Konflik yang berujung kerusuhan terjadi di Babarsari, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) beberapa waktu lalu. Sosiolog UGM Arie Sujito menilai dalam penanganan konflik di Babarsari harus diurai dari akar masalahnya.
"Pertama ya harus dilihat apakah itu sebetulnya akar masalahnya konflik etnis atau tidak. Jangan-jangan itu problem sifatnya kriminalitas atau apapun ya. Jadi kalau menangani masalah jangan gampang diseret pada perselisihan dan konflik yang sifatnya etnisitas. Jangan-jangan problemnya bukan etnis gitu," kata Arie saat dihubungi wartawan, Rabu (6/7/2022).
Menurut Arie, dengan mencari akar masalah utama akan melokalisir kasus. Sebab, jika narasinya dibenturkan soal etnis dan agama justru akan digunakan untuk mobilisasi massa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau itu tidak etnis ya itu akan melokalisir karena sering kali beda sentimen etnis atau agama atau apapun itu dipakai sebagai alat untuk mobilisasi dan itu berbahaya. Karena itu sebaiknya diklasifikasi terlebih dulu, itu problemnya jangan-jangan adalah persoalan konflik yang sifatnya kriminalitas atau apapun ya, itu dilokalisir di level itu," urainya.
Dengan mencari akar masalahnya, ia menyarankan untuk segera dilanjutkan dengan langkah pendekatan hukum.
"Kalau memang harus sifatnya pidana selesaikan pidana dan kalau bisa harus transparansi di dalam penegakan itu supaya tidak ada dendam yang menyeret identitas," katanya.
"Sebaiknya tolong dikurangi tensi membalutkan perselisihan etnis itu supaya tidak muncul sentimen-sentimen yang berkembang meluas begitu," tegasnya.
Langkah rekonsiliasi, kata Arie, juga diperlukan agar konflik tidak semakin meluas.
Baca juga: Sisa-sisa Rusuh Babarsari Jogja |
"Kedua butuh mediasi saya kira. Kalau memang penyelesaian hukum sudah dilakukan setelah itu segera secepatnya tokoh-tokoh etnis atau kelompok harus saling bertemu dan difasilitasi. Jangan sampai meluas dan direproduksi," ucapnya.
Simak saran untuk pemerintah terkait kerusuhan Babarsari di halaman berikutnya...
Pemerintah daerah, lanjutnya, juga harus berperan dalam penyelesaian konflik. Apalagi dalam era saat ini masyarakat bisa dengan bebas mengunggah video di media sosial. Hal ini berpotensi untuk memperpanjang konflik.
"Dan ada banyak cara lah untuk menyelesaikan itu, jangan sampai sekali lagi dikomodifikasi menjadi konflik identitas atau etnis, itu nggak sehat nanti," ucapnya.
"Sebaiknya itu segera dilokalisir sebaiknya segera diambil langkah. Kalau memang problemnya ekonomi terjadi ketegangan antarkelompok atau orang ya selesaikan di situ. Itu jangka pendek," imbuhnya.
Solusi jangka menengahnya, kata Arie, beri ruang-ruang dialog bersama supaya terbangun integrasi dalam komunitas. Sehingga tidak mudah tersulut konflik atas nama etnis.
"Jangan-jangan hanya atas nama etnis sesungguhnya konfliknya tidak itu. Makanya harus hati-hati nggak sekadar mengambil kesimpulan dengan langkah-langkah yang keliru. Harus dicermati dan harus cepat menyelesaikannya," pungkasnya.