Cerita Ketekunan Hamid, Tukang Kunci yang Sukses Kuliahkan Anaknya

Serba-serbi Warga

Cerita Ketekunan Hamid, Tukang Kunci yang Sukses Kuliahkan Anaknya

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Rabu, 04 Des 2024 11:30 WIB
Hamid dan lapak duplikat kuncinya
Hamid dan lapak duplikat kuncinya. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar
Cirebon -

Di salah satu sudut di Taman Kebumen, Kota Cirebon terlihat seorang lelaki yang sedang sibuk membuat kunci motor yang rusak, di depan mejanya juga tampak sebuah tas berwarna biru yang berisi berbagai macam perkakas seperti gergaji, pisau dan alat lain yang digunakan untuk menduplikasi kunci.

Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya, kunci buatannya berhasil membuat motor yang kuncinya rusak tersebut kembali menyala. Nama lelaki yang berhasil membuat kunci tersebut adalah Hamid, usianya 52 tahun.

Hamis sudah berprofesi sebagai tukang kunci selama puluhan tahun. Sambil duduk di bangku taman, Hamid bercerita, bahwa ia mulai tertarik dalam dunia kunci sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Teknik Mesin (STM). Kala itu, setelah pulang sekolah, Hamid sering main ke lapak tukang kunci yang ada di sekitar Taman Kebumen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya sekadar bermain, Hamid juga mulai mempelajari cara untuk menduplikasi kunci. Baru, setelah lulus sekolah STM, sekitar tahun 1990-an, Hamid mulai memberanikan diri untuk membuka jasa duplikasi kunci sendiri.

"Sebelumnya memang cuman main saja, saya kan sekolah STM, pas masih sekolah saya sering ke sini, bantu-bantu, baru setelah lulus sekolah buka duplikasi kunci sendiri, sekitar tahun 1992," tutur Hamid, belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Sejak pertama kali membuka jasa tukang kunci, hingga sekarang, Hamid masih menduplikasi kunci tanpa menggunakan mesin, alias masih menggunakan cara manual. Untuk menduplikasi kunci, Hamid membutuhkan waktu sekitar 5 menit, sedangkan untuk membuat kunci yang hilang, Hamid membutuhkan waktu sekitar 1 jam.

"Kalau hilang nanti dibongkar, lihat dalem kuncinya dulu, paling sekitar 1 jam, tapi untuk harganya tergantung jenis kuncinya dulu," tutur Hamid.

Menurut Hamid, meski di tahun 1990-an terjadi krisis moneter. Namun, hal tersebut tidak berpengaruh pada pendapatan tukang kunci di Cirebon, malah, lanjut Hamid, saat krisis moneter, tukang kunci banyak menerima orderan. Masa itu, dalam sehari, Hamid bisa mendapatkan penghasilan sekitar ratusan ribu rupiah.

"Sehari nggak kehitung dapat orderan berapa, tapi untuk pendapatan itu sehari dapat Rp 500.000, bahkan pernah sampai dapat Rp 1000.000 juga sehari, dulu mah orang yang mau pakai jasa tukang kunci itu banyak sampai bejejer di sini, itu zaman nya krisis moneter, karena tukang kunci kan jasa,bukan barang konsumsi, jadi nggak ngaruh adanya krisis moneter juga,"tutur Hamid.

Namun, itu dahulu, sekarang pendapatan Hamid tidak lagi menentu, tak jarang dalam sehari Hamid tidak mendapatkan orderan sama sekali.

"Waduh sekarang mah Rp 100.000 juga kadang dapat kadang nggak, paling Rp 50.000. Kadang juga nggak dapat sama sekali, dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore itu," tutur Hamid.

Menurut Hamid, ada beberapa penyebab kenapa tukang kunci pendapatannya menurun, salah satunya karena hadirnya penjualan dan jasa duplikasi kunci secara online, serta menjamurnya tukang kunci yang menggunakan mesin sebagai alat membuat dan menduplikasi kunci.

"Sekarang banyak online, kadang orangnya langsung beli baru, meski mudah rusak juga. Sama kayak ada tukang duplikat kunci pakai mesin di mal-mal, yang waktu pengerjaannya lebih cepat juga, sekarang setiap mal ada saja tukang kunci, dan di mal itu lebih murah," tutur Hamid.

Selama puluhan tahun menjadi tukang kunci, Hamid berhasil menyekolahkan 2 dari 3 anaknya sampai perguruan tinggi. Menurut Hamid, apapun profesinya, pendidikan tetap menjadi yang terpenting. Oleh karena itu, meski dalam prosesnya tidak mudah, tapi Hamid tetap berjuang agar bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.

"Anaknya 3, 2 anak sudah lulus kuliah semua, murni biaya sendiri, paling besar itu usia 35 tahun. Karena bagi saya pendidikan itu penting, harus dan perlu. Alhamdulillah, walaupun kadang berat, tapi dari usaha tukang kunci bisa kuliahin anak, yang penting kita niat cari uang buat anak istri saja. Kalau anak satunya memang nggak mau kuliah," tutur Hamid.

Hamid mengatakan, meskipun sudah berhasil mengantarkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi dan hidup mandiri, tapi Hamid masih tetap semangat bekerja dan tidak mengantungkan hidupnya kepada anak-anaknya. Bagi Hamid, selagi dirinya masih diberi kesehatan, ia akan tetap terus bekerja mencari rezeki.

"Nggak ada niatan buat pindah profesi, mau dirubah juga apanya yang dirubah. Meski kata orang kan tinggal ngambil hasilnya saja, kalau saya sih, alhamdulillah prinsipnya selagi masih sehat, bisa nyari uang sendiri yah nyari uang sendiri, nggak nganggur di rumah terus. Dan untuk makan sehari-sehari alhamdulillah cukup," pungkas Hamid.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads