Mengenal Pranata Mangsa, Pembagian 12 Musim dalam Setahun oleh Petani Jawa

Mengenal Pranata Mangsa, Pembagian 12 Musim dalam Setahun oleh Petani Jawa

Tim detikJateng - detikJateng
Kamis, 28 Jul 2022 18:06 WIB
Hamparan Sawah. 
dikhy sasra/ilustrasi/detikfoto
Ilustrasi sawah. Foto: Dikhy Sasra
Solo -

Para petani di Jawa, terutama yang mengandalkan hujan sebagai sumber air memiliki penanggalan sendiri dalam bercocok tanam. Mereka akan menggunakan pranata mangsa sebagai pedoman.

Pranata mangsa merupakan penanggalan berbasis peredaran semu matahari. Pada zamannya, penanggalan ini bisa sangat diandalkan oleh para petani untuk mengatur jadwal bercocok tanam.

Bahkan, penanggalan ini pernah menjadi salah satu bahan ajar pendidikan formal. Dalam artikel Pranata Mangsa dan Budaya Kearifan Lokal di Jurnal Budaya Nusantara, Supardiyono Sobirin menyebut pranata mangsa masuk dalam kurikulum di era Orde Lama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal tersebut terjadi sekitar tahun 1950-1960. Saat itu para siswa Sekolah Rakyat di daerah Solo, Yogyakarta dan sekitarnya harus mempelajari pranata mangsa.

Sistem penanggalan ini sebenarnya sudah digunakan oleh para petani di Jawa sejak masa lampau. Namun, pada akhirnya penanggalan pranata mangsa ini dibakukan di era Paku Buwono VII sekitar tahun 1855.

ADVERTISEMENT

Supardiyono menyebut pranata mangsa pada saat ini sudah mengalami beberapa pergeseran akibat perubahan iklim dan kemajuan teknologi. Meski demikian penanggalan ini masih bisa digunakan sebagai acuan dalam memahami teknologi prakiraan cuaca yang semakin maju.

Dikutip dari buku Pranata Mangsa karya Sindhunata, ada 12 mangsa atau musim yang dikenal dalam pranata mangsa. Seperti sistem penanggalan lainnya, tiap mangsa memiliki bintang yang merupakan pedoman berawal atau berakhirnya suatu mangsa.

Setiap mangsa juga memiliki watak dan berpengaruh pada pengolahan tanaman. Meski terkesan mistis, hal tersebut merupakan hasil dari pengalaman nyata dan pengamatan rasional para petani di masa lampau.

1. Mangsa Kasa

Mangsa Kasa berumur 41 hari, dimulai pada 22 Juni hingga 1 Agustus. Biasanya, para petani pada musim ini mulai membakar sisa batang padi di sawah dan mulai bertanam palawija.

Mangsa Kasa ini memiliki watak sesotya murca ing embanan atau permata yang terlepas dari cincin pengikatnya. Watak ini menggambarkan kondisi daun yang berguguran.

Biasanya musim ini ditandai dengan belalang yang mulai membuat lubang dan bertelur.

2. Mangsa Karo

Mangsa Karo berumur 23 hari, yaitu mulai 2-24 Agustus. Sindhunata menuliskan di musim ini manusia mulai resah karena alam yang kering dan panas.

Musim ini memiliki watak bantala rengka yang berarti tanah retak dan berbongkah. Banyak pula yang menyebutnya sebagai musim paceklik.

Di musim ini biasanya palawija yang ditanam oleh petani mulai tumbuh. Meski panas, pohon randu dan mangga mulai bersemi.

3. Mangsa Katelu

Mangsa Katelu berumur 24 hari, mulai 25 Agustus hingga 17 September. Di musim ini paceklik semakin memuncak.

Musim ini memiliki watak suta manut ing bapa yang berarti anak yang mematuhi ayahnya. Watak ini menggambarkan palawija yang mulai tumbuh mengikuti turusnya.

Sebagian tanaman palawija sudah bisa dipanen pada musim ini.

4. Mangsa Kapat

Mangsa Kapat memiliki umur 25 hari, mulai 18 September hingga 12 Oktober. Kesabaran para petani diuji pada musim ini.

Di Mangsa Kapat ini digambarkan sebagai waspa kumembeng jroning kalbu atau air mata yang tersimpan di hati.

Meski demikian, musim ini merupakan akhir dari kemarau. Para petani biasanya mulai menyiapkan bibit tanaman padi.

