77 Ribu Warga Kudus Jadi Buruh Rokok, Ada yang Bisa Kuliahkan Anaknya

77 Ribu Warga Kudus Jadi Buruh Rokok, Ada yang Bisa Kuliahkan Anaknya

Dian Utoro Aji - detikJateng
Jumat, 17 Nov 2023 16:39 WIB
Ilustrasi buruh rokok di perusahaan rokok Kudus. Foto diambil pada 11 April 2023.
Foto: Ilustrasi buruh rokok di perusahaan rokok Kudus. Foto diambil pada 11 April 2023. (Dian Utoro Aji/detikJateng)
Kudus -

Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian, Koperasi, dan UKM Kabupaten Kudus mencatat ada 77.236 warga menjadi buruh di perusahaan rokok di Kudus. Bahkan ada buruh yang bisa menguliahkan anak-anaknya.

Kabid Hubungan Industri dan Perselisihan Tenaga Kerja Disnaker Kudus Agus Juanto mengatakan, di Kudus terdapat 81 perusahaan rokok. Dari skala kecil sampai besar. Terdapat 77.236 warga di Kudus bekerja di perusahaan rokok.

"Perusahaan rokok ada 81 dengan jumlah tenaga kerja 77.236 buruh," kata Agus dihubungi detikJateng, Jumat (17/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia merinci ada tiga perusahaan rokok terbesar di Kudus yang menampung jumlah pekerja. Pertama ada PT Djarum, lalu PT Sukun Wartono Indonesia, dan ketiga ada PT Nojorono.

"PT Djarum ada 41.600-an tenaga kerja, lalu PT Sukun Wartono Indonesia ada 3.300 tenaga kerja, dan PT Nojorono sekitar 3.200 tenaga kerja," terang dia.

ADVERTISEMENT

Agus mengungkapkan upah minimal Kabupaten Kudus tahun ini sekitar Rp 2,44 juta. Sedangkan buruh rokok yang tergabung pada anggota PPRK mereka menerima upah Rp 2,5 juta setiap bulannya.

"Untuk UMK Kudus 2023 Rp 2.439.814 upah pekerja rokok 2023 anggota PPRK Rp 2,5 juta," jelasnya.

Sedangkan UMK Kudus pada 2024 mendatang tengah dirumuskan. Rencananya pekan depan baru akan dirumuskan besaran UMK Kudus tahun 2024.

"Untuk upah minimun tahun depan masih menunggu data statistik dari pusat. Minggu depan baru dirapatkan kembali oleh Dewan Pengupahan Kabupaten Kudus," jelasnya.

Dari Buruh Bisa Kuliahkan Anak-anaknya

Ngatini, warga Desa Bulungcangkring, Kecamatan Jekulo sejak 1993 menjadi buruh rokok. Emak-emak berusia 46 tahun itu pun mengaku pendapatan dari buruh rokok dipakai untuk menyekolahkan anak-anaknya.

"Bekerja menjadi buruh rokok sejak tahun 1993, pernah di Kradenan, tahun 2004 lalu di Bulungcangkring terus tahun di Djarum Pladen," jelas Ngatini saat dihubungi detikJateng.

Ngatini bekerja di perusahaan rokok bagian contong. Ia mendapatkan penghasilan sehari rata-rata Rp 80 ribu. "Pendapatan sehari hari-hari Rp 80 ribu," terang dia.

Pendapatannya itu pun bisa menyekolahkan anak-anaknya. Anak pertama sudah lulus menjadi sarjana. Sedangkan anak kedua tengah kuliah semester 3. Sementara suaminya bekerja buruh harian di Jakarta.

"Hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan bisa membantu menyekolahkan anak sampai sarjana," ungkap Ngatini.

"Anak pertama sudah lulus, kedua baru kuliah semester tiga, dan yang ketiga baru berusia 2,5 tahun," terang dia.




(apu/aku)


Hide Ads