Seorang tokoh Tionghoa bernama Oei Ing Kiat pernah menjabat sebagai Adipati Lasem pada saat itu. Oei Ing Kiat yang merupakan seorang Tionghoa Muslim memimpin Kadipaten Lasem sekitar tahun 1720-1750.
"Oei Ing Kiat itu orang Tionghoa yang beragama muslim yang dinobatkan sebagai Adipati Lasem sekitar tahun 1730-an atau 20-an. (Penobatan) Itu sebelum meletusnya Perang Kuning, kalau Perang Kuning kan 1741. Sebelum itu, Oei Ing Kiat sudah dinobatkan sebagai adipati, sampai 1750-an, karena pada saat itu kadipatennya dipindah ke Rembang," tutur Exsan Ali Setyonugroho, Salah satu sejarawan asal Lasem.
Kata Exsan, Oei Ing Kiat merupakan seorang saudagar kaya, namun sosoknya rendah hati atau tidak suka menampakkan kehebatannya di depan umum. Selain itu, juga dikenal sebagai seorang yang bijaksana.
"Dia (Oei Ing Kiat) saudagar kaya-raya yang dermawan, tidak mencirikan orang China yang pelit dan angkuh. Low profile, menghormati orang-orang Jawa secara kebudayaan. Bahkan dia berteman akrab dengan Raden Panji Margono yang seharusnya menjadi Adipati," ujar Exsan saat ditemui detikJateng di rumahnya, di Desa Dasun, Lasem, Sabtu (14/1/2023) sore.
Sebagai Adipati Lasem, Oei Ing Kiat dikenal sebagai seorang pemimpin yang cekatan pada permasalahan yang sedang terjadi.
Misalnya saat kejadian peristiwa pilu pembantaian orang-orang Tionghoa di Batavia yang dilakukan oleh VOC. Pada saat itu banyak orang-orang Tionghoa yang mencari perlindungan ke Lasem, dan Oei Ing Kiat sebagai Adipati Lasem bersedia menolong.
"Sangat terbuka dengan penderitaan orang lain. Ketika di Batavia ada pembantaian orang-orang Tionghoa di Kaliangke, itu Oei Ing Kiat sebagai Adipati menerima eksodus atau diaspora orang-orang yang selamat dari pembantaian oleh VOC di Batavia. Mereka kan lari ke sini (Lasem), tahun 1740. Mereka meminta perlindungan juga," ungkap Exsan.
Secara keturunan, Exsan menuturkan, Oei Ing Kiat merupakan keturunan dari Badranala yang kemudian sampai ada hubungannya dengan Bi Nang Un.
"Beliau itu adalah leluhurnya, Badranala. Keturunan Badranala, yang kemudian sampai ke Bi Nang Un. Karena di Lasem itu kan perkawinan antaretnis sangat masif. Jadi Oei Ing Kiat itu Tionghoa Peranakan," pungkas Exsan.
(ahr/ahr)