Karya Seni Taring Padi Asal Jogja di Jerman Dituduh Anti-Semit

Karya Seni Taring Padi Asal Jogja di Jerman Dituduh Anti-Semit

detikHot - detikJateng
Rabu, 22 Jun 2022 15:47 WIB
Karya Seni Taring Padi di Kassel Dituduh Anti-Semit
Karya Seni Taring Padi di Kassel Dituduh Anti-Semit. (Foto: Taring Padi/ Instagram)
Solo -

Karya seni ciptaan Taring Padi asal Jogja di pameran Documenta Fifteen yang baru saja dibuka di Kassel, Jerman dituduh anti-Semitisme atau anti-Yahudi. Apa alasannya?

Dilansir detikHot, Rabu (22/6/2022), Documenta Fifteen merupakan pameran seni rupa bergengsi di Eropa yang dibuka pada Sabtu (18/6/2022).

Karya seni instalasi ciptaan Taring Padi dalam pameran itu berisi spanduk Keadilan Rakyat yang dibuat pada 2002. Kontroversi terjadi di kalangan masyarakat Eropa. Bahkan kini karya seni itu telah ditutupi kain hitam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Documenta Fifteen digelar di Kassel selama 100 hari hingga 25 September 2022. Pameran seni rupa kontemporer yang digelar setiap 5 tahun itu diperkirakan bakal dikunjungi sekitar 1 juta orang dari seluruh dunia.

Direktur Documenta, Sabine Schormann, dalam keterangan resmi di situsnya mengatakan bersama ruangrupa, tim artistik, dan para seniman yang berpartisipasi menjanjikan tidak ada karya seni anti-Semit dalam Documenta Fifteen.

ADVERTISEMENT

"Kalau tidak, kami akan turun tangan. Sayangnya, kami tidak menepati janji. Ini seharusnya tidak terjadi," ungkapnya.

Dia mengatakan langsung ambil tindakan saat mengetahui adanya citra anti-Semit pada karya seni Taring Padi. Salah satu pada awalnya yakni berdiskusi dengan semua orang yang terlibat dan kemudian diputuskan untuk menutup karya seni lukisan itu.

Selain itu dia juga memberi penjelasan tentang keadaan di sekitar penciptaan karya itu di Indonesia.

"Saya ingin menekankan sekali lagi bahwa semua yang terlibat sangat menyesal telah melewati batas dan menyakiti perasaan. Kami juga meminta maaf atas fakta bahwa penggambaran anti-Semit tidak dikenal sebelum karya itu dipasang," jelas dia.

Selanjutnya, Dewan Pengawas Documenta menurunkan spanduk tersebut. Sabine Schormann mengatakan penggambaran anti-Semit tidak mendapat tempat di Jerman, di pameran seni maupun secara global.

"Dengan menghormati keragaman latar belakang budaya, dialog yang dimulai dengan Documenta Fifteen akan dilanjutkan," kata Sabine.

Spanduk Keadilan Rakyat yang dibuat tahun 2002 itu adalah bagian dari melawan militerisme dan kekerasan selama 32 tahun era diktator Soeharto di Indonesia. Semua tokoh yang tergambar pada spanduk itu mengacu pada simbolisme yang tersebar luas dalam konteks politik Indonesia.

Sementara itu tuduhan anti-semitisme dalam Documenta Fifteen bukan pertama kali terjadi. Sebelum dibuka, dalam sebuah posting blog anonim, terdapat aliansi melawan anti-semitisme dan mengkritik ruangrupa. Kritik ini terkait dengan adanya kolektif seniman Palestina yang terlibat dalam pameran itu.

Dimana para seniman Palestina itu mendukung aksi boikot budaya Israel yang di Jerman ditolak oleh parlemen Bundestag sebagai aksi anti-semitisme.

Menyusul tuduhan itu, ruangrupa telah merilis pernyataan menolak pelanggaran terhadap kebebasan artistik. Namun mereka mendukung netralitas politik dan menyatakan kesediaan mereka untuk terlibat dalam dialog.

Simak pernyataan Presiden Jerman terkait kontroversi tersebut di halaman berikutnya.

Presiden Jerman Angkat Bicara


Presiden Jerman Frank-Walter Steinmerier menanggapi kontroversi seni rupa Taring Padi yang dituding anti-semitisme.

"Ada batasan untuk apa yang dapat dilakukan seniman ketika mereka menangani masalah politik," katanya seperti dilansir dari berbagai sumber, hari ini.

Frank menegaskan mengakui kenegaraan Israel yang berarti mengakui martabat dan keamanan komunitas Yahudi modern.

"Sebagai presiden Jerman saya katakan untuk negara saya: mengakui Israel adalah dasar dan syarat untuk debat di sini," sambungnya.

Dia berharap ada dialog yang tepat di antara perwakilan dari negara berkembang dan komunitas Yahudi di Jerman serta Israel selama penyelenggaraan Documenta Fifteen.

"Saya meminta kepada penyelenggara Documenta untuk tidak menyerahkan tanggung jawab semua kepada kurator artistik documenta, ruangrupa tapi sebagai mediator dan menciptakan struktur debat yang sesuai," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(sip/ahr)


Hide Ads