Disubsidi Pemerintah, Minyak Goreng Curah Justru Makin Langka di Bantul

Disubsidi Pemerintah, Minyak Goreng Curah Justru Makin Langka di Bantul

Pradito Rida Pertana - detikJateng
Rabu, 23 Mar 2022 15:44 WIB
Pedagang di Pasar Bantul mengemasi minyak goreng curah ke dalam plastik, Rabu (23/3/2022).
Pedagang di Pasar Bantul mengemasi minyak goreng curah ke dalam plastik, Rabu (23/3/2022). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng
Bantul -

Pemberian subsidi dan penetapan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng curah justru membuat komoditas itu semakin sulit ditemukan di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Para pedagang di pasar mengeluhkan sulitnya mencari pasokan minyak goreng curah.

Salah satu penjual minyak goreng di Pasar Bantul, Safaat, mengaku saat ini minyak goreng curah jauh lebih sulit ditemukan dibanding minyak goreng kemasan. Padahal, pasokan minyak goreng kemasan juga belum lancar.

"Mungkin karena sekarang lebih murah yang curah dibanding yang kemasan, jadi lebih banyak cari yang curah," kata Safaat saat ditemui di Pasar Bantul, Rabu (23/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkadang, Safaat masih bisa memperoleh pasokan minyak goreng curah. Hanya saja harganya sudah melambung di atas harga eceran tertinggi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

"Harga minyak kemasan Rp 25 ribu per liter, minyak goreng curah Rp 18 ribu per liter," katanya.

ADVERTISEMENT

Padahal, harga eceran tertinggi minyak goreng curah ditetapkan sebesar Rp 14 ribu per liter. Dengan demikian, dia harus membelinya selisih Rp 4 ribu lebih mahal dibanding HET.

Selain harganya tinggi, pemasok juga mewajibkan para pedagang untuk membeli komoditas lain agar bisa memperoleh kesempatan membeli minyak goreng curah kapasitas 18 liter.

"Agar bisa beli satu jeriken isi 18 liter minyak curah itu harus beli gula atau tepung seharga Rp 500 ribu dulu," katanya mengeluh.

Sementara itu, pedagang minyak goreng lainnya di Pasar Bantul yakni Siti Hanifah menyebut sulitnya mendapatkan komoditas itu karena minimnya stok dari distributor. Siti mengaku biasanya membeli minyak goreng dari distributor di Kabupaten Bantul dan Sleman.

"Hari-hari ini masih susah cari minyak goreng apalagi yang curah. Karena dari distributor ini sudah langka, dan langka itu membuat harganya naik," ujar Siti.

Selain itu, Siti juga harus mengeluarkan biaya lebih banyak untuk mendapatkan satu jeriken isi 18 liter minyak goreng curah. Untuk itu, Siti terpaksa menjual minyak goreng curah per liter di atas HET.

"Kemarin yang curah itu per liter Rp 14 ribu sampai Rp 15 ribu, sekarang Rp 18,5 ribu. Jadi pemerintah bilang subsidi (HET migor curah) tapi dari distributor tidak kasih subsidi," ucapnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP) Kabupaten Bantul Agus Sulistyana mengakui adanya keterbatasan untuk stok minyak goreng curah. Menurutnya, hal itu tidak hanya terjadi di Kabupaten Bantul saja.

"Kaitan dengan minyak curah ada keterbatasan, dan itu tidak ubahnya ketika dulu yang disubsidi itu yang kemasan bagus, (barangnya) tidak ada di pasaran," kata Agus kepada detikJateng hari ini.

Karena itu, Agus akan mengupayakan operasi pasar untuk minyak goreng curah. Dia yakin jika stok minyak goreng melimpah maka akan berdampak pada penyesuaian harga di pasaran.

"Dengan demikian kami akan tetap memohon kepada pemerintah pusat, khususnya nanti operasi pasar minyak curah," ucapnya.




(ahr/rih)


Hide Ads