Menengok Masjid Kajoran, Jejak Dakwah Panembahan Agung di Klaten Selatan

Menengok Masjid Kajoran, Jejak Dakwah Panembahan Agung di Klaten Selatan

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Rabu, 06 Apr 2022 17:22 WIB
Masjid Kajoran atau Masjid Agung Kahuman di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes.
Masjid Kajoran atau Masjid Agung Kahuman di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Klaten. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng.
Klaten -

Masjid kuno di Klaten ini tampak unik karena berada di tengah kolam yang sama kunonya. Masjid Kajoran atau Masjid Agung Kahuman Kajoran namanya. Masjid ini berada di Dusun Kahuman, Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Klaten.

"Lantainya dulu plester tanpa semen, semua bangunan, tiang, jendela, pintu masih asli. Kolam juga asli, pernah diplester semen tapi tidak boleh oleh BPCB Jateng. Jadi kalau mau masuk masjid lewat kolam itu dulu," kata imam masjid Kajoran, Yitno (80) kepada detikJateng, Rabu (6/4/2022).

Menurut Yitno, Masjid Kajoran didirikan ulama Panembahan Agung pada abad 15-16 Masehi. "Panembahan Agung itu anak menantu Sunan Bayat. Masjid ini untuk syiar Islam, kan dulu masih banyak Hindu dan Budha," kata Yitno kepada detikJateng.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Takmir Masjid Kajoran Joko Ismanto menuturkan, Panembahan Agung dulu ke Kajoran untuk menimba ilmu agama Islam kepada seorang Sayid atau Syekh.

"Panembahan Agung nama aslinya Maulana Mas. Ke sini berguru pada Sayid Habib, seorang dari Gujarat. Setelah berguru, Panembahan Agung mendirikan masjid dan meneruskan dakwah," kata Joko.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan cerita turun-temurun para leluhur masjid, Joko mengatakan, Masjid Kajoran dulu merupakan pusat dakwah.

"Dulu menimba ilmu agama Islam di sini. Warga kanan-kiri bahkan dari jauh salat dan pengajian di sini, semacam pesantren. Dulu peralatan-peralatan santri ditemukan di makam," terang Joko.

Masjid Kajoran atau Masjid Agung Kahuman di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes.Masjid Kajoran atau Masjid Agung Kahuman di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Jejak Masjid Kajoran sebagai pusat dakwah masih terlihat sampai saat ini. Kompleks bangunan masjid ini memiliki halaman dan kolam wudu luas. "Dulu tempat wudu ada dua," tutur Joko.

Sejak didirikan sekitar abad 15-16 Masehi, Joko mengatakan, Masjid Kajoran masih terpelihara keasliannya. Dari desainnya, mimbar, mihrab, hingga 16 tiangnya masih asli semua.

"Semua bangunan dan kayu masih asli, termasuk bangunan pawestren (tempat salat wanita). Cuma cat diganti oleh BPCB Jateng beberapa tahun lalu dan teras depan," ujar Joko.

"Sampai sekarang masih digunakan masyarakat untuk ibadah, salat jumat, pengajian dan TPA (taman pendidikan Al-Qur'an). Pemeliharaan katanya diserahkan BPCB ke Dinas Kebudayaan Pemkab," imbuh Joko.

Masjid Kajoran, dari pengamatan detikJateng, hanya berukuran sekitar 10x10 meter. Di depan bangunan utama terdapat bangunan teras tambahan. Di dalam masjid terdapat 16 tiang, 5 jendela, 5 pintu, dan satu beduk kayu tanpa mur baut, tetapi dikaitkan dengan pasak kayu.

Tiang, pintu, jendela dan beduk di Masjid Kajoran dari sisi jumlah, bentuk dan ukurannya sama dengan Masjid Majasem dan Masjid Golo. Masjid Majasem berada di Desa Pakahan, Kecamatan Jogonalan (dibangun pada 1385 Masehi). Adapun Masjid Golo berada di kompleks makam Sunan Pandanaran, Kecamatan Bayat.

Halaman Masjid Kajoran begitu luas, melebihi luas bangunan masjidnya. Di belakang masjid itu juga terdapat makam Panembahan Agung, Bupati Klaten pertama dan kedua, serta tokoh masyarakat.

Terpisah, Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga dan Kebudayaan Pemkab Klaten, Yuli Budi Susilowati, menerangkan Masjid Kajoran merupakan cagar budaya. "Ada beberapa masjid kuno di Klaten. Masjid Majasem dan Kajoran itu masuk cagar budaya," ungkap Yuli.

Masjid Kajoran atau Masjid Agung Kahuman di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes.Masjid Kajoran atau Masjid Agung Kahuman di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes. Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng



(dil/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads