Kelapa berukuran jumbo tumbuh di Kabupaten Magelang. Dikenal bernama kelapa upat-upat, jenis kelapa ini kini dalam penelitian Kementerian Pertanian.
Kelapa berukuran besar ini sekarang dikembangkan di Desa Banyuadem, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Wilayah ini berada di lereng Gunung Merapi.
Secara kasat mata kelapa ini ukuran buah lebih besar jika dibandingkan dengan kelapa pada umumnya. Oleh warga setempat kelapa ini dikenal bernama upat-upat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Desa Banyuadem, Supriyadi, mengatakan penemu kelapa upat-upat ini bernama Martorejo yang saat ini sudah meninggal. Dulunya Martorejo menjadi kamituwo atau kasi pemerintahan desa.
"Itu menjabat dikira-kira tahun 1920. Dia punya kelapa besar ini berjumlah empat pohon, terus ketujuh anaknya disuruh menanam sembilan bibit. Jadi di sini (awalnya) ada 63 pohon," kata Supriyadi saat ditemui di kantornya, Rabu (20/7/2022).
Saat ini pohon kelapa upat-upat telah berkembang menjadi ratusan. Sebanyak 436 pohon kelapa upat-upat didaftarkan untuk mendapatkan sertifikasi pembibitan dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Kelapa upat-upat ini juga telah diteliti Balai Penelitian Tanaman Palma Kementerian Pertanian.
"Peneliti berjumlah 63 orang yang meneliti dari garis besar kelapa (diameter), beratnya air, beratnya daging. Contoh diteliti 2 hari tanggal 6-7 Juli 2022 disimpulkan kelapa besar atau kelapa upat-upat di Kabupaten Magelang ini yang paling berat mencapai 960 gram daging buah yang terkecil 500 gram," katanya.
Sementara itu Camat Srumbung, Budi Riyanto, mengatakan setelah mendapat sertifikasi nantinya bibit kelapa upat-upat akan dimasukkan dalam e-katalog agar bisa dipasarkan secara luar. Pihak Desa Banyuadem akan bekerja sama dengan desa lain untuk pembibitan.
"Nanti kalau ada yang mencari bibit muncul yang ini (e katalog). Nanti dikhawatirkan permintaan sangat banyak makanya ke depan dan sekarang bekerja sama dengan Kepala Desa Jerukagung dan Kepala Desa Ngablak untuk penanaman bibit kelapa ini," katanya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya...
Di kesempatan yang sama Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Widiarto, mengatakan penamaan kelapa upat-upat oleh warga lokal.
"Ini jenisnya masih penamaan lokal itu upat-upat karena produksinya sangat tinggi dan tiap janjangnya itu luar biasa. Akhirnya kita angkat dengan harapan ke depan menjadi pohon induk terpilih (PIT) dan dilepas oleh Kementerian Pertanian," katanya.
"Dengan dilepas Kementerian harapannya selain terlindungi varietasnya milik Pemerintah Kabupaten Magelang juga nanti tidak diklaim oleh daerah lain," ujarnya.
Menurutnya, kelapa upat-upat yang didaftarkan sekitar 463 pohon di Desa Banyuadem. Pihaknya pun akan mendata dari desa penyangga seperti Kamongan dan Srumbung.
"Tahunya ada itu menyebar dari simbah-simbahnya dulu. Cuma kami kaget kok di sini ada kelapa yang besar begitu jadi baru dua tahun terakhir ini. Terus kita prosesnya tahun kemarin kami koordinasi dengan Balai Benih Jawa Tengah," jelasnya.
![]() |
Dalam identifikasi awal, katanya, diambil sampel 30 batang kelapa upat-upat baik vegetatif maupun generatifnya. Kemudian dilakukan pengukuran lingkar batang, terus dari bawah tanah lingkarnya dan panjang dahannya. Termasuk calon buah atau bluluk dilakukan pengukuran.
"Keunggulannya buahnya besar di atas rata-rata. Terus dagingnya tebal sehingga untuk ukuran kelapa dalam memang luar biasa," tutur Widiarto.
Pihaknya pun akan menguji kandungan lemak dan kandungan minyaknya. Termasuk menghitung jumlah daging kelapa kering atau kopra.
"Jadi kopra itu rata-rata 5 butir estimasinya untuk 1 kg kopra. Ini 2-3 butir sudah 1 kg (kopra). Kalau di statistik perkebunan (hitungan produksi) kelapa itu tidak per butir, tapi per kg kopra. Jadi kilo kopra itu estimasinya itu tadi. Kalau tadi (kelapa varietas lainnya) 5, ini 2-3 butir kelapa kok sudah jadi 1 kilogram kopra. Jadi memang kelapanya luar biasa besar," pungkasnya.