Masyarakat menandai masuknya Mangsa Kapat dengan banyaknya burung pipit yang membuat sarang dan bertelur. Pohon randu juga mulai berbuah.

Untuk mangsa berikutnya baca di halaman selanjutnya

5. Mangsa Kalima

Mangsa Kalima berumur 27 hari, mulai 13 Oktober hingga 8 November. Di musim ini hujan akan mulai turun.

Watak dari Mangsa Kalima ini adalah pancuran mas sumawur ing jagad atau hujan yang tersebar di bumi.

Para petani biasanya mulai mengolah sawah dan membuat irigasi. Mereka juga mulai menyebar benih padi gaga atau pagi lahan kering.

Di musim ini pohon asam mulai tumbuh daun muda. Ular dan ulat juga mulai keluar.

6. Mangsa Kanem

Umur Mangsa Kanem ini cukup panjang yaitu 43 hari, mulai 9 November-21 Desember. Curah hujan semakin tinggi.

Watak dari Mangsa Kanem ini digambarkan sebagai rasa mulya kasucen atau rasa mulai dari kesucian. Watak ini menggambarkan musim yang indah karena banyaknya berkah dari alam.

Meski harus bekerja keras, para petani menggarap sawahnya dengan bergembira.

Musim ini biasanya ditandai dengan banyaknya burung belibis mencari makan di kolam. Lipas juga banyak ditemukan di parit.

7. Mangsa Kapitu

Mangsa Kapitu memiliki umur 43 hari, mulai 22 Desember hingga 3 Februari. Mangsa ini masih menjadi bagian dari musim penghujan.

Watak dari mangsa ini digambarkan sebagai wisa kentar ing maruta atau racun yang terbang tertiup angin. Pada mangsa ini banyak orang tertular sakit.

Bencana berupa banjir dan angin ribut juga sering muncul pada musim tersebut.

8. Mangsa Kawolu

Mangsa Kawolu berumur pendek, dari tanggal 3 Februari hingga 28 atau 29 Februari.

Musim ini digambarkan sebagai anjrah jroning Kayun atau tersebar merata di dalam hati. Para petani bergembira karena tanaman padi mulai berbunga.

Mangsa Kawolu ini juga memiliki tanda alam berupa banyaknya kucing yang kawin.

Untuk musim ke-9 dan selanjutnya baca halaman berikutnya

9. Mangsa Kasanga

Mangsa Kasanga memiliki umur 25 hari, dari 1-25 Maret. Para petani bergembira karena padinya sudah siap untuk dipanen.

Musim ini memiliki wedharing wacana mulya atau tersiarnya kabar gembira. Pada masa ini sebagian padi sudah mulai berbunga, sebagian lagi sudah berbuah.

Tanda alam dari mangsa ini adalah munculnya serangga seperti tonggeret, jangkrik dan gangsir yang terus berbunyi.

10 Mangsa Kasapuluh

Mangsa Kasapuluh memiliki umur 24 hari, mulai 26 Maret hingga 18 April. Musim ini juga menandai berakhirnya musim penghujan.

Musim ini memiliki watak gedhong mineb njroning kalbu atau buah hati di dalam hati. Para petani sibuk menjaga padinya dari serangan burung pipit.

Selain itu, musim ini juga ditandai dengan banyaknya hewan yang hamil dan burung yang bertelur.

11. Mangsa Dhesta

Mangsa Dhesta memiliki umur 23 hari, mulai 19 April hingga 11 Mei. Musim kemarau sudah semakin dekat.

Musim ini digambarkan sebagai sesotya sinarawedi atau permata hati penuh kasih sayang. Di musim ini burung-burung menyuapi anaknya yang baru menetas.

Adapun para petani akan sibuk memanen padinya pada musim ini.

12. Mangsa Sada

Mangsa Sada berumur 41 hari, mulai 12 Mei hingga 21 Juni. Musim kemarau dimulai pada mangsa ini.

Musim ini digambarkan memiliki watak tirta sah saking sasana atau air yang menghilang dari tempatnya. Hujan tak lagi turun di musim ini.

Cuaca yang panas dimanfaatkan oleh para petani untuk menjemur gabah untuk kemudian disimpan dalam lumbung.

Musim ini juga digunakan oleh petani untuk mulai bertanam palawija.

Halaman 2 dari 3
(ahr/mbr)


Hide Ads