Kisah Nyi Blorong Panglima Ratu Kidul dan Tumbal Pesugihannya

Kisah Nyi Blorong Panglima Ratu Kidul dan Tumbal Pesugihannya

Ari Purnomo - detikJateng
Selasa, 27 Des 2022 21:02 WIB
A multi-colored pattern of blue smoke of a mystical shape in the form of a face and a ghosts head or a strange creature on a black isolated background. Abstract pattern in of waves and steam
Ilustrasi mistis (Foto: Getty Images/iStockphoto/Aleksandr Kondratov)
Solo -

Sosok Nyi Blorong konon selain dikenal sebagai panglima perang Kanjeng Ratu Kidul juga lekat dengan kisah pesugihan. Tidak sedikit cerita yang mengisahkan para pencari pesugihan meminta kekayaan dari sosok yang berparas cantik dan bertubuh setengah ular itu.

Mengenai kisah ini, banyak sekali versinya. Seperti ditulis oleh K.H. Muhammad Sholikhin dalam bukunya berjudul, 'Kanjeng Ratu Kidul dalam Perspektif Islam Jawa'. Dalam buku tersebut dikisahkan mengenai versi kelahiran Nyi Blorong yang diakui anak Kanjeng Ratu Kidul hingga akhirnya dikenal dengan cerita pesugihannya.

Dalam buku tersebut dijelaskan Nyi Blorong menetas dari sebuah telur yang dititipkan kepada seorang pertapa bernama Ki Ageng Tambir di gua yang sekarang disebut Karang Bolong di Pelabuhan Ratu. Kala bertapa itu, Ki Ageng Tambir diberi tugas oleh Kanjeng Ratu Kidul menunggu saat-saat telur di dalam kotak kaca menetas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat itu mendadak datang seleret sinar yang menghujam masuk ke dalam goa. Sinar tersebut menghantam kotak kaca, dan kemudian kota tersebut pecah dengan disertai suara ledakan yang menggelegar," tulis Sholikhin di dalam buku itu seperti dilihat detikJateng, Selasa (27/12/2022).

Ki Ageng Tambir melihat ada seekor ular kecil. Awalnya Ki Ageng Tambir kecewa melihat ular tersebut, tetapi ia terkejut ketika ular itu terus membesar sampai menyerupai naga.

ADVERTISEMENT

"Seiring dengan perubahan cuaca yang kian terang, ular naga yang besar tersebut pelan-pelan juga berubah wujud menjadi seorang gadis remaja yang sangat cantik," terang Sholikhin dalam buku itu.

Berselang satu purnama kemudian, gadis cantik itu diberi nama Ratu Kidul yakni Nyi Blorong. "Nama yang cukup menggetarkan bagi yang mendengarkan," kata Sholikhin.

Sejak pemberian nama Nyi Blorong itu, Ki Ageng Tambir tak diperbolehkan lagi berada di dalam gua. Gua itu lalu dikenal sebagai Gua Pesugihan.

Ki Ageng Tambir pun didapuk menjadi juru kunci di gua tersebut. Ia juga mempunyai tugas untuk mengantar siapa pun yang ingin mencari pesugihan.

"Ki Ageng Tambir mempunyai tugas untuk mengantar siapa saja yang ingin berhubungan dengan Nyi Blorong sekaligus menjelaskan syarat-syarat dan risiko besarnya," terang buku itu.

Sholikhin pun menyebut para pencari pesugihan Nyi Blorong akan diminta menyediakan tumbal sebagai ganti kekayaan yang diraihnya.

"Menurut penuturan berbagai kalangan spiritualis, terkadang orang yang bekerja sama dengan Nyi Blorong, sebenarnya juga sudah diingatkan. Misalnya sebelum terjun ke dalam kancah kesyirikan tersebut, sang juru kunci sudah mengingatkan berbagai akibat dan risikonya, termasuk bahwa jika ia lupa dan tidak ada tumbal yang dipersembahkan, maka dirinyalah yang harus menjadi gantinya secara paksa," urainya.

"Jika hal ini tidak disanggupi, maka kontrak kerja sama tidak berlaku. Selain itu, pada tahap-tahap awal menerjuni lelaku syirik tersebut, sebenarnya yang bersangkutan terkadang diingatkan dengan cara diperlihatkan akibat dari mereka yang sudah meninggal, yang selama hidupnya menempuh jalan sesat tersebut," sambung dia.

Salah satu pegiat sejarah dari Solo Societeit, Dani Saptoni menyebut kisah pesugihan Nyi Blorong ini banyak versinya. Salah satunya seperti yang ada di serat Centini. Dalam serat tersebut diceritakan bahwa Nyi Blorong punya pasangan Joko Linglung.

"Cerita itu juga melatarbelakangi munculnya Bledug Kuwu di Grobogan. Nyi Blorong mempunyai paras yang sangat cantik, dan mengenai pesugihan itu muncul karena folklor yang ada," tuturnya.

"Di salah satu makam Syekh Joko di daerah Pedan, Klaten. Beliau merupakan seorang wali keturunan Demak. Kemudian jatuh cinta dengan salah satu putri dari Kanjeng Ratu Kidul (Nyi Blorong)," imbuhnya.

Kisah Nyi Blorong dan pesugihan selengkapnya di halaman berikut....

Dani menyebut cinta dari dua alam yang berbeda itu menuai pertentangan. Syekh Joko pun diminta memenuhi syarat khusus untuk membuat bendungan.

"Dia harus membuat sebuah bendungan di sungai besar di Pedan dalam satu malam. Bendungan itu juga dibuat dari koin dan emas batangan. Setelah berhasil dibuat, Kanjeng Ratu Kidul memerintahkan Nyi Blorong untuk merusaknya. Akhirnya keduanya bertempur, dan Nyi Blorong kalah," urainya.

Syekh Joko berada di pinggir sungai dan di dekatnya ada tempat pesugihan Nyi Blorong. Dani menambahkan, kisah mengenai pesugihan Nyi Blorong ini juga muncul di Juwana, Pati. Di satu tempat di daerah itu terdapat sebuah gundukan tanah yang dipercaya sebagai sarang ular.

"Di tempat itu merupakan kerajaan Nyi Blorong, orang yang ke situ mencari pesugihan. Ada tempat lain yang juga ditengarai sebagai tempat mencari pesugihan, seperti di wilayah Sukoharjo, Baki, dan tempat-tempat lainnya," paparnya.

Halaman 2 dari 2
(ams/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads