Kesuksesan Perusahaan Otobus (PO) Haryanto yang ada di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, tidak lepas dari kegigihan pemiliknya, Haryanto. Purnawirawan TNI itu ternyata di masa kecilnya sempat berjualan es keliling. Berikut kisahnya.
Jual Es Keliling Sewaktu SD
Haji Haryanto, begitu dia akrab disapa, dikenal sebagai pemilik PO Haryanto yang beralamat di Desa Ngembal Kulon, Kecamatan Jati, Kudus. Saat mengisi acara 'Pengajian Bisnis' yang diselenggarakan IIBF di Kudus, Senin (17/7), dia mengisahkan sempat berjualan es keliling saat saat masih sekolah dasar (SD).
"Ibu saya pedagang, sehari makan sehari tidak. Saya jualan es keliling. Dulu saya kausnya sobek-sobek, ibu saya kalau tahu menangis. Saya tidak punya sendal, saya keliling es termos, keliling sampai berkilo-kilo," kata Haji Haryanto mengenangkan masa kecilnya, Senin (17/7/2023) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski es dagangannya tidak selalu habis terjual, Haryanto mengaku tidak pernah mengeluh. Dia pun berjualan atas inisiatif sendiri demi meringankan beban orang tuanya.
"Kadang tidak ada yang beli. Kadang di sawah dapat berapa ditukar sama padi itu, kita bawa pulang untuk makan," ujarnya.
"Karena melihat orang tua tidak mampu, saya harus bekerja, kapan saya bisa membantu orang tua," sambungnya.
Sempat Jadi Buruh Pabrik
Saat remaja, Haryanto sempat bekerja menjadi buruh rokok di Kudus. Dia juga pernah menjadi kuli bangunan sebelum kemudian mendaftarkan diri sebagai ABRI.
"Saya pernah bekerja di pabrik rokok, tapi tidak pernah putus asa. Saya nyari kerja lagi, ngelamar sana-sini tidak ada yang menerima. Akhirnya sempat menjadi kuli bangunan. Gajinya Rp 400, saya belikan nasi Rp 200, sisanya saya simpan," ucapnya.
Mendaftar Jadi Tentara
Haryanto pun memutar otak untuk mengubah nasib. Bermodalkan ijazah Sekolah Teknik (ST), dia berkeinginan menjadi tentara.
"Saya melihat dua orang sedang salat, saya harus berubah, lalu saya harus membanting setir lagi. Saya masuk tentara dengan ijasah ST, karena STM saya tidak lulus. Saya setahun tidak bisa melanjutkan sekolah karena tidak ada biaya," kata Haryanto.
Pria kelahiran 1959 ini pun pindah dari Kudus untuk mendaftar sebagai tentara. Singkat cerita dia menjadi anggota TNI sejak tahun 1979, awalnya bertugas di Arhanudri 1/Kostrad di Tangerang.
"Pertama akan ditaruh di Kalimantan, saya akhirnya tidak berangkat. Kedua kali masuk ABRI alhamdulillah di situ saya lulus. Saya pendidikan dan selesai bertugas di Tangerang. Di Tangerang itu saya berpikir jauh dengan orang tua," ujarnya.
Kisah Haryanto merintis usaha di halaman selanjutnya.
Merintis Usaha Transportasi Bus
Demi menambah penghasilannya, Haryanto juga 'merangkap' jadi sopir angkutan saat malam. Berawal dari sopir itulah, pada tahun 2002, dia mulai merintis usaha di bidang transportasi. Awalnya dia memiliki lima bus yang kondisinya memprihatinkan. Dia sempat membuka trayek Cikarang - Tangerang namun gagal.
"Tahun 2002 saya bangun angkot tak jual, saya harus alih profesi. Saya beli bus jelek-jelek dapat lima unit, saya buka trayek Cikarang gagal," ungkapnya.
Lantas Haryanto membuka trayek Kudus- Jakarta. Dari situlah usahanya mulai berkembang. Haryanto pun pensiun dari tentara dan memilih fokus mengembangkan usahanya.
"Saya akhirnya mendapatkan petunjuk dari Allah, buka (trayek) Kudus-Jakarta. Itu busnya jelek, tapi saya ingat penumpangnya setiap hari penuh," kenangnya.
Pada tahun 2007, usaha Haryanto sempat terdampak kenaikan BBM dan mulai banyaknya kendaraan roda dua dan mobil pribadi. Dia pun mengaku sempat punya utang hingga Rp 17 miliar.
"Tahun 2007 saya kolaps karena ada kenaikan BBM dan krismon (krisis moneter). Di situ saya yakin janji Allah, barang siapa yang taat kepada-Ku sesulit apapun aku usaha. Jadi saya punya utang Rp 17 miliar, dalam suasana tidak bagus saya punya utang," ungkapnya.
"Saya memohon kepada Allah, atas izin Allah dikasih waktu 5 tahun. 3 tahun selesai (utangnya)," pungkas Haryanto yang kini memiliki sekitar 300 unit bus.