RI Setop Ekspor Nikel-Bauksit, Menteri Bahlil: Kenapa Harus Takut?

RI Setop Ekspor Nikel-Bauksit, Menteri Bahlil: Kenapa Harus Takut?

Bayu Ardi Isnanto - detikJateng
Rabu, 06 Jul 2022 15:55 WIB
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia di forum Trade Investment and Industry Working Group (TIIWG) G20 di Hotel Alila, Solo, Rabu (6/7/2022).
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia di forum Trade Investment and Industry Working Group (TIIWG) G20 di Hotel Alila, Solo, Rabu (6/7/2022). (Foto: dok Pemkot Solo)
Solo -

Indonesia akan menyetop ekspor bahan mentah secara berkala, mulai dari nikel, bauksit, timah, hingga listrik. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan tidak takut jika negara lain membalas dengan menyetop ekspor mereka ke Indonesia.

Hal ini dia sampaikan usai membuka forum Trade Investment and Industry Working Group (TIIWG) G20 di Hotel Alila, Solo, Jawa Tengah. Di dalam forum itu pun, Bahlil juga menyampaikan rencana penghentian ekspor itu di depan delegasi G20.

"Siap aja (jika negara lain menyetop eskpor ke Indonesia). Kenapa harus takut? Harus siap. Kita jangan negara ditakut-takutin orang. Kemerdekaan kita ini kita raih dengan merebut kemerdekaan, bukan yang diberikan," kata Bahlil kepada wartawan, Rabu (6/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahlil mengaku sengaja menyampaikan masalah penyetopan ekspor di depan para delegasi agar negara lain menghormati kebijakan Indonesia. Menurutnya, kebijakan ini selaras dengan pembahasan pembangunan berkelanjutan di G20.

"Tadi sengaja membikin pencerahan secara gamblang bahwa konsensus negara di dunia, bahwa ini dilakukan untuk mengarah ke green energy, lingkungan dan kesejahteraan. Ini kan menjadi suatu keharusan," ujar dia.

ADVERTISEMENT

Setelah menyetop nikel, tahun ini pemerintah Indonesia juga akan menyetop ekspor bauksit mentah. Tahun depan, pemerintah akan menyetop ekspor timah.

"Timah itu penghasil terbesarnya Cina, Indonesia nomor dua, tapi ekspor terbesar itu Indonesia. Kita baru melakukan hilirisasi tidak lebih dari lima persen. Berapa kehilangannya?" ujar Bahlil.

"Kalau itu terjadi maka terciptalah lapangan pekerjaan dan pendapatan negara akan maksimal," pungkasnya.




(aku/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads