Harga Bahan Baku Naik, Pedagang Mi Ayam di Wonogiri Kurangi Untung

Harga Bahan Baku Naik, Pedagang Mi Ayam di Wonogiri Kurangi Untung

Muhammad Aris Munandar - detikJateng
Kamis, 11 Agu 2022 18:31 WIB
Pedagang mi ayam wonogiri enggan menaikkan harga meskipun harga bahan baku mengalami kenaikan.
Ilustrasi mi ayam Wonogiri. Foto: Muhammad Aris Munandar/detikJateng
Wonogiri -

Para pedagang mi ayam di Wonogiri merasakan dampak dari naiknya bahan baku mi ayam. Meski begitu, daripada menaikkan harga mi ayam para pedagang justru lebih memilih mengurangi keuntungannya.

"Harga mi yang kami gunakan untuk bahan baku mi ayam sudah naik sejak tiga bulan lalu. Sebelumnya Rp 11.000 per kilogram sekarang menjadi Rp 12.500," kata salah satu karyawan warung mi ayam dan bakso di Wonogiri, Prapto, kepada wartawan, Kamis (11/8/2022).

Ia mengatakan kenaikan harga itu tidak secara langsung, tetapi secara bertahap. Mulai naik menjadi Rp 12.000 per kilogram, kemudian naik Rp 500. Semua warung tempatnya kerja di berbagai daerah tidak membuat mi sendiri. Namun sudah disuplai ke setiap warung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Harga mi yang naik tidak begitu terasa. Menjelang lebaran kemarin harga mi ayam udah dinaikkan, dari Rp 9.000 menjadi Rp 10.000 per porsi. Saat Itu dinaikkan karena harga bahan baku mi ayam naik menjelang lebaran," ungkap dia.

Berdasarkan pengalaman selama berdagang, kata Prapto, biasanya harga bahan baku mi ayam berangsur normal 15 hari setelah Lebaran. Sehingga harga mi ayam biasanya juga ikut turun. Tetapi karena harga tidak kunjung turun, harga mi ayam masih Rp 10.000.

ADVERTISEMENT

"Setelah naik (harga bahan mi ayam) ini, kami memilih untuk tidak menaikkan harga mi ayam, porsinya juga tetap. Bisa dikatakan yang dikurangi keuntungannya. Namun kalau yang beli banyak kan lumayan juga. Daripada harga dinaikkan, tetapi pembeli sepi, kasihan juga karyawan," papar dia.

Meski keuntungan berkurang, lanjut Prapto, pembeli yang datang ke warungnya masih banyak. Terlebih harga mi ayam di sana dinilai lebih murah dibandingkan warung lainnya.

"Bisa jadi sistem manajemen yang dilakukan para pedagang mi ayam bakso berbeda dalam menyikapi naiknya harga mi ini. Yang jelas kami memilih untuk mempertahankan harga," kata Prapto.

Dampak kenaikan bahan baku mi ayam juga dirasakan oleh Mulyadi, pemilik warung mi ayam dan bakso di Wonogiri. Saat ini ia menerima mi dari produsen sebesar Rp 15.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 14.000 per kilogram. Kenaikan itu diduga karena harga gandum naik.

Ia mengatakan harga mi ayam di warungnya sebesar Rp 11.000 per porsi. Harga itu sudah ditetapkan sejak 2019 dan hingga saat ini tidak berubah.

"Kalau mau menaikkan harga tidak berani, sepertinya berat, takut kalau tidak ada orang beli. Daya beli juga agak kurang, namun alhamdulillah masih bisa jalan ini," kata Mulyadi.

Menanggapi hal itu, Tokoh Paguyuban Mi Ayam dan Bakso (Papmiso) Indonesia Maryanto mengatakan kenaikan harga bahan baku mi ayam sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu di semua daerah. Diduga, hal itu karena harga gandum naik sebagai dampak dari perang Rusia dan Ukraina.

Pedang bakso di Bekasi yang berasal dari Wonogiri itu menuturkan jika pada dasarnya ada ada sebuah cara yang bisa dilakukan pengusaha mi ayam untuk menyiasati naiknya harga mi dari terigu. Pedagang bisa mengganti bahan baku dari tepung singkong atau tepung mokaf.

"Dengan begitu hasil panen petani yang ada di Wonogiri juga bisa ditampung. Bahan baku tidak harus impor. Wonogiri dikenal penghasil gaplek, saya kira masih bisa dimanfaatkan itu," kata Maryanto.




(apl/rih)


Hide Ads