Sejarah Kebo Bule Keraton Solo, Hewan Klangenan Paku Buwono II sejak 1725

Sejarah Kebo Bule Keraton Solo, Hewan Klangenan Paku Buwono II sejak 1725

Tim detikJateng - detikJateng
Jumat, 22 Jul 2022 13:39 WIB
Kirab kerbau bule di malam 1 Suro, Solo, Selasa (11/9/2018).
Kirab kerbau bule di malam 1 Suro, Solo, Selasa (11/9/2018). Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom
Solo -

Seekor kebo bule bernama Nyai Apon, keturunan kerbau Kyai Slamet milik Keraton Kasunanan Surakarta, mati pada Kamis (21/7/2022) pagi. Kebo bule berumur 20 tahun itu dikuburkan malam harinya. Dengan matinya Nyai Apon, kebo bule di Alun-alun Kidul tinggal 18 ekor. Kenapa Keraton Kasunanan Surakarta selalu memelihara kebo bule?

Dikutip dari laman resmi Perpusnas, kebo bule itu bukan sembarang kerbau. Sebab, hewan ini termasuk pusaka penting milik Keraton Kasunanan Surakarta.

Dalam Babad Solo karya RM Sajid, leluhur kebo bule adalah klangenan atau hewan kesayangan Paku Buwono (PB) II. Saat itu keratonnya masih di Kartasura, sekitar 10 kilometer arah barat keraton yang sekarang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut pujangga kenamaan Keraton Kasunanan Surakarta, Yosodipuro, leluhur kerbau berkulit putih agak kemerah-merahan itu hadiah untuk PB II dari Kyai Hasan Beshari Tegalsari Ponorogo. Saat itu PB II baru pulang dari Pondok Tegalsari setelah peristiwa Geger Pacinan yang memporak-porandakan Istana Kartasura.

Ceritanya, kebo bule itu dihadiahkan untuk cucuk lampah (pengawal) dari pusaka keraton yang bernama Kyai Slamet. Namun, menurut Perpusnas, pihak keraton tidak pernah menjelaskan bentuk pusaka Kyai Slamet tersebut.

ADVERTISEMENT

"Karena bertugas menjaga dan mengawal pusaka Kyai Slamet, maka masyarakat menjadi salah kaprah menyebut kebo bule ini sebagai Kebo Kyai Slamet,'' kata Wakil Pengageng Sasono Wilopo Keraton Surakarta, Kanjeng Raden Aryo (KRA) Winarno Kusumo, dikutip dari Perpusnas.

Konon, saat PB II sedang mencari lokasi untuk keraton baru pengganti Istana Kartasura pada 1725, leluhur kebo-kebo bule itu dilepas. Kemudian, kebo-kebo bule itu diikuti para abdi dalem keraton. Akhirnya, kebo-kebo bule itu berhenti di lokasi yang kini menjadi Keraton Kasunanan Surakarta.

Kini, tiap malam 1 Suro dalam penanggalan Jawa atau malam tanggal 1 Muharam menurut kalender Hijriah, kawanan kebo bule yang dikeramatkan ini selalu menjadi cucuk lampah (pengawal) dalam prosesi kirab sejumlah pusaka Keraton Kasunanan Surakarta.

Ritual kirab malam 1 Suro itu berlangsung tengah malam, biasanya tepat tengah malam tergantung 'keinginan' dari kebo-kebo bule itu. Ada kalanya kebo-kebo bule itu baru keluar dari kandang selepas pukul 01.00 WIB.

Jika waktunya telah tiba, Perpusnas menuliskan, kawanan kebo bule itu akan berjalan dari kandangnya menuju halaman keraton tanpa harus digiring. Tiap tahun, ribuan masyarakat tumpah-ruah di jalanan Kota Solo untuk menyaksikan kirab pusaka yang dikawal kawanan kebo bule tersebut.

Rencana Kirab 1 Suro

Wakil Pengageng Sasono Wilopo Keraton Kasunanan Surakarta, KP Dani Nur Adiningrat, mengatakan kebo bule Nyai Apon yang mati itu diduga terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK).

Nyai Apon itu dari kandang sebelah barat. Untuk diketahui, ada tiga kandang kebo bule milik keraton, yaitu kendang barat, timur, dan kendang di Sitinggil.

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, KP Dani Nur Adiningrat mengungkapkan, diketahui ada tujuh kebo bule lain yang juga terpapar PMK.

Mengenai rencana kirab malam 1 Suro yang kini tinggal dalam hitungan hari, KP Dani Nur Adiningrat mengatakan hal itu akan diputuskan dalam waktu dekat.




(dil/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads