Pondok Pesantren (ponpes) Sunan Kalijaga di Desa Dengkeng, Kecamatan Wedi, Klaten, Jawa Tengah punya tradisi unik tiap hari raya Idul Adha. Sejak 2003, ponpes itu tidak menggunakan plastik untuk mengemasi daging hewan kurbannya. Hampir 20 tahun lamanya!
"Di pondok saya sudah jadi tradisi, sejak saya di Klaten, sejak 2003, kami melestarikan tradisi tidak memakai kupon. Kami juga berprinsip ngrukti (merawat) bumi, melestarikan alam. Maka kami menggunakan tradisi lama, menggunakan daun jati dan besek bambu," kata pimpinan Ponpes Sunan Kalijaga, Kyai Susilo Eko Pramono kepada detikJateng, Minggu (10/7/2022) sore.
Susilo mengatakan, tiap Idul Adha ponpesnya bersinergi dengan warga untuk mengelola daging kurban secara tradisional. Penggunaan daun jati sebagai pembungkus diyakini lebih ampuh mengawetkan daging.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Daun jati dipercaya bisa mengawetkan makanan secara natural. Demikian juga dengan menggunakan besek bambu," lanjut Susilo.
Dijelaskan Susilo, upaya menjaga bumi itu tak sekadar menggunakan daun jati dan besek. Pembersihan dagingnya pun tidak dilakukan di sungai.
"Pencucian kotoran sapi sudah lama, lebih tujuh tahun kami tidak ke sungai. Kami gali lubang untuk darah dan gali lagi untuk kotoran. Dipisahkan, sehingga semua masuk ke bumi. Ini cara kami merawat bumi,'' papar Susilo.
Untuk tahun ini, terang Susilo, pondoknya menyembelih dua ekor sapi dan delapan ekor kambing. Hewan kurban itu dibedakan menjadi dua.
"Kami bedakan antara hewan kurban dan latihan kurban. Enam murni kurban dan dua latihan kurban," sebut Susilo.
Hewan kurban, kata Susilo, adalah hewan kurban dari keluarga atau perseorangan. Sedangkan hewan latihan kurban berasal dari iuran para santri.
"Hewan latihan kurban itu berasal dari para santri yang iuran sebagai latihan. Untuk makan panitia dari hewan latihan kurban, dan hewan kurban murni dibagikan," ungkap Susilo.
Dari jumlah hewan kurban itu, sebut Susilo, 70 persen shohibul kurban (orang yang menunaikan kurban) berasal dari luar desa. Sisanya dari masyarakat desa di lingkungan pondok.
"Hanya lima orang sohibul kurban dari warga. Yang 15 orang dari luar desa, kami pegang prinsip tidak mengedarkan proposal dan alhamdulilah bisa," tambah Susilo.
Tahun ini, imbuh Susilo, direncanakan ada 500 paket daging dibagikan. Tapi target itu tidak tercapai.
"Awal kita 500 paket untuk kepala keluarga, tapi hanya bisa 210 kepala keluarga. Dengan per bagian 1 kilogram 25 ons per keluarga," ujar Susilo.
Sementara itu, Kabid Peternakan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemkab Klaten Triyanto menyatakan sejak lama Pemkab mengimbau masyarakat agar tidak menggunakan kantong plastik.
"Kita koordinasikan dengan DLH (Dinas Lingkungan Hidup), memang kita imbau masyarakat tidak menggunakan kantong plastik. Juga tidak membuang kotoran di sungai," kata Triyanto kepada detikJateng.
(dil/dil)