Momen Hari Raya Idul Adha menjadi momen panen rezeki bagi perajin rambak kulit dan abon sapi di Kecamatan Cawas, Klaten. Melimpahnya kulit dan daging membuat perajin kebanjiran order.
"Kalau Idul Adha begini bahan banyak tapi tidak ada tenaganya. Ini dibuat rambak kulit, rambak sayur dan lalap," ungkap Karni (62) perajin Desa Plosowangi, Kecamatan Cawas kepada detikJateng, Selasa (18/6/2024) siang.
Dijelaskan Karni, di Hari Raya Idul Adha di rumahnya bisa menggarap kulit sampai satu ton lebih. Padahal hari biasanya hanya 2-3 kuintal.
"Hari biasanya hanya 2-3 kuintal. Harganya kalau Lebaran gini hanya Rp 8.000-Rp 10.000 padahal hari biasanya bahannya sampai Rp 25.000- Rp 30.000 per kilogram," kata Karni.
Setelah jadi, sebut Karni, harga rambak pun berbeda antara untuk sayur dan lalapan. Rambak sayur harganya biasa Rp 145.000 per kilogram dan lalapan bisa Rp 180.000 per kilogram.
"Harga untuk rambak sayur Rp 140.000 dan untuk lalap Rp 180.000 per kilogram. Pemasaran semua pasar di Klaten, Jawa sampai Kalimantan," imbuhnya.
Selain rambak kulit, lanjut Karni, pesanan abon sapi juga meningkat. Jika hari biasa hanya membuat sendiri kini banjir pesanan orang yang minta tolong diolahkan.
"Hari biasanya tidak ada warga yang ndandakne (meminta tolong dibuatkan abon) tapi jika Idul Adha banyak. Sehari bisa 20 orang datang bawa daging, ongkos hanya Rp 50.000 per kilogram," imbuh Karni.
Perajin lain, Agung Sarjito (45) warga Desa Bawak, Kecamatan Cawas menyatakan hari raya Idul Adha ada peningkatan luar biasa karena bahan murah. Harga kulit biasanya Rp 25.000- Rp 30.000 menjadi Rp 8.000-Rp 10.000 per kilogram.
"Sekarang menjadi Rp 8.000-Rp 10.000 per kilogram. Bahan baku dari Klaten saja tidak cukup, kita ambil dari Salatiga, Boyolali juga Wonogiri," kata Agung.
Di Hari Lebaran Idul Adha, sebut Agung, selain dari kulit sapi dibuat rambak, warga juga kebanjiran order abon. Hari biasa hanya produksi untuk paket, saat ini banyak orang minta tolong dibuatkan abon.
"Banyak, sehari bisa 20-25 orang datang bawa daging minta dibuatkan abon. Otomatis menambah tenaga kerja warga sekitar," ungkap Agung.
Pantauan detikJateng, di Desa Plosowangi, Bawak dan Planggu warga mulai ramai menerima pasokan kulit sapi. Setelah itu kulit sapi digodok, dikerok, dipotong dan dijemur sebelum digoreng.
Di dusun-dusun perbatasan ketiga desa yang berdekatan itu, puluhan rumah disibukkan mengolah kulit sapi. Ibu-ibu juga hilir mudik membeli rambak atau membawa daging untuk pesan diolah menjadi abon.
Tini, seorang pelanggan abon mengatakan wilayah tiga desa itu sudah lama jadi produsen abon dan rambak. Menurut Tini, abon tersebut rasanya enak dan murah.
"Murah, kualitas bagus. Sejak saya kecil sudah buat abon dan rambak disini, sudah terkenal," katanya saat mengambil pesanan abon.
(aku/aku)