Seorang pemuda di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah sukses membudidayakan lobster air tawar. Hasilnya pun kini bisa menjadi peluang usaha di tengah pandemi virus Corona atau COVID-19.
Dia adalah Dicky Safitri (27), warga Desa Rendeng RT 1 RW 4 Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Dicky, begitu sapaannya, kini memiliki delapan kolam lobster terbuat dari terpal dengan berbagai ukuran di rumahnya.
Saat dikunjungi detikJateng, Dicky tengah sibuk melayani pembeli lobster yang datang di rumahnya. Konsumen kebanyakan membeli lobster yang sudah dibekukan. Namun Dicky juga menyediakan lobster yang masih hidup di kolam miliknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anak pertama dari tiga bersaudara ini mengaku sudah setahun membudidayakan lobster air tawar. Jenis lobster yang dia budidaya termasuk red claw atau capit merah.
Dia mengaku awalnya sempat bekerja menjadi buruh baja, tempatnya bekerja sepi karena pandemi. Dia pun akhirnya memilih untuk budidaya lobster air tawar tersebut.
"Kalau saat ini sudah setahun lebih, sudah Corona, tapi sebenarnya tahun 2018 sudah lama. Dulu itu karena karena induk sampai pembibitan sudah lama, jadi pertama beli sampai panen sekitar satu tahun baru bisa berkembang," kata Dicky kepada wartawan ditemui di rumahnya Desa Rendeng, Kamis (27/1/2022).
Dicky menceritakan jika belajar budidaya lobster air tawar dari teman-temannya. Kemudian dia mengembangkan sendiri di rumahnya.
"Awal mula budidaya lobster dari teman ya, dari teman saya diajari, kemudian di rumah saya kembangkan sendiri sampai ada anakan, ada indukan, cara mengawinkan belajar sendiri dan teman-teman untuk saran," jelasnya.
Dicky memilih budidaya lobster karena biayanya lebih murah dan mudah. Dia pun mengaku tidak perlu repot-repot untuk memberikan pakan hingga membersihkan kolam lobster.
"Untuk pakan memang tergolong omnivora, semua makan mau, saya untuk di rumah, saya makan menggunakan tahu. Tahu kan simpel gampang, mudah dicari dan bisa pakai beras, kacang hijau untuk selingan," jelas Dicky.
"Tidak terlalu rumit tergolong mudah, makan cukup umum satu hari sekali. Ketiga tidak terlalu bau amis, dan kotoran tidak banyak," ungkap dia.
Untuk panen lobster, Dicky membutuhkan waktu sekitar lima bulan, yakni mulai proses telur hingga siap untuk dijual. Dia memasarkan lobster lewat online. Lobster miliknya sudah laku dijual di beberapa kota luar Kudus bahkan sampai Jakarta.
"Sekarang pemasaran online di Kudus, ada dari Pati, Jepara, Brebes, Jakarta juga ada untuk pemasaran saya sendiri lewat online," ujar dia.
Dicky menjual lobster dengan harga mulai Rp 120 ribu sampai Rp 200 ribuan. Dalam sebulan, dia bisa mendapatkan omzet sebanyak Rp 2 juta sampai Rp 3 juta per bulan.
"Kalau untuk ecer 1 sampai 2 kilogram, untuk masakan per porsi paling dua ekor, tiga ekor. Kalau permintaan warung makan beli 3 kilogram," terang Dicky.
"Harga 1 kilogram Rp 200 ribu, tapi kalau untuk usaha warung pelanggan lebih mudah. Rata-rata permintaan sudah dibekukