Tembok eks Keraton Kartasura yang digempur ekskavator pada Kamis (21/4) pekan lalu menyimpan sejarah panjang perebutan kekuasaan dalam dinasti awal Mataram, sebagaimana dikisahkan dalam artikel sebelumnya, Sejarah Berdirinya Keraton Kartasura yang Kini Temboknya Dijebol Warga.
Dalam artikel kedua ini, detikJateng mengulas sejarah awal pemerintahan Amangkurat II di Keraton Kartasura hingga terjadinya Perang Suksesi Jawa I. Disadur dari buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2007) karya MC Ricklefs, berikut ini sejarah singkat masa awal Keraton Kartasura hingga terjadinya Perang Suksesi Jawa.
1. Masa Sulit VOC
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada masa awal pemerintahan Amangkurat II di Kartasura, VOC berada pada kedudukan yang kuat. Sebab, tanpa bantuan VOC, putra mahkota Amangkurat I itu tidak akan menjadi penerus raja Mataram.
Namun, setelah situasi relatif tenang (hlm. 186), rasa hormat Amangkurat II ke VOC mulai memudar. Amangkurat II tak mau memenuhi perjanjiannya, termasuk soal kewajiban membayar utang kepada VOC yang telah banyak membantunya memenangkan peperangan.
Monopoli bisnis candu VOC di Jawa juga mendatangkan keuntungan. VOC pun mengalami krisis panjang. Sementara, perasaan anti-VOC di Jawa semakin membesar gegara ulah brutal serdadu VOC di masyarakat. Kemudian, pada 1684, musuh utama VOC di Batavia, Untung Surapati, berlindung ke Kartasura.
2. Tewasnya Kapten Tack
Untuk menyelesaikan berbagai masalah, VOC mengirim Kapten Francois Tack ke Kartasura. Namun, Amangkurat II tak mau menyerahkan Untung Surapati ke VOC (hlm. 190). Kapten Tack dan sebagian serdadunya justru dibunuh oleh Untung. Selanjutnya Untung kemudian kabur ke Pasuruan. Di Jawa Timur, dia kemudian membentuk kekuasaan yang mencaplok sebagian wilayah Kartasura.
3. VOC dan Amangkurat II
Sekutu VOC, Kapten Jonker, membelot di Batavia pada 1689. Jonker dapat dibunuh VOC, namun pengikutnya berlindung ke Kartasura. VOC dan Amangkurat II pun bersitegang, namun tak saling serang. Sebab, VOC masih dalam kondisi krisis dan Kartasura sedang mengalami perpecahan (hlm. 192).
4. Perpecahan Kartasura
Ada dua kubu di Kartasura, yaitu kelompok putra mahkota Amangkurat II dan kelompok Pangeran Puger, saudara Amangkurat II (hlm. 193). Pada 1703, Amangkurat III wafat dan digantikan putra mahkota, Amangkurat III.
Puger pun meninggalkan Kartasura dan merapat ke VOC di Semarang. Pada Juni 1704, VOC mengakui Puger sebagai Susuhunan Pakubuwana I (1704-1719) dan meletuslah konflik yang terkenal sebagai Perang Suksesi Jawa I selama 1704-1708 (Hlm 194).
5. Pakubuwono I ke Kartasura
Pada Agustus 1705, Pakubuwono I dan sekutunya merebut Kartasura tanpa perlawanan karena Amangkurat III lari ke timur, bergabung dengan Untung Surapati. Pada 1706-1708, Kartasura dan VOC menyerang Jawa Timur secara besar-besaran. Untung terbunuh di Bangil, sedangkan Amangkurat III lari ke Malang (hlm. 195).
Pada 1708, Amangkurat III menyerah kepada VOC dengan kesepakatan diperbolehkan memerintah sebagian Jawa tanpa harus tunduk pada Pakubuwono I. Namun, VOC mengingkari kesepakatan itu. Amangkurat III ditawan dan dibuang ke Sri Lanka hingga wafat pada 1734 (hlm. 196).
6. Perjanjian Pakubuwono I dan VOC
Pada Oktober 1705, VOC dan Pakubuwono I membuat kesepakatan baru. VOC menghapus utang dinasti Mataram pada masa Amangkurat II. Sebagai gantinya, Pakubuwono I menyerahkan sebagian wilayahnya, memberikan beras gratis ke VOC selama 25 tahun, membolehkan VOC mendirikan banteng di mana saja, dan lain-lain.
Namun, pada 1718-1719, Pakubuwono I kewalahan melunasi utangnya kepada VOC (hlm. 197). Kartasura terpecah karena para pembesarnya turut terbebani utang sang raja. VOC pun mengalami krisis keuangan.
7. Pakubuwana I Wafat
Wilayah timur kerajaan Kartasura runtuh karena pemberontakan yang diawali dari Surabaya sejak 1717. Pada 1719, Pakubuwono I wafat dan digantikan putranya, Amangkurat IV (hlm. 199). Pada Juni 1719, adik Amangkurat IV, Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya, menyerang istana. Namun, mereka dapat dipukul mundur oleh VOC sehingga lari ke Mataram.
Sementara itu, Pangeran Arya Mataram (paman Amangkurat IV) meninggalkan istana Kartasura ke pesisir utara dan memproklamirkan diri sebagai raja tandingan. "Dengan demikian, dimulailah Perang Suksesi Jawa II (1719-1723). Sekali lagi, hanya VOC-lah yang dapat menyelamatkan Raja (Ricklefs, 2007:199)."
(dil/mbr)