Sebanyak tujuh ogoh-ogoh meramaikan pawai saat pengerupukan atau sehari menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1947, di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (28/3/2025).
Tujuh ogoh-ogoh tersebut terdiri dari enam ogoh-ogoh besar dan satu ogoh-ogoh kecil. Sekitar 30 orang umat Hindu mengarak ogoh-ogoh tersebut. Ketua Panitia, I Gusti Ngurah Eka Negara Suantara, menjelaskan tujuh ogoh-ogoh disiapkan selama satu bulan sebelum pameran ini.
"Kami siapkan ogoh-ogoh ini selama sebulan untuk persiapannya. Kami hanya bisa lima awalnya sesuai dengan budget yang ada, tetapi syukur bisa dilakukan penambahan dua lagi jadi tujuh ogoh-ogoh," ujar Eka, Jumat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengakui jumlah ogoh-ogoh tahun ini mengalami penurunan dari tahun lalu yang mencapai 12 ogoh-ogoh.
"Memang kalau dilihat ogoh-ogoh tahun ini agak berkurang. Karena pembuat ogoh-ogoh ini ada yang sudah pindah ke Bali, untuk pembuatan ogoh-ogoh ini ada arsiteknya dan tidak semua bisa melakukan," jelas Eka.
Menurut dia, pembuatan satu ogoh-ogoh menghabiskan anggaran sekitar Rp 5 juta. Dananya diperoleh dari urunan umat Hindu Kupang dan bantuan dari sejumlah pihak.
"Ogoh-ogoh ini dibuat dari sumbangsih umat Hindu di sini dan ada bantuan dari beberapa pihak yang mendukung kami, sehingga sukses kegiatan ini. Ogoh-ogoh ini dibuat dari berbagai bahan bekas," pungkas Eka.
Sementara itu, Wali Kota Kupang Christian Widodo mengungkapkan sejak dilantik bersama Wakil Wali Kota Kupang Serena Francis, pawai ogoh-ogoh merupakan kegiatan keagamaan pertama yang diikuti keduanya.
"Ini pertama kali kami melaksanakan hari raya keagamaan. Keluarga etnis Bali ke depan kalau ada kritikan atau masukkan ke depannya bisa langsung menyampaikan kepada kami, untuk ditindaklanjuti oleh kami pemerintah Kota Kupang," tutur Christian dalam sambutannya.
Menurut dia, pawai ogoh-ogoh akan dijadikan salah satu wisata religi di Kota Kupang. Dia juga berharap ajang tersebut selain bisa menjadi hiburan ini juga dapat meningkatkan UMKM di Kota Kupang.
"Wisata religi di sini bisa mengembangkan umat Hindu atau etnis Bali di Kota Kupang kami akan dukung baik secara ixin maupun anggaran," ujar Christian.
Salah satu warga Kota Kupang, Ikra (53), mengaku terhibur menyaksikan pawai ogoh-ogoh. "Kami sangat terhibur dengan tarian ogoh-ogoh ini. Sebelum kami buka puasa, kami disajikan pentas yang sangat baik. Ini mencerminkan Kota Kupang yang toleransinya tinggi," urai dia.
(/hsa)