Kisah Erma, Buruh Grobogan di Balik Viral 'Pabrik Elit Bayar Lembur Syulit'

Kisah Erma, Buruh Grobogan di Balik Viral 'Pabrik Elit Bayar Lembur Syulit'

Afzal Nur Iman - detikJateng
Senin, 06 Feb 2023 22:30 WIB
Buruh PT SAI Apparel, Erma Oktavia saat berorasi di depan Kantor Gubernur Jateng, Semarang, Senin (6/2/2023).
Buruh PT SAI Apparel, Erma Oktavia saat berorasi di depan Kantor Gubernur Jateng, Semarang, Senin (6/2/2023). Foto: Afzal Nur Iman/detikJateng
Semarang -

Buruh PT SAI Apparel Industries Grobogan, Erma Oktavia mendadak menjadi sorotan usai video cekcok dengan atasannya viral dengan judul 'Pabrik Elit Bayar Lembur Syulit'. Erma, dipuji karena dianggap berani di tengah banyaknya buruh yang lebih memilih diam.

Dia sendiri belum genap setahun bekerja di PT SAI Apparel Industries Grobogan. Mulai bekerja sebagai leader di sana, sudah tercatat beberapa kali dirinya berseberangan sikap dengan perusahaan tempatnya mencari nafkah.

"Pertama masuk itu saya leader saving yang punya tanggung jawab satu line masalah target dan quality. Kemudian saya mendirikan organisasi 6 bulan saya kerja di situ, mendirikan organisasi itu SP Spring," ujarnya saat ditemui di sela-sela aksinya di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah, Jalan Pahlawan, Semarang, Senin (6/2/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu, dia diajak mendirikan serikat buruh perusahaan oleh rekannya. Dia pun setuju karena menganggap serikat buruh penting.

Namun, mendirikan serikat buruh justru membuatnya harus berseberangan dengan tempatnya bekerja. Dia bahkan merasa dihalang-halangi saat ingin merekrut anggota.

ADVERTISEMENT

"Saya kan sudah bilang ke general manager 'Bapak kita itu mendirikan organisasi di sini bukan semata-mata egois mementingkan kepentingan pekerja, kita juga akan membantu Bapak dalam merekrut karyawan yang berpengalaman dan ahli di bidangnya'," katanya.

Menurutnya, polemik mulai terjadi sekitar bulan Oktober hingga November. Hal itu ditandai dengan masuknya manajemen baru yang berasal dari SAI Apparel Semarang.

"Sebetulnya perusahaan baru , tapi manajemennya lama di Indonesia, mereka mendirikan di Semarang kan PT SAI Apparel. Kemudian pindah ke Grobogan bulan Oktober-November itu yang dari chief, supervisor itu pindah ke Grobogan," ujarnya.

Sejak itu, pegawai mulai dituntut sesuai target tanpa peduli jam kerja. Alhasil, meski kelebihan jam kerja, pekerja di sana tak mendapat jatah lembur.

"Itu kan perusahaan baru, semua karyawan baru, banyak yang belum pengalaman juga, mereka harus menyesuaikan juga. Misal ditarget 800 padahal 7 jam kerja itu mungkin 600 atau 500, jadi harus dapat 800 itu entah sampai jam 5 atau jam 6. Nggak ada lembur, nggak dibayar itu ada yang sampai jam 8 malam itu nggak dibayar," ujarnya.

Berada di serikat pekerja, dia kemudian mengadukan hal itu kepada atasannya. Dia justru dipindah tanpa alasan yang jelas.

Cerita Erma dinyinyiri sesama buruh, baca halaman selanjutnya

Erma sebenarnya dipindah ke posisi yang kecil kemungkinan jam kerjanya molor. Namun, ia justru tak berpuas diri, dia menganggap hal itu pembungkaman.

"Semuanya mengeluh, kemudian waktu mengeluh kita di mutasi di tempat yang di mana departemennya tidak molor, tepat waktu. Kita dipindah di situ biar nggak protes," jelasnya.

Dinyinyiri Sesama Buruh

Erma memang banyak dipuji atas keberaniannya. Dia banyak mendapat sorak sorai saat aksi di Semarang sore ini.

Tetapi, ternyata juga banyak yang menyalahkan dirinya karena memviralkan kasus di perusahaan itu. Bahkan, Erma dianggap egois oleh sesama buruh.

"Banyak yang menyerang saya, banyak yang WA saya 'gara-gara keegoisanmu pabrik diancam tidak ada orderan, bagaimana dengan nasib buruh yang lain, apa ini yang dinamakan serikat?'," katanya menirukan tanggapan temannya sesama buruh.

Dia memandang hal itu wajar. Dia tak terlalu menggubrisnya. Dia merasa punya tujuan yang lebih penting untuk diperjuangkan.

"Saya disalahkan tapi saya nggak pedulikan itu, tujuan saya bukan itu, tujuan saya itu agar perusahaan enggak berani melakukan kebohongan, kecurangan," lanjut Erma.

Erma menganggap rekan-rekannya yang menyerangnya itu hanya karena belum paham. Dia justru berharap rekan-rekan sesama buruh di manapun berani menyuarakan kegelisahannya.

"Saya berharap untuk karyawan-karyawan yang lain nggak hanya di perusahaan yang saya bekerja, untuk berani menyuarakan mana yang wajib kita tolak dan mana tanggung jawab yang harus kita jalani," ujarnya.

Ikuti berita lainnya dari detikJateng di Google News.

Halaman 2 dari 2
(ahr/apl)


Hide Ads