Buruh PT SAI Apparel Industries Grobogan, Erma Oktavia mendadak menjadi sorotan usai video cekcok dengan atasannya viral dengan judul 'Pabrik Elit Bayar Lembur Syulit'. Erma, dipuji karena dianggap berani di tengah banyaknya buruh yang lebih memilih diam.
Dia sendiri belum genap setahun bekerja di PT SAI Apparel Industries Grobogan. Mulai bekerja sebagai leader di sana, sudah tercatat beberapa kali dirinya berseberangan sikap dengan perusahaan tempatnya mencari nafkah.
"Pertama masuk itu saya leader saving yang punya tanggung jawab satu line masalah target dan quality. Kemudian saya mendirikan organisasi 6 bulan saya kerja di situ, mendirikan organisasi itu SP Spring," ujarnya saat ditemui di sela-sela aksinya di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah, Jalan Pahlawan, Semarang, Senin (6/2/2023).
Saat itu, dia diajak mendirikan serikat buruh perusahaan oleh rekannya. Dia pun setuju karena menganggap serikat buruh penting.
Namun, mendirikan serikat buruh justru membuatnya harus berseberangan dengan tempatnya bekerja. Dia bahkan merasa dihalang-halangi saat ingin merekrut anggota.
"Saya kan sudah bilang ke general manager 'Bapak kita itu mendirikan organisasi di sini bukan semata-mata egois mementingkan kepentingan pekerja, kita juga akan membantu Bapak dalam merekrut karyawan yang berpengalaman dan ahli di bidangnya'," katanya.
Menurutnya, polemik mulai terjadi sekitar bulan Oktober hingga November. Hal itu ditandai dengan masuknya manajemen baru yang berasal dari SAI Apparel Semarang.
"Sebetulnya perusahaan baru , tapi manajemennya lama di Indonesia, mereka mendirikan di Semarang kan PT SAI Apparel. Kemudian pindah ke Grobogan bulan Oktober-November itu yang dari chief, supervisor itu pindah ke Grobogan," ujarnya.
Sejak itu, pegawai mulai dituntut sesuai target tanpa peduli jam kerja. Alhasil, meski kelebihan jam kerja, pekerja di sana tak mendapat jatah lembur.
"Itu kan perusahaan baru, semua karyawan baru, banyak yang belum pengalaman juga, mereka harus menyesuaikan juga. Misal ditarget 800 padahal 7 jam kerja itu mungkin 600 atau 500, jadi harus dapat 800 itu entah sampai jam 5 atau jam 6. Nggak ada lembur, nggak dibayar itu ada yang sampai jam 8 malam itu nggak dibayar," ujarnya.
Berada di serikat pekerja, dia kemudian mengadukan hal itu kepada atasannya. Dia justru dipindah tanpa alasan yang jelas.
Cerita Erma dinyinyiri sesama buruh, baca halaman selanjutnya