Hadapi Lonjakan COVID-19, Ini Kesiapan RS Darurat Donohudan Boyolali

Hadapi Lonjakan COVID-19, Ini Kesiapan RS Darurat Donohudan Boyolali

Ragil Ajiyanto - detikJateng
Kamis, 17 Feb 2022 21:12 WIB
Rumah Sakit Darurat Corona Donohudan, Boyolali.
Rumah Sakit Darurat Corona Donohudan, Boyolali. Foto: Ragil Ajiyanto/detikJateng
Jakarta -

Rumah Sakit Darurat COVID (RSDC) Asrama Haji Donohudan (AHD) Ngemplak, Boyolali menyatakan telah siap jika terjadi lonjakan pasien COVID-19. Fasilitas Isolasi Terpusat (Isoter) di juga siap dibuka lagi jika dibutuhkan.

"Kami memang sudah diinstruksikan oleh Pak Gubernur, dari Dinas (Kesehatan) untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Jadi sudah kita siapkan, kita juga jejaring dengan RSUD Dr. Moewardi (Solo) karena kita disini di bawah istilahnya pengampunya RSUD Dr. Moewardi. Kita selalu komunikasi terkait persiapan-persiapan lonjakan," ujar Rivan Danuaji, Koordinator Pelayanan Medis RSDC Donohudan, Kamis (17/2/2022).

Rivan mengatakan, mengantisipasi lonjakan pasien itu, baik untuk tenaga medis, hingga obat-obatan dan ketersediaan oksigen telah disiapkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketenagaan, obat-obatan semua kita siapkan. Oksigen aman, kita punya 5 ton untuk sentral oksigen, kita punya oksigen konsentrator, semuanya Insya Allah aman," kata Rivan.

Pasien yang bisa dirawat di RSDC Donohudan ini, kriterianya yakni yang bergejala sedang dan gejala ringan dengan komorbid. Jika pasien yang dirawat disana kemudian bergejala berat, maka akan dirujuk ke RSUD dr Moewardi Solo.

ADVERTISEMENT

"Disini memang kriterianya gejala sedang atau gejala ringan dengan komorbid. Jadi dua kriteria itu yang bisa masuk RSDC. Dan kita merupakan rumah sakit rujukan, jadi harus ada rujukan dari instansi lain, bisa puskesmas atau rumah sakit lain," jelas dia.

Menurut dia, RSDC Donohudan memiliki kapasitas total 338 tempat tidur. Hanya saja karena keterbatasan tenaga dan sebagainya, saat ini yang dioperasionalkan hanya yang di lantai 1 dengan kapasitas 40 tempat tidur.

"Di sini nakesnya untuk perawat ada 16, dokter umum ada 4. Kemudian ada tenaga radiologi, laboratorium," kata dia.
Dikemukakan dia, pasien di RSDC Donohudan mengalami peningkatan sejak akhir Desember 2021 atau awal Januari 2022. Bahkan, sempat full kapasitas di lantai 1 tersebut yakni 40 tempat tidur.

Saat ini RSDC Donohudan merawat 17 pasien. Mereka berasal dari berbagai wilayah di Solo Raya. Namun juga ada yang dari luar kota, seperti Jakarta, Jepara.

"Solo Raya yang paling banyak," imbuhnya.

Ditanya apakah sudah ditemukan varian Omicron di RSDC? Rivan mengatakan sampai saat ini pihaknya belum mengetahuinya detailnya. Karena belum mendapat laporannya.

"Jenis varian kami belum dapat informasi detail, tapi sesuai dengan protokol semua yang CT value dibawah 30 kita kirim untuk whole genom sequencing untuk menentukan jenis variannya. Cuma kami belum dapat laporannya," terang dia.

Untuk Isoter di RSDC Donohudan ini, Rivan menjelaskan, sampai saat ini belum dioperasionalkan. Namun nantinya jika diperintahkan dan dibutuhkan, maka Isoter di Asrama Haji Donohudan akan dibuka lagi. Isoter disiapkan di gedung Madinah dengan kapasitas sekitar 400-500 tempat tidur.

Senada Direktur RSDC Donohudan, Wahyu Setianingsih, menambahkan Isoter di RSDC Donohudan saat ini belum dibuka. RSDC dan Isoter ini dijadikan satu karena dinilai lebih efektif dan efisien dan jumlah tenaganya juga sedikit.

"Isoter belum kami buka karena yang di Kabupaten/Kota masih longgar, masih kosong. Jadi diisinya dari level bawah dulu. Dari desa, kecamatan, kabupaten. Kalau nanti betul-betul penuh ya terpaksa (Isoter RSDC Donohudan) kami buka," kata Wahyu Setianingsih.

"Tapi saat ini fokus RSDC menerima pasien dengan kriteria RSDC, yakni yang kriteria sedang atau yang ringan dengan komorbid," sambung dia.
Untuk yang tanpa gejala, pihaknya meminta agar menjalani isolasi mandiri di rumah saja, atau Isoter di desa, kecamatan atau kabupaten tempat asalnya dulu.

"Isoter yang ada di desa, kecamatan, kabupaten itu masih banyak. cukup longgar lah. Jadi OTG atau gejala ringan jangan sampai memenuhi rumah sakit. Nanti leveling kabupatennya akan jatuh kalau banyak pasien yang masuk rumah sakit. Padahal sebetulnya cukup isolasi saja di rumah atau isolasi terpusat di setiap level tadi," tandasnya.

Namun demikian pihaknya tetap mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19 ini. Karena varian omicron penularannya lebih cepat dari varian Delta. Meskipun dampak yang ditimbulkan tak separah delta.

"Jadi masyarakat untuk tidak panik. Gejalanya tidak seberat gejala delta. Jadi tidak banyak juga yang membutuhkan rumah sakit, tapi kami tetap siap. Rumah sakit tetap siap, Jawa Tengah tetap siap. Tempat tidur juga kami siapkan, andai nanti terjadi lonjakan membutuhkan tempat tidur yang banyak lagi, masih fleksibel, masih bisa diluaskan lagi," pungkasnya.




(ahr/ahr)


Hide Ads