Kenaikan harga telur ayam di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), berdampak terhadap sejumlah sektor usaha. Salah satunya yakni pengusaha donat yang selama ini menggunakan telur sebagai bahan utama pembuatannya.
Salah satu penjual donat, Andri, mengatakan dirinya terpaksa menaikkan harga sebagai imbas dari meroketnya harga telur. Pemilik Emerald Donat di Wates, Kulon Progo, itu menambahkan harga per lusin donat buatannya naik sebesar Rp 3 ribu, menjadi Rp 35 ribu.
"Dengan terpaksa kita naikkan harga donatnya ini. Yang awalnya Rp 32 ribu menjadi Rp 35 ribu, naik Rp 3 ribu per lusin," ungkap Andri saat ditemui di tokonya, Senin (29/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andri mengatakan upaya menaikkan harga dilakukan untuk menyeimbangkan biaya operasional yang limbung di tengah lonjakan harga telur. Hal ini juga dipicu oleh kenaikan bahan baku lain penunjang produksi donatnya, seperti tepung terigu dan minyak goreng.
"Awalnya itu dari minyak goreng itu, kan mahal naiknya bisa dua kali lipat ya. Terus tepung terigu juga naik, jadi kita naikkan untuk mengimbangi harga bahan baku," jelasnya.
Menyiasati harga telur yang terus naik, Andri pun kini pilih membeli telur secara langsung dari peternak. Ini dilakukan untuk mendapat harga telur yang lebih murah.
![]() |
"Kami untuk pembelian langsung dari peternak, jadi dapat harga yang jauh lebih murah daripada membeli di pasar. Selisih telur sekitar Rp 2.000 sampai Rp 2.500 per kilogram. Untuk pembelian telur kita sekitar 10 kg atau 1 krat itu, jadi dapat harga lebih murah, dan sering mengorder agar tetap mendapat telur yang baru," ujarnya.
Andri juga memastikan, untuk saat ini ukuran donat buatannya tidak akan menyusut meski harga telur naik. Ini agar konsumen tidak kabur.
"Untuk ukuran tidak kami ubah, tetap sama seperti dulu," ucapnya.
Baca Peternak Untung, Tetapi Was-was di halaman berikutnya...
Peternak Untung, Tetapi Was-was
Sementara itu salah satu peternak ayam, Dimas Kurniawan, mengatakan naiknya harga telur yang saat ini menyentuh Rp 30 ribu per kilogram cukup melegakan bagi peternak. Namun, ia tetap khawatir harga kembali anjlok mengingat kenaikan ini tidak disebabkan oleh mekanisme pasar.
"Kalau untuk kondisi sekarang dengan harga yang bisa dikatakan lumayan ya untuk peternak sangat menguntungkan, tetapi gejolaknya itu belum tentu. Jadi kenaikan itu saya kira bukan murni karena pasar, tapi ada kenaikan mungkin karena kemarin ada permintaan dari PKH itu, jadi mungkin harganya naik begitu tinggi, dan semoga aja harganya bisa stabil seperti saat ini," ucapnya saat ditemui di peternakan miliknya di wilayah Pengasih, Kulon Progo.
Dimas juga mengaku waswas kenaikan ini hanya berlangsung sesaat, sementara harga pakan dan konsentrat masih tinggi. Terlebih ada isu kenaikan harga BBM yang berpotensi memengaruhi harga pakan dan konsentrat.
Untuk harga pakan sendiri yang dulu sekitar Rp 6 ribu per kg, sekarang sudah menembus Rp 7.500 sampai Rp 8.000. Sedangkan harga konsentrat sekarang sekitar Rp 490 ribu per sak, naik dari sebelumnya di kisaran Rp 430 ribu-Rp 420 ribu per sak.
"Ya masih was-was, nanti takutnya turun lagi, belum lagi nanti ada isu kenaikan BBM nanti kalau misal BBM jadi naik kan mungkin pakan juga otomatis naik lagi, jadi masih was-was bagi peternak," ujarnya.
Dimas pun berharap agar pemerintah bisa turun tangan menyelesaikan persoalan ini. Dia pribadi tidak berharap harga yang tinggi, melainkan stabil. Tidak hanya harga telur yang stabil, tetapi juga harga pakan serta konsentratnya.
"Ya harapannya semoga peran pemerintah bisa, telur itu bisa stabil lah. Kita enggak minta harga tinggi, tapi stabil harga telur, stabil harga pakan, stabil obat-obatan vitamin," imbuhnya.