Harga Sejumlah Komoditas Turun, Jateng Catat Deflasi -0,39%

Harga Sejumlah Komoditas Turun, Jateng Catat Deflasi -0,39%

Atta Kharisma - detikJateng
Kamis, 15 Sep 2022 17:00 WIB
Ganjar Pranowo
Foto: dok. Pemprov Jateng
Jakarta -

Provinsi Jawa Tengah mengalami deflasi penurunan harga komoditas pangan dan nonpangan sebesar -0,39% pada bulan Agustus 2022 lalu. Jumlah tersebut melebihi besaran deflasi nasional yang tercatat sebesar -0,21%.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan penyebab deflasi pada Agustus lalu dikarenakan sejumlah komoditas seperti bawang merah dan cabai mulai memasuki masa panen. Selain itu, ia menilai penurunan tarif angkutan udara juga memengaruhi deflasi.

Kendati demikian, Ganjar mengimbau untuk tidak terlalu bersenang diri dengan capaian tersebut. Menurutnya, masih ada sejumlah komoditas volatile food yang hasil produksinya belum optimal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi kalau kita lihat dari produk pangan yang bisa mempengaruhi inflasi atau volatile food itu masuk dalam kontrol kita. Karena kemarin beberapa produksinya juga tidak terlalu bagus," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Kamis (15/9/2022).

Ganjar menambahkan harga komoditas yang rendah di Jateng saat ini bisa saja tiba-tiba meroket jika muncul gejala-gejala terjadinya inflasi.

ADVERTISEMENT

Selain itu, lanjut Ganjar, harga komoditas juga dipengaruhi faktor administered price atau harga yang ditentukan pemerintah. Ia mengatakan hal ini dapat kapan saja memengaruhi laju inflasi. Terlebih, pascapenyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu.

"Harga yang sangat rendah di Jawa Tengah itu begitu terjadi inflasi yang sangat tinggi, maka naiknya juga akan luar biasa. Maka ketika harga di kita turun, administered price dari kenaikan BBM ini juga akan mempengaruhi inflasi," terangnya.

Guna mengantisipasi hal tersebut, Ganjar beserta jajarannya telah melakukan sejumlah upaya seperti intervensi, operasi pasar hingga menggelontorkan bantuan untuk menjaga daya beli masyarakat.

Ganjar juga terjun langsung ke lapangan seperti pasar, SPBU, pelelangan ikan hingga kampung nelayan untuk memastikan kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi dan bantuan yang diberikan juga tepat sasaran.

"Maka kita kendalikan komponen-komponen yang bisa kita kendalikan. Termasuk bagaimana daya beli masyarakat bisa kita kontrol juga dan bantuan-bantuan yang hari ini turun kita pastikan itu sampai ke masyarakat dan tepat sasaran. Kalo itu tepat sasaran, masyarakat akan enak," tuturnya.

"Tugas saya memastikan produksinya tetap lancar, termasuk tadi mengecek BBM solar untuk nelayan. Sehingga masyarakat akan senang mendapatkan itu semua," sambung Ganjar.

Sebagai informasi, data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah menunjukkan ada enam wilayah yang mengalami penurunan sejumlah harga, yakni Cilacap Kota, Purwokerto Kota, Kudus Kota, Kota Surakarta, Semarang, dan Tegal.

Adapun deflasi tertinggi tercatat di Kota Tegal sebesar -0,64%, disusul Cilacap-0,55%, Purwokerto dan Kota Semarang masing-masing -0,44%. Sedangkan di Kudus terjadi deflasi -0,31% dan deflasi terendah di Surakarta dengan -0,06%.




(prf/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads