Penjualan bahan bakar minyak jenis Pertamax di Klaten merosot. Anjloknya penjualan terjadi setelah pemerintah memutuskan harga baru menjadi Rp 12.500 per liter.
"Setelah harga naik, Pertamax sepi. Penjualan turun tajam setiap harinya," ungkap Putra (25), pegawai Pertashop di Kecamatan Klaten Selatan kepada detikJateng, Rabu (6/4/2022).
Dijelaskan Putra, setelah harga Pertamax naik menjadi Rp 12.500 banyak warga mengurangi pembelian. Meskipun tidak sepi tetapi penjualan berkurang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak sepi tapi jumlah penjualan berkurang cukup banyak. Biasanya sebelum naik bisa menjual 700-800 liter per hari, sekarang tinggal 400-450 liter per hari," jelas Putra.
Lesunya penjualan, sambung Putra, karena kenaikan yang cukup besar Pertamax. Padahal di Pertashop tidak menjual jenis BBM lainnya.
"Kenaikan cukup besar padahal kita hanya menjual Pertamax. Warga mengurangi pembelian atau pindah ke SPBU yang masih ada Pertalite karena lebih murah," imbuh Putra.
Terpisah, pengawas SPBU di jalan Jogja-Solo, Kecamatan Delanggu, Suryo menjelaskan setelah harga naik, Pertamax sepi peminat. Omzet penjualan anjlok cukup drastis.
"Ya menurun peminatnya. Bisa dilihat dari stok harian yang jauh berkurang," jelas Suryo kepada detikJateng di kantornya.
Suryo menyatakan stok harian untuk Pertamax sebelum kenaikan biasanya 2-3,5 ton tapi saat ini hanya 1,5-1,7 ton. Itu pun sepi pembeli.
"Biasanya 2-3,5 ton tapi saat ini hanya 1,5-1,7 ton, sekarang sepi. Biasanya outlet Pertamax antre sekarang sepi, yang masih ramai Pertalite," terang Suryo.
Pantauan detikJateng, harga untuk beberapa jenis BBM di Klaten hari ini, harga Pertamax Turbo Rp 14.500 per liter, Pertamax Rp 12.500 per liter, dan Pertalite Rp 7.650 per liter.
Sementara itu, salah satu ASN di Pemkab Klaten, Setyo, menjelaskan beberapa mobil dinas menggunakan bahan bakar Pertamax. Namun dengan kenaikan harga belum ada instruksi lanjutan.
"Mobilnya kan Avanza selama ini pakai Pertamax, Pertalite tidak boleh. Tapi entah nanti karena Pertamax naik harganya, yang jelas harus nonsubsidi," kata Setyo kepada detikJateng.
(rih/ams)