Wanita di Bantul Ini Sulap Daun Kelor Jadi Cokelat Beromzet Jutaan Rupiah

Wanita di Bantul Ini Sulap Daun Kelor Jadi Cokelat Beromzet Jutaan Rupiah

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Minggu, 28 Agu 2022 12:02 WIB
Produksi cokelat kelor di Kalurahan Trirenggo, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul, Rabu (24/8/2022).
Produksi cokelat kelor di Kalurahan Trirenggo, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul, Rabu (24/8/2022). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng
Bantul -

Seorang warga Kalurahan Trirenggo, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul, menyulap daun kelor menjadi aneka makanan dan minuman, salah satunya cokelat kelor. Saat ini usaha bernama Kelorida tersebut mampu mendulang omzet hingga belasan juta rupiah.

Pemilik Kelorida, Siti Haida Hutagaol, menjelaskan awalnya dia tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Ngudi Rejeki dan mulai mempelajari khasiat dari daun kelor tahun 2015. Hingga akhirnya pada bulan Agustus 2016 Haida me-launching produk berupa aneka makanan minuman dari daun kelor.

"Tadinya memang kelor tidak memiliki nilai jual, secara pribadi saya juga tidak tahu kalau kelor bisa diolah. Ternyata bisa diolah dan 2015 belajar kandungan di kelor dan ternyata banyak nutrisinya dan mulai memproduksi teh kelor baik teh tubruk dan teh celup, kapsul, masker kecantikan hingga cokelat kelor," kata Haida saat ditemui di rumahnya sekaligus lokasi produksi cokelat kelor di Trirenggo, Bantul, Rabu (24/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Haida melibatkan kelompok KWT Ngudi Rejeki yang beranggotakan 20 anggota untuk menanam pohon kelor. Selanjutnya daun kelor tersebut disetorkan kepadanya untuk bahan baku.

"Dari situ anggota yang men-support bahan dan di Kelorida yang memproduksinya. Hal itu yang membuat kelompok terpacu mengolahnya, sekarang sudah ada 20 sekian varian dari Kelorida," jelasnya.

ADVERTISEMENT
Produksi cokelat kelor di Kalurahan Trirenggo, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul, Rabu (24/8/2022).Daun kelor yang diolah jadi cokelat di Kalurahan Trirenggo, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul, Rabu (24/8/2022). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Terkait awal mula membuat cokelat kelor, Haida mengaku untuk menarik minat anak-anak yang sulit makan sayur khususnya daun kelor. Padahal Posyandu sudah mulai menggalakkan anak-anak untuk mengonsumsi daun kelor karena kaya nutrisi dan memiliki banyak khasiat.

"Banyak anak-anak sering kali konsumsi ini, dari yang punya (mata) minus, lebih cepat untuk vitamin mata karena tinggi vitamin A. Apalagi dia kalau kering gini lebih tinggi (nutrisinya) dari basah bisa 17 kali lipat," ucapnya.

"Kalau untuk orang dewasa khasiatnya bisa untuk menanggulangi diabetes, asam urat, karena kelor ini bisa mendetoks tubuh. Lalu karena mengandung vitamin C, kami produksi kapsul (berisi ekstrak daun kelor)," lanjut Haida.

Halaman selanjutnya, cara produksi cokelat kelor...

Haida membagikan cara pembuatan cokelat kelor. Proses produksi diawali dengan mencairkan cokelat batangan. Satu kilogram cokelat putih dicampur 100 gram tepung kelor.

"Setelah cokelat putih batangan cair terus dicampur tepung daun kelor. Tepung daun kelor itu dari daun kelor dikeringkan tapi tidak di bawah matahari yang menjemurnya," jelasnya.

Usai tercampur rata, adonan tersebut dimasukkan ke dalam cetakan plastik berbentuk persegi panjang. Apabila suhunya sudah dingin, masukkan cetakan berisi cokelat kelor ke dalam lemari pendingin.

"Dimasukkan kulkas dalam posisi adonan cokelat dingin. Kalau sudah jadi terus dibungkus, untuk berat satu cokelat ini 50 gram," katanya.

Produksi cokelat kelor di Kalurahan Trirenggo, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul, Rabu (24/8/2022).Produksi cokelat kelor di Kalurahan Trirenggo, Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul, Rabu (24/8/2022). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng

Sedangkan untuk pemasaran, Haida mengaku telah memasarkan produknya di Yogyakarta International Airport (YIA), Bandara Adisutjipto, empat koperasi khususnya Dinas Pertanian DIY, hingga 30 toko jejaring di Kabupaten Bantul melalui display produk UMKM.

"Terus sampai luar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga, biasanya yang rutin dari Bali, dari Bali itu dia kirim ke Dubai ke temannya. Setiap bulan sekali beli 30-60 botol kapsul kelor, dari 2016 sampai sekarang," ucapnya.

Ketika ditanya soal keuntungan, Haida mengaku cukup menjanjikan. Terlebih saat pandemi COVID-19 kemarin permintaan akan teh dan kapsul kelor meningkat karena dipercaya bisa meningkatkan imunitas.

"Tapi kalau untuk omzet puji Tuhan, ini sudah di atas Rp 15 juta per bulan. Kalau pameran, ikut sekali pameran bisa dapat Rp 15 juta," katanya.

Haida ke depannya ingin bisa mengekspor sendiri produknya tersebut. Selain itu, Haida ingin memiliki pabrik teh celup sendiri agar produksinya tidak menggantungkan kepada pabrik teh celup.

"Saya ingin ekspor produk Kelorida. Selain itu ingin punya pabrik teh celup sendiri karena selama ini masih kerjasama dengan pabrik teh celup agar lebih higienis dan punya ISO," imbuhnya.

Halaman 2 dari 2
(rih/ahr)


Hide Ads