Memanfaatkan limbah tanaman, warga di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berhasil memproduksi pelbagai kerajinan tangan bernilai jual tinggi. Produk tersebut bahkan telah sukses merambah pasar Eropa.
Adalah Pargono sosok di balik lahirnya Murakabi Craft, sebuah sentra kerajinan serat alam yang berpusat di Dusun Sedang, Kalurahan Tanjungharjo, Kapanewon Nanggulan, Kulon Progo. Di tempat ini pengunjung bisa menjumpai aneka kerajinan mulai dari karpet, pot, vas bunga, tas, hingga perabotan rumah tangga yang seluruhnya berasal dari serat-serat tumbuhan atau biasa disebut serat alam.
"Mengusung tagline go green, kami mengolah limbah dari 6 bahan material di antaranya enceng gondok, pandan, pelepah pisang, daun palem, hingga serat agel untuk dijadikan kerajinan seperti karpet, lampu, kursi, keranjang, hingga tas fashion," ujar Pargono saat ditemui di Showroom Murakabi Craft, Sabtu (25/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pargono bercerita, Murakabi Craft berdiri pada 1999. Lahirnya usaha ini berangkat dari keresahannya yang mengalami kesulitan ekonomi pascakrisis moneter Indonesia 1997-1998.
Hingga pada suatu hari, Pargono melihat adanya potensi dari limbah tanaman yang banyak ditemui di desanya. Dia pun coba mengolah limbah tersebut dengan mengambil serat-seratnya untuk dijadikan kerajinan tangan.
"Karena kebetulan di sini banyak limbah tanaman kok saya kepikiran untuk buat kerajinan ya. Akhirnya saya coba itu dan ternyata berhasil," ucapnya.
Setelah berhasil menciptakan kerajinan dari serat alam, Pargono lantas mencari tempat untuk memasarkan produknya. Dia pun memilih Bali sebagai target pertama. Tak dinyana pilihan ini jadi titik awal kesuksesan Murakabi Craft.
"Awal berdiri murakabi tidak langsung booming, justru (mulai booming) pas di Bali pada 2000-an awal itu. Saya pilih Bali karena melihat potensi Bali yang banyak dikunjungi wisatawan asing yang notabene pecinta serat alam," ujarnya.
![]() |
Di Bali, Pargono kebanjiran pesanan. Mayoritas pesanan datang dari konsumen mancanegara, terutama dari daratan Eropa. Menurutnya warga Benua Biru sangat menggemari kerajinan serat alam karena cenderung ramah lingkungan.
"Masyarakat sana (Eropa) sangat tertarik kerajinan serat alam karena mengurangi limbah yang merusak alam, mengingat bahannya dari serat alam jadi mudah terurai," jelasnya.
Pada 2010, Murakabi Craft mulai melebarkan sayapnya. Di tahun itu produknya telah merambah seluruh pasar di Indonesia, bahkan mulai ekspor ke berbagai negara bagian Eropa, mulai dari Belgia, Prancis dan Belanda.
"Selain itu kami juga ekspor ke Amerika dan beberapa negara di Asia," terang Pargono.
Selengkapnya baca di halaman berikutnya....
Kesusksesan Murakabi Craft turut berdamak positif bagi masyarakat di Nanggulan. Tercatat ada sekitar 500 warga yang bekerja sebagai perajin di Murakabi Craft.
Adapun kapasitas produksi usaha ini mencapai 20 ribu produk per bulan dengan omzet hingga Rp 100 juta. Untuk harga produk di Murakabi Craft pengunjung bisa membelinya mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 1 jutaan.
![]() |
Sementara itu salah satu konsumen, Asri Saraswati mengaku tertarik mengunjungi Murakabi Craft karena banyak pilihan produknya. Harga yang ditawarkan juga cenderung lebih murah dibandingkan produk sejenis dari merek lain.
"Kebetulan kan tadi pas lewat ya, terus suami iseng ngajakin mampir ke sini nah ternyata pilihan produknya banyak banget, terus harganya jomplang, kalau di toko-toko itu kan mahal, di sini murah banget padahal produknya sama persis," ucap perempuan asal Sleman tersebut.
Asri mengaku tertarik membeli produk di Murakabi Craft karena bahan bakunya dari serat alam. Kebetulan hampir seluruh perabotan di rumahnya menggunakan bahan-bahan alami.
"Memang suka yang alami gini sih, di rumah saya juga mayoritas dari serat alam, jadi ini sekalian buat nambah koleksi," ucapnya.