Cerkak adalah kependekan dari cerita cekak atau cerita pendek alias cerpen dalam Bahasa Indonesia. Bedanya dengan cerpen, cerkak ditulis menggunakan Bahasa Jawa. Berikut contoh cerkak atau cerpen dalam Bahasa Jawa.
Selain diterbitkan di koran atau majalah berbahasa Jawa, cerkak juga sering dibukukan. Salah satu buku cerkak yang bisa kamu akses gratis ialah Sandhal Goreng: Antologi Cerkak terbitan Balai Bahasa Yogyakarta, 2010.
Antologi cerkak ini merupakan kumpulan karya tulis pilihan dari beberapa pengarang. Total ada 25 cerkak di buku yang gambar sampulnya cukup nyentrik ini, yakni foto sandal japit gosong berlumur kecap di kardus nasi. Bak ayam bakar, sandal itu menyembul di antara irisan mentimun, kemangi, dan kubis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari situs Rumah Belajar Kemdikbud, buku Sandhal Goreng: Antologi Cerkak terdiri dari 25 cerkak yang disunting oleh Yohanes Adhi Satiyoko.
Menariknya, para pengarang cerkak ini saat itu masih duduk di bangku SMA dari Kabupaten Bantul dan Sleman, DIY. Mereka tergabung dalam program Peningkatan Kreativitas Penulisan Sastra Jawa dari Balai Bahasa Yogyakarta.
Cerkak Sandhal Goreng karya Stella Swastika Putri berada di urutan ke-12 dalam antologi tersebut. Berikut contoh cerkak atau cerpen berbahasa Jawa:
Sandhal Goreng
"Ya Allah...Boim! Mripatmu kok seleh ning endi? Nek mlaku mbok ati-ati, ora nyampari sing ana ning ngarepe wae!" swarane simboke Boim gawe kaget wong sak omah.
"Apa ta Mbok? Apa-apa kok salah."
Hayo pancen salah, Le. Opo kowe ora weruh Simbokmu kesel. Ono beras ning baskom kok ya disampar? Wis ora kepingin weruh Simbokmu urip, pa?" Simboke semaur nganti dadane sek ngadhepi solahe anake iku.
Singkat cerita, Boim kemudian disuruh ibunya mengambil pesanan ayam goreng untuk hidangan pengajian. Apes, di tengah perjalanan, 10 kardus ayam gorengnya hilang diambil orang. Agar tak dimarahi ibunya, Boim pun berinisiatif membeli 10 kardus baru. Ayam goreng yang masih utuh lainnya dia iris-iris, namun hanya bisa mencukupi 9 kardus.
Cacahe meh genep, kurang ingkung kanggo sakerdus. Menawa dheweke arep ngiris ingkung mane hora bakal cukup, amarga ingkunge saiki wis cilik ora bakal bisa yen diiris maneh.
Kehabisan akal, Boim pun mengambil satu sandal berbentuk bebek milik adiknya. Dia merasa satu kardus berisi sandal itu tidak akan dibagikan kepada tamu karena jumlah undangannya terbatas. Namun, sebelum pengajian dimulai, ternyata datang satu tamu lagi. Tanpa menyadari isinya, ibu Boim pun menyuguhi tamu terakhir itu dengan kardus 'spesial' tersebut.
Apakah ulah Boim bakal ketahuan? Baca kisah selengkapnya di link ini: belajar.kemdikbud.go.id/BahasaSastra/Repositorys/Sandhal_Goreng/#p=59
(dil/aku)