Di tangan Supadi (48), warga Gayam RT 01 RW 03 Desa Lebak, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, kayu mahoni bisa diolah menjadi miniatur motor Harley. Hasil karyanya laris dipesan pembeli dari kota-kota besar di dalam dan luar Pulau Jawa.
Di rumahnya, Rabu (3/5), ribuan hasil kerajinan kayu berwujud motor Harley itu tampak berjajar rapi. Sementara itu sejumlah orang terlihat sibuk berproduksi.
Supadi menjadi perajin kayu sejak 1989. Saat itu ia bekerja di salah satu tempat perajin kayu di Klaten. Pada 1998 ia memutuskan untuk berproduksi sendiri di rumahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya di Klaten membuat mobil-mobilan dari kayu. Kemudian di sini saya mencoba membuat sepeda motor Harley," kata Supadi saat ditemui wartawan, Rabu (3/5/2023).
Supadi mengatakan, bahan kerajinannya dari kayu mahoni. Sehari-hari dia dibantu lima orang dengan tugas yang berbeda-beda. Mulai dari menggergaji bahan, membuat pola motor, membuat ban, dan lain-lain, sebelum dirangkai menjadi satu.
Tiap bulan, rumah produksi Supadi bisa menghasilkan 1.000 buah miniatur Harley dari kayu. "Ini baru ada pesanan total 4.500 buah, masih dalam proses," ujarnya.
Hampir semua miniatur Harley itu dikirimkan ke Klaten, tempat Supadi dulu bekerja. Dari Klaten lalu dikirim ke sejumlah daerah seperti Jakarta, Bandung, hingga Bali.
"Yang dijual dari sini ada dua macam, yang sudah jadi atau yang masih mentahan (belum dirangkai dan dicat). Rata-rata dari Klaten ambil yang mentahan," ungkapnya.
Harga miniatur Harley itu bervariasi tergantung ukurannya. Ada empat ukuran yang ditawarkan, paling murah Rp 7.500 dan paling mahal Rp 19.000.
"Itu harga mentahan. Kalau sudah finishing saya jual Rp 29.000," ucap Supadi. Dari setiap satu miniatur Harley tersebut, dia memperoleh keuntungan 20-25 %.
"Saya memang dikenal spesialis (miniatur) Harley. Di Klaten banyak perajin seperti ini, tapi membuatnya mobil. Karena kalau Harley itu susah, banyak bubutan," terangnya.
Meski demikian, Supadi juga mahir membuat miniatur mobil antik, pesawat, maupun kapal, tergantung pesanan.
"Dari semua karya saya memang 95 persen bentuknya Harley. Kalau Harley berapapun saya buat pasti di sana (Klaten) diterima," kata dia.
Beberapa tahun lalu Supadi pernah menjual hasil karyanya di Museum Kasrt Indonesia (MKI). Karena MKI kebanjiran beberapa waktu lalu, ia sudah tidak menjual di sana.
"Handycraft ini orientasinya ke wisata. Pas pandemi COVID-19 itu turun drastis. Ini sudah mulai menggeliat," pungkas Supadi.
(dil/aku)