Cerita Warga Klaten, Beli Tanah Rp 150 Juta Diganti Proyek Tol Rp 7,8 Miliar

Cerita Warga Klaten, Beli Tanah Rp 150 Juta Diganti Proyek Tol Rp 7,8 Miliar

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Selasa, 27 Des 2022 15:43 WIB
Nur Siswanto menerima UGK tol Jogja-Solo.
Nur Siswanto menerima UGK tol Jogja-Solo. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng.
Klaten -

Pemilik tanah di Desa Dompyongan, Kecamatan Jogonalan, Klaten, Jawa Tengah hari ini menerima uang ganti kerugian (UGK) proyek Tol Jogja-Solo. Salah seorang warga menerima UGK Rp 7,8 miliar dari tanah yang dibelinya cuma seharga Rp 150 juta. Seperti apa ceritanya?

"Yang kena 3.300 meter persegi, kebun semua tidak ada rumahnya. Dapat sekitar Rp 7,8 miliar," ungkap Nur Siswanto (60) kepada detikJateng saat penerimaan UGK di balai desa Dompyongan, Selasa (27/12/2022) siang.

Nur menceritakan tanah pekarangan di Desa Dompyongan tersebut dibeli pada tahun 2011. Total dari pekarangan dengan tiga sertifikat itu dibelinya Rp 150 juta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun 2011 saya beli total dengan harga Rp 150 juta. Tidak mengira kena tol, dulu zaman Pak Harto (presiden) informasinya mau dibuat tol tapi katanya kan diubah," papar Nur dengan wajah semringah bersama istrinya.

Setelah kena proyek tol dan dapat uang ganti kerugian, Nur dan keluarganya sangat bersyukur. UGK tol merupakan rezeki yang harus disyukuri dan diharapkan menjadi berkah.

ADVERTISEMENT

"Kita bersyukur, namanya dikasih rezeki Yang Maha Kuasa. Mudah-mudahan ini barokah, " lanjut Nur yang tinggal di Desa Kemudo, Kecamatan Prambanan itu.

Tiga petak pekarangan itu, tutur Nur, dibelinya dari seorang warga yang sudah tinggal di Jakarta. Pekarangan itu kemudian dibelinya dan sebelumnya pernah mau dibeli beberapa kali tapi tidak dilepas.

"Sering mau dibeli orang karena banyak pertimbangan tidak kami jual. Empat tahun yang lalu juga mau dibeli tapi saya tidak mau, ya Alhamdulillah kena tol," papar Nur.

Pernah juga, ucap Nur, pekarangan itu mau dibeli pabrik. Harganya saat itu cuma Rp 500.000 per meter tapi tidak dilepas.

"Mau dibeli pabrik empat tahun lalu. Harganya Rp 500.000 per meter tapi tidak saya lepas, ternyata malah kena tol," kata Nur.

Sebelum kena proyek Tol Jogja-Solo, Nur mengaku tidak pernah bermimpi apapun. Dia percaya rezeki sudah ada yang mengatur.

"Tidak mimpi. Rezeki itu kan dari yang maha kuasa, rezeki saya yakin sudah ada yang mengatur," sambung Nur yang bekerja di proyek.

Dikatakan Nur, uang Rp 7,8 miliar itu sudah dibelikan sawah di desa asalnya. Setelah dikembalikan bentuk sawah menjadi ukuran 5.000 meter persegi.

"Sudah saya belikan sawah. Saya kembalikan sawah lagi dapat 5.000 meter persegi, ya nantinya untuk tabungan keluarga," pungkas Nur yang dua anaknya sudah selesai kuliah itu.




(apl/ams)


Hide Ads