Dewi Nugraheni, pemilik Batik Selotigo memperkenalkan 3 motif batik terbarunya di hadapan Wali Kota Salatiga Yuliyanto. Uniknya, motif batik ini terinspirasi dari lokasi ikonik yang ada di Kota Salatiga yang kemudian dituangkan ke karya batik buatannya.
"Pada bulan September 2021 saya berfikir kalau batik Selotigo harus bisa mengusung hal-hal yang khusus atau ikonik yang ada di Salatiga," kata Dewi kepada detikJateng, Kamis (17/02/2022).
Bersama tim kreatif, dirinya melakukan riset dengan mencoba menemukan benda maupun bangunan yang khas dari Kota Salatiga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertama-tama sebenarnya kami ingin mengangkat ciri khas di setiap kelurahan yang ada di Salatiga tetapi ternyata tidak setiap kelurahan terdapat ikon yang bisa diangkat menjadi seni," ungkap Dewi.
Dalam prosesnya, Dewi terinspirasi dari renovasi Alun-alun Pancasila yang menjadi motif batik Tugu Pancasila. Adanya patung 3 pahlawan asal Salatiga yang menjadi bagian sejarah kota ini, ditambah pemandangan gunung Merbabu dan Merapi menginspirasi Dewi untuk membumbui karya motif batik Tugu Pancasila.
"Setelah Alun-alun Pancasila direnovasi menjadi bagus dan tertata menjadi tujuan masyarakat untuk menghabiskan waktu dengan olahraga dan kuliner, ini sangat menarik. Ini kan sudah sangat lengkap, ada destinasinya, ada sejarahnya. Motifnya kita tambahi latar belakang gunung Merbabu dan Merapi karena memang terlihat dari Salatiga," paparnya.
Selain batik Tugu Pancasila, batik Selotigo juga memproduksi batik motif pohon pengantin yang lokasinya berada di Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.
"Pohon pengantin juga lokasi ikonik di Salatiga, bahkan menjadi tujuan untuk spot foto karena bentuk pohonnya yang unik. Sehingga ini layak dijadikan motif batik," terangnya.
Sementara itu, pohon rejasa yang menjadi flora identitas Salatiga dan kini terancam punah juga menjadi inspirasi Dewi dalam membuat motif batik baru yang ketiga. Karena sudah jarang ditemui, Dewi pun mencari berbagai sumber tentang pohon rejasa.
"Kita mencari literasi terkait pohon rejasa dan kemudian dijadikan motif batik," imbuhnya.
Untuk harga kain batik itu sendiri, Dewi mematok harga sekitar Rp. 150.000 dengan ukuran 2x1,15 meter.
"Untuk pemasaran memang kita mengandalkan media sosial, apalagi saat ini masa pandemi sehingga promosi media sosial menjadi penting," paparnya.
Sementara itu, Wali Kota Salatiga Yuliyanto mengapresiasi pembuatan batik dengan motif berbagai lokasi ikonik di Kota Salatiga.
"Ini adalah kreativitas yang sangat bagus, apalagi ada riset juga sebelum dibuat menjadi batik," tandas Yuliyanto.
(ahr/ahr)