sambungnya.

Suasana pawai ogoh-ogoh di Magelang, Selasa (21/3/2023)Suasana pawai ogoh-ogoh di Magelang, Selasa (21/3/2023) Foto: Eko Susanto/detikJateng

Sementara itu, salah satu warga Tidar Dudan, Kota Magelang, Lana Rahmawati (32), mengaku tahu informasi pawai ogoh-ogoh dari Instagram. Kemudian anak-anaknya antusias untuk melihat pawai tersebut.

"Saya baru kali ini lihat ada ogoh-ogoh, tapi ternyata seru juga. Tadi pagi, kami ikut pawai menjelang Ramadan, saat ini ada pawai ogoh-ogoh. Saya melihat Kota Magelang ini bagus, kota yang layak untuk semua keberagaman agamanya bagus. Waktu tadi (pawai) Ramadan ada barongsai dan sebagainya, saat ini banyak umat muslim yang ikut partisipasi disini (menonton)," tutur Lana.




(ams/ahr)


Hide Ads