Kebutuhan kedelai di Kabupaten Boyolali mengalami defisit 17.590 ton. Dari kebutuhan 18.869 ton, hanya terpenuhi 1.279 ton. Hal ini salah disebabkan lantaran tidak tersedianya kedelai yang mencukupi di wilayah Boyolali.
Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan kedelai di Boyolali haruslah mendatangkan pasokan dari luar Boyolali.
"Data hingga 19 November (2022) ini untuk ketersediaan kebutuhan kedelai mengalami defisit 17.590 ton," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Boyolali, Joko Suhartono, kepada detikJateng Selasa (22/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Joko, defisit tersebut dikarenakan ketersediaan kedelai di Kabupaten Boyolali masih tergantung pasokan daerah lain. Untuk menutup defisit sebesar itu, Boyolali membutuhkan lahan pertanian kedelai hingga 9.000 hektare.
"Kami sudah menyisir daerah-daerah yang potensi untuk tanaman kedelai. Dengan defisit sebesar itu, dengan produksi 1,7 ton per hektare, ketemunya (dibutuhkan lahan untuk tanam kedelai) sekitar 9.000 hektare," jelasnya.
![]() |
Dikemukakan dia, wilayah Boyolali sebenarnya potensi untuk pertanian kedelai. Hanya saja, kadang-kadang bibit yang ditanam petani kurang berkualitas. Sehingga perlu dilakukan edukasi.
"Kita akan kerja sama dengan ahli kedelai, produksi kedelainya bisa 3,4 ton/hektare. Kalau di kita (Boyolali) sekarang kan cuma 1,7 ton/hektare. Kalau bisa lompatan itu luar biasa," imbuh Joko.
Lahan pertanian kedelai, lanjut Joko, terutama di wilayah Boyolali utara. Yakni di Kecamatan Wonosegoro, Wonosamodro, Juwangi, Klego, Simo, Kemusu sedikit dan Sambi.
"Sekarang paling banyak Sambi, hampir 300 hektare," paparnya.
Sedangkan untuk beras, Joko menyatakan hingga November ini Boyolali surplus 66.695 ton. Begitu juga jagung mengalami surplus 119.208 ton.
(apl/ahr)