Produksi Garam Brebes Anjlok gegara Cuaca Ekstrem-Alih Fungsi Lahan

Produksi Garam Brebes Anjlok gegara Cuaca Ekstrem-Alih Fungsi Lahan

Imam Suripto - detikJateng
Selasa, 20 Des 2022 15:46 WIB
Lahan garam di Brebes
Lahan garam di Brebes. Foto: Imam Suripto/detikJateng.
Brebes -

Cuaca ekstrem yang terjadi saat ini berimbas pada anjloknya produksi garam di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Curah hujan tinggi dan rob yang sering terjadi membuat petani garam tidak bisa berproduksi.

Data Dinas Perikanan Brebes menyebut baku potensi produksi garam semuanya mencapai 54 ribu ton per tahun. Lahan produksi garam di Brebes tersebar di sejumlah desa dari lima kecamatan kawasan pesisir pantura, yaitu Losari, Tanjung, Bulakamba, Wanasari, dan Kecamatan Brebes.

Karena faktor cuaca ektrem produksi garam jumlahnya jauh dari baku potensi. Dinas Perikanan Kabupaten Brebes mencatat produksi garam dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan tajam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari baku potensi produksi garam 54 ribu ton per tahun, pada 2022 hanya memproduksi 1.113 ton. Tahun 2021, jumlah garam yang diproduksi sebanyak 1.200 ton. Pada 2020 garam yang diproduksi 2.400 ton.

"Baku potensi produksi kita cukup besar. Bisa mencapai 54 ribu ton per tahun. Tapi tiga tahun ke belakang produksinya sangat jauh dan terus menurun. Tahun 2020 bisa 2.400 ton, tahun 2021 hanya 1.200 ton, tahun ini hanya 1.113 ton," ungkap Kepala Dinas Perikanan Brebes, Zuhdan Fanani, Selasa (20/12/2022).

ADVERTISEMENT

Di samping terdampak cuaca, minat masyarakat untuk membuat garam cenderung turun. Lahan lahan garam yang ada pun banyak yang dialihfungsikan menjadi tambak ikan, udang, dan rumput laut.

Desa-desa yang semula menjadi sentra garam, kini mulai dialih fungsi ke perikanan darat. Beberapa desa seperti Sawojajar, Kaliwlingi dan Krakahan yang semula menjadi sentra garam, pada 2022 ini sudah tidak berproduksi.

"Lahan garam sekarang sudah makin berkurang. Mereka mengubahnya menjadi tambak ikan dan udang. Upaya yang bisa kita lakukan hanya dengan menyadarkan mereka agar menanam mangrove. Karena ini memang sangat berpengaruh untuk meminimalisir banjir rob," lanjut Zuhdan.

Untuk meningkatkan kembali produksi garam, pihaknya sudah mencoba budidaya garam menggunakan sistem tunel buka tutup. Pembuatan garam model ini agar petani bisa produksi saat musim hujan.

Sistem budidaya ini sudah diterapkan satu kelompok tani di Desa Krakahan Kecamatan Tanjung. Diharapkan metode tersebut bisa mempertahankan produktifitas garam dan akan diterapkan di lahan-lahan lain.

"Kami mengarahkan kelompok tani garam untuk membuat tunel buka tutup. Di Desa Krakahan sudah diterapkan dan tahun depan akan direplikasi dan diperbanyak di titik lokasi lain. Sistem ini cukup mudah. Lahan garam hanya diberi plastik di atasnya dengan membentuk setengah lingkaran. Saat cuaca panas bisa dibuka dan saat hujan bisa ditutup," pungkasnya.




(apl/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads