Rangkaian acara pernikahan Kaesang Pangarep dengan Erina Sofia Gudono telah dimulai. Usai semakan Al-Qur'an dan pengajian hari ini, acara akan dilanjutkan dengan pemasangan bleketepe dan siraman pada Jumat (9/12/2022) besok. Apa itu bleketepe? Berikut penjelasannya.
Tentang Bleketepe dan Tarub
Menurut jurnal 'Tarub dan Perlengkapannya Sarat dengan Makna dan Filosofi' (Teknobuga Vol 2 No 1, 2015), bleketepe berarti anyaman daun kelapa. Pemasangan bleketepe termasuk dalam serangkaian acara pemasangan tarub.
Tarub atau tarup dalam Bahasa Indonesia berarti atap untuk sementara selama upacara berlangsung. Pemasangan Tarub termasuk salah satu dari adat budaya pengantin Jawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam jurnal karya Endang Setyaningsih, peneliti dari Fakultas Teknik UNNES, itu disebutkan bahwa budaya pemasangan tarub dengan segala kelengkapannya bermula dari zaman Islam masuk ke tanah Jawa.
Kata tarub dipengaruhi oleh Bahasa Arab, yaitu dari kata ta'aruf atau taaruf yang berarti perkenalan atau silaturahmi dalam rangka perjodohan. Tarub juga dikenal sebagai akronim dari frasa Bahasa Jawa, ditata ben ketok murup (ditata biar kelihatan bersinar).
Zaman dulu tarub dibuat oleh para tetangga dan sanak kerabat. Mereka bergotong royong membuat tambahan bangunan bertiang bambu wulung dan beratap anyaman daun kelapa hijau. Anyaman daun kelapa tersebut dalam Bahasa Jawa dinamakan bleketepe.
Pemasangan Bleketepe Lestarikan Adat
Tarub dari masa ke masa mengalami perkembangan dengan aneka bentuk dan variasi serta asal bahannya. Sekarang, sebagian besar dari tarub sudah diganti dengan tenda.
Namun upaya melestarikan adat memasang tarub dan tuwuhan (hasil bumi) hingga kini masih dipertahankan, yaitu dengan memasang bleketepe dengan tuwuhan pada bagian pintu masuk area perhelatan.
Menurut jurnal 'Tradisi Pernikahan Adat Jawa Keraton Membentuk Keluarga Sakinah' (Ibda' Vol 15 No 1, 2017), pasang tarub sebagai tanda resmi bahwa pihak keluarga mempelai pria atau wanita akan mengadakan hajatan.
Makna Dibalik Tarub
Dalam jurnal karya Safrudin Aziz, peneliti dari IAIN Purwokerto, itu disebutkan bahwa hakikat tarub tidak sekadar sebagai hiasan. Tarub juga sebagai lambang suatu permohonan dan harapan agar cinta dalam kehidupan rumah tangga kedua mempelai bakal murub atau menyala terus.
Melansir dari jurnal Safrudin, tarub memiliki ciri khas yang melekat yaitu didominasi oleh hiasan janur, hiasan warna-warni, dan benda-benda lain yang dapat menambah suasana asri. Pemasangan tarub dilakukan pada 2-3 hari sebelum hajatan.
Sederet kelengkapan tarub ada di halaman selanjutnya.
Dikutip dari Ibda' Vol 15 No 1, 2017 halaman 30-31, berikut sederet kelengkapan tarub yang terdiri dari beberapa asesoris natural:
1. Pada tiang gapura dipasang janur kuning
2. Pada tiang-tiang pendopo emperan dan tiang utama pendopo dipasang daun-daun.
3. Pada tiang emperan bagian tepi atap pendopo kiri dan kanannya diikatkan pisang raja berikut batang dan daunnya.
4. Di tepi pintu pendopo tengah ditata menjadi satu dengan tebu arjuna berikut daun-daunnya.
5. Cengkir gading (kelapa muda kuning) yang digantungkan pada tundunan batang tandan pisang pada kiri kanannya.
6. Kiri kanan emperan dan pintu pendopo tengah dihiasi ikatan padi uli 2 ikat, tebu wulung dan kuning 2 batang, daun alang-alang 2 genggam, kemuning 2 ikat, daun beringin 2 ikat, daun kluwih 2 lembar, dan daun puring 2 ikat.
7) Di sekeliling pendopo bagian dalam dihiasi dengan pliapi merah putih dari kertas krep.
Semua perlengkapan di atas mengandung simbol permohonan dan pengharapan agar pelaksanaan acara pernikahan itu mendapatkan berkah dari sang Pencipta sekaligus sebagai sarana untuk menolak gangguan makhluk jahat.