Seratusan warga Pedukuhan Mancingan di Kabupaten Bantul, DIY, melaksanakan upacara adat Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri di kawasan Pantai Parangkusumo, Selasa (7/6/2022). Tradisi untuk menyampaikan syukur kepada Tuhan ini pertama kali diselenggarakan secara terbuka setelah dua tahun pandemi COVID-19.
Sejak sekitar pukul 10.00 WIB, seratusan warga yang mengenakan pakaian adat Jawa itu berduyun-duyun dari Joglo Parangtritis menuju Pantai Parangkusumo. Kemudian, beberapa orang dari rombongan itu ke Cepuri Parangkusumo untuk berdoa bersama.
Selanjutnya, warga melaksanakan labuhan atau melarung sejumlah pakaian di bibir Pantai Parangkusumo. Sedangkan gunungan hasil bumi diperebutkan oleh warga dan pengunjung pantai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wakil ketua panitia upacara adat Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri, Tri Waldiyono, mengatakan upacara adat ini sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas berkah dan rahmatnya kepada masyarakat.
Menurut Tri, Bekti Pertiwi berarti ucapan syukur kepada Tuhan yang telah memberikan bumi, sehingga bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam dan mengais rezeki.
![]() |
"Sedangkan Pisungsung Jaladri adalah wujud bersyukur kepada Tuhan karena telah menciptakan lautan, dalam hal ini di Parangtritis sebagai objek wisata yang bisa dimanfaatkan untuk mencari rezeki," kata Tri di Pantai Parangkusumo, Bantul, Selasa (7/6/2022).
Tri menerangkan, prosesi upacara diawali dengan merti dusun, yakni membersihkan lingkungan sekitar. Setelah itu, warga melaksanakan kenduri di tiap RT dan diakhiri dengan menyiapkan gunungan. Gunungan dari hasil bumi itu dikirab dari Joglo Parangtritis.
"Setelah kirab, doa bersama, lalu diakhiri dengan labuhan, yaitu melarung pakaian, kemben, dan jarik, ke laut. Maksud labuhan adalah wujud tasyakur kepada Tuhan yang telah menciptakan lautan yang menjadi lahan bagi kami untuk mengais rezeki," ujarnya.
Pada masa pandemi COVID-19, Tri berujar, upacara ini diselenggarakan pada malam hari. Selain itu, hanya sedikit orang yang terlibat agar tidak menimbulkan kerumunan.
"Selama pandemi kita melaksanakannya secara sederhana dan malam hari, karena tidak boleh menimbulkan kerumunan. Tahun lalu tidak ada pertunjukan wayang kulit juga. Kalau sekarang sudah seperti sebelum pandemi, ada pagelaran wayang kulit di Parangkusumo," ucapnya.
Tri menambahkan, dalam upacara Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri kali ini masyarakat juga berdoa agar pandemi COVID-19 lekas berakhir.
"Agar tatanan kehidupan di masyarakat, baik sosial maupun ekonomi, bisa pulih kembali," pungkasnya. Upacara ini selesai sekitar pukul 14.00 WIB.
+++
Kamu punya kesan yang tak terlupakan saat mengunjungi Jawa Tengah dan DIY, jangan lewatkan untuk menyampaikannya di program Giveaway Serentak. Hadiahnya: uang tunai senilai total Rp 30 juta plus plus.
Segera gabung! Kamu hanya perlu menuliskan kesan-kesanmu itu di kolom komentar artikel ini.
Yuk, ajak juga teman-temanmu!
(dil/rih)