Perayaan Imlek selalu identik dengan pertunjukan liong dan barongsai. Kesenian asal China ini selalu tampil di perayaan, baik di kelenteng, mal hingga jalan-jalan kampung di Solo.
Kelompok barongsai di Solo yang cukup terkenal adalah Tripusaka. Kelompok barongsai yang berbasis di Kelenteng Gerbang Kebajikan itu memiliki segudang prestasi dan memenangkan berbagai lomba tingkat nasional.
Pembina Barongsai Tripusaka, Adji Chandra mengatakan saat ini pihaknya sudah mengoleksi puluhan piala. "Ada sekitar 70 piala," kata dia saat ditemui di kelenteng, Minggu (15/1/2023).
Uniknya, sebagian besar pemain barongsai di Tripusaka justru bukan anak-anak Tionghoa. Kebanyakan pemain justru beretnis Jawa.
"Kalau berbicara dari ras 90 persen orang Jawanya, hanya satu dua saja bisa dihitung dengan jari orang Tionghoa," katanya.
Menurutnya, anggota kelompok Barongsai Tripusaka ada sekitar 80 orang. Saat Imlek, biasanya mereka dibagi atas beberapa kelompok dan bermain di beberapa lokasi sekaligus.
Bukan hanya etnisnya yang beragam. Para pemain barongsai di Tripusaka ternyata juga memiliki beragam latar belakang agama.
![]() |
"Kalau bicara masalah anggota, anggota saya beraneka ragam dari yang agama Islam sama Kristen, Katolik, yang Konghucu hanya satu dua," ujarnya.
Dia bercerita, kelompok tersebut berdiri pada 1999. Saat itu jumlah anak keturunan Tionghoa yang masuk dalam kelompok itu sekitar 30 persen.
Semakin lama, pihaknya semakin kesulitan untuk mendapatkan peminat baru dari anak-anak keturunan Tionghoa. Justru anak-anak bersuku Jawa lebih antusias untuk bergabung.
"Dari awal memang sudah campur, dulu Tionghoa bisa 25 sampai 30 persen, sekarang karena banyak yang kerja di luar kota hanya tinggal 10 persen," ujarnya.
Adjie tidak mempermasalahkan apabila untuk pemain lebih banyak orang Jawa ketimbang orang Tionghoa. Dia berharap generasi Tionghoa mau melestarikan kebudayaan Tionghoa.
"Bagaimanapun juga itu budaya atau tradisi kesenian leluhur yang sekarang sudah diterima masyarakat, kalau nggak mau jadi pemain barongsai paling mengerti makna dan filosofinya," pungkasnya.
(ahr/ams)