Pameran seni rupa Mata Air Bangsa persembahan untuk Gus Dur dan Buya Syafii Maarif di OHD Museum Magelang, Jawa Tengah, resmi dibuka. Pembukaan pameran ini ditandai dengan pemukulan bedug, kentongan, lonceng gereja kristen, bel katolik dan gong yang dilakukan 6 tokoh agama.
Pembukaan pameran yang dilangsungkan, Sabtu (30/7), dihadiri sejumlah tamu undangan baik seniman dari Magelang, Jogja maupun kota lainnya. Undangan yang hadir antara lain KH Mustofa Bisri (Gus Mus), Butet Kartaredjasa, Bhante Sri Pannyavaro Mahathera, Sukriyanto Ar (Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Pimpinan Pusat Muhammadiyah), Yenny Wahid hingga Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki.
Pameran tersebut akan berlangsung mulai 31 Juli sampai 28 November 2022 dengan menampilkan 34 karya dari 23 seniman. Untuk 23 seniman yang ikut dalam pameran antara lain KH Mustofa Bisri (Gus Mus), Aurora Santika, Agus TBR, Bambang Herras, Butet Kartaredjasa, Chandra Rosselini, Diah Yulianti, Djokopekik, F Sigit Santoso, G Djoko Susilo, Galam Zulkifli dan Goenawan Mohamad. Kemudian, Jitet Kustana, Jumaldi Alfi, Laila Tifah, Laksmi Shitaresmi, Mahdi Abdullah, Nano Warsono, Nasirun, Pupuk DP, Putu Sutawijaya, Ugo Untoro dan Yaksa Agus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Yenny Wahid: Media Sosial Dirusak Buzzer |
Selain itu, juga ada sejumlah karya koleksi OHD Museum seperti Affandi, Dede Eri Supria, Entang Wiharso, Hendra Gunawan, Heri Dono, Kartono Yudhokusumo, Lee Man Fong, S Sudjojono, Srihadi Soedarsono dan Widayat.
Yenny Wahid yang hadir dalam pameran seni rupa Mata Air Bangsa persembahan untuk Gus Dur dan Buya Syafii Maarif mengapresiasi upaya dari OHD Museum yang menampilkan karya-karya para seniman yang memang ditunjukkan salah satunya untuk mengenang sosok Gus Dur dan Buya Syafii Maarif.
![]() |
"Tentu ini upaya untuk terus menghidupkan nilai-nila yang dulu diusung oleh kedua beliau tersebut. Kita sama-sama tahu dengan adanya polarisasi yang makin menguat di dunia bukan cuma di Indonesia, kita perlu lebih banyak lagi tokoh-tokoh publik yang menyuarakan agar keutuhan bangsa itu tetap terjaga," kata Yenny Wahid kepada wartawan saat menghadiri pameran di OHD Museum, Sabtu (30/7/2022).
"Bahwa perbedaan bukan menjadi hal yang memisahkan kita, tapi justru memperkaya kita. Nah jadi kebutuhan untuk terus menguatkan nilai ini di masyarakat salah satunya diwadahi lewat pameran seni ini. Jadi buat kami ini upaya yang sangat mulia dan kami sangat berterima kasih sekali atas keinginan dan tindakan dari para seniman untuk terus mengusung nilai-nilai tentang kebebasan, nilai-nilai tentang perdamaian. Semua nilai-nilai yang selama ini diusung oleh KH Abdurrahman Wahid dan Buya Syafii Maarif," imbuhnya.
Baca berita selengkapnya di halaman berikutnya...
Sementara itu, kurator pameran Suwarno Wisetrotomo mengatakan dalam keseharian membutuhkan teladan, namun teladan amat sedikit jumlahnya. Di mana Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur wafat pada 20 Desember 2009. Kemudian, Prof Dr Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii meninggal pada 27 Mei 2022.
"Dua sosok guru bangsa berani bersuara, berani bertindak membela yang teraniaya, termasuk menohok laku culas dalam kehidupan sosial, politik kebangsaan sehari-hari. Pameran ini bermula dari seni lukis dari lukisan, sebuah artikel dan kopi. Tentu tak hanya kopi dilengkapi makan siang waktu itu," ujarnya Suwarno.
"Suatu ketika pelukis Djoko Susilo melukis wajah Buya Syafii dan Gus Mus pada waktu itu. Rupanya lukisan itu menginspirasi Buya Syafii menulis artikel dengan tajuk Pesan untuk Muhammadiyah dan NU," tuturnya.
Menurutnya, atas saran Gus Mus kemudian melahirkan pameran hari ini Mata Air Kebangsaan. Pameran ini bukan yang pertama karena pada tahun 2019 dilangsungkan pameran seni rupa dengan tajuk Manusia dan Kemanusiaan.
"Isunya sama tentang keindonesiaan, tentang kebangsaan. Pameran ini bertajuk Mata Air Kebangsaan persembahan untuk Gus Dur dan Buya Syafii," ujarnya.
"Pameran ini merupakan upaya dengan segenap saneponya, dengan segenap perlambangannya merupakan ikhtiar untuk menyuarakan keteladanan yang mengolah pokok soal di sekitar Gus Dur dan Buya Syafii sebagai mata air bangsa, sebagai oase bagi bangsa ini. Para perupa lintas usia, lintas generasi, lintas etnik," kata dia