Cerita Rakyat Jawa Tengah, Asal-usul Kudus hingga Karimunjawa Jepara

Cerita Rakyat Jawa Tengah, Asal-usul Kudus hingga Karimunjawa Jepara

Tim detikJateng - detikJateng
Minggu, 24 Jul 2022 02:05 WIB
Karimunjawa
Karimunjawa. Foto: Angling Adhitya P/detikcom
Solo -

Cerita rakyat Jawa Tengah sangat banyak. Tiap daerah punya segudang cerita, termasuk Kabupaten Jepara. Salah satu ciri khas cerita rakyat Jawa Tengah yaitu menceritakan awal mula terjadinya suatu tempat atau wilayah, termasuk asal-usul kota Kudus hingga Karimunjawa di Jepara.

Dalam buku Cerita Rakyat Jawa Tengah, Kabupaten Kudus dan Jepara yang diterbitkan Balai Bahasa Jawa Tengah pada 2016, ada 75 cerita rakyat di dua daerah tersebut. Rinciannya, 40 cerita dari Kudus dan 35 cerita dari Jepara.

Seluruh cerita rakyat Jawa Tengah yang diwariskan secara lisan dan turun-temurun itu diinventarisasi lalu dituliskan oleh empat penulis Balai Bahasa Jawa Tengah, Rini Esti Utami dkk. Berikut tiga cerita rakyat pilihan detikJateng dari Kudus dan Jepara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Asal Mula Kudus Kota Kretek

Kudus menjadi Kota Kretek bermula dari Sunan Kedu. Sunan Kedu termasuk salah satu tokoh tersohor yang kabur dari Wonosobo ketika Majapahit jatuh ke tangan Kesultanan Demak. Pada suatu hari, Sunan Kedu bertemu Ki Ageng Gribig. Keduanya pun saling cocok, yakni sama-sama suka merokok.

Rokok yang mereka isap berupa lintingan, dari klobot jagung yang diisi tembakau dan cengkeh. Rokok berbentuk kretek itu diisap menggunakan cerutu panjang dari tulang. Setelah bersahabat, Sunan Kudus dan Ki Ageng Gribig kompak ingin belajar ilmu agama kepada Sunan Kudus.

ADVERTISEMENT

Sesampainya di padepokan Sunan Kudus, mereka diterima sebagai murid. Selain belajar, Sunan Kedu juga mengisi waktu dengan menanam tembakau di sawah dan di sekeliling rumah Sunan Kudus.

Di Kudus, Sunan Kedu akhirnya menikah dengan warga Desa Gribig yang sekarang di wilayah Kecamatan Gebog. Keahlian Sunan Kedu menanam tembakau membuat warga sekitar kagum dan ikut mencoba. Hingga kini Sunan Kedu dipercaya sebagai cikal bakal petani tembakau di Kudus.

2. Sumber Banyu Panguripan

Selain ingin belajar ilmu agama, niat Sunan Kedu berguru kepada Sunan Kudus juga didorong oleh informasi adanya sumber banyu panguripan. Sumber Panguripan itu sumber air di pekarangan rumah Sunan Kudus berbentuk sumur kecil yang tak bisa ditimba.

Menurut Sunan Kedu, air dari Sumber Panguripan itu bisa membuat orang sakti mandraguna bahkan dapat menghidupkan orang yang sudah meninggal. Oleh Sunan Kudus, keberadaan serta cerita khasiat air Sumber Panguripan itu dirahasiakan agar tak menjadi sarana kemusyrikan.

Konon, air dari Sumber Panguripan itu bisa diambil menggunakan pusaka Majapahit bernama Cindhe Dompyong. Pusaka itu disimpan di Panti Pusaka Kudus oleh Ratu Dwarawati, istri Sunan Kudus.

Asal mula nama Karimunjawa bisa dibaca di halaman berikutnya...

Suatu hari, R Jaka putra Sunan Kudus yang bersekongkol dengan Sunan Kedu berhasil mendapatkan pusaka itu setelah mengelabui Ratu Dwarawati. Demi menguras air dari Sumber Panguripan, R Jaka bahkan tega mengikat dan memenjarakan Sunan Kudus dan istrinya yang memergokinya.

Namun, R Jaka segera disadarkan atas perbuatannya oleh Sunan Kalijaga yang menyamar sebagai seorang pengemis tua. Sejak peristiwa itu, pemburu air Sumber Panguripan semakin banyak. Walhasil, sumber tersebut ditutup dan di atasnya didirikan Menara Kudus atas permintaan istri Sunan Kudus.

3. Asal Mula Nama Karimunjawa

Asal mula Karimunjawa berawal dari kisah Amir Hasan, salah seorang putra Sunan Kudus. Semula dia dikenal sebagai anak yang bengal dan sulit diatur. Sehingga Sunan Kudus meminta tolong pada Sunan Muria agar mendidik Amir Hasan.

Singkat cerita, Amir Hasan pulang kembali kepada Sunan Kudus sebagai anak yang baik, saleh, dan berilmu tinggi. Meski demikian, Amir Hasan berseberangan paham dengan sang ayah yang mengajarkan ilmu agama Islam menggunakan media wayang, gendhing, dan gamelan.

Suatu hari, Sunan Kudus pergi keliling berdakwah. Padepokan pun dipasrahkan kepada Amir Hasan. Kesempatan itu dimanfaatkan Amir Hasan untuk mengajarkan agama Islam tanpa menggunakan tradisi kejawen seperti metode ayahnya.

Sepulang dari berdakwah, Sunan Kudus murka mengetahui hal itu. Amir Hasan pun diusirnya. Meski demikian, Sunan Kudus membekali Amir Hasan dengan makanan kesukaannya, yaitu pepes ikan lele, seikat padi, mustaka masjid dari tanah liat, dan tongkat kesayangannya.

Ditemani dua santri, Amir Hasan pun meninggalkan pegunungan Muria. Mereka bertiga naik rakit kecil menyusuri Sungai Gelis sampai ke Laut Jawa. Tak tega melihat kepergian anaknya, Istri Sunan Kudus sampai naik ke perbukitan untuk terus mengikuti arah perginya rakit itu.

Di atas bukit itu, istri Sunan Kudus melihat rakit anaknya menuju pulau yang terlihat kramun-kramun (samar-samar) dari Pulau Jawa. Mendengar cerita istrinya itu, Sunan Kudus kemudian memberi nama pulau yang diduga menjadi tujuan Amir Hasan itu dengan nama Karimunjawa. Karimunjawa juga berarti 'yang mulia di Laut Jawa'.

Halaman 2 dari 2
(dil/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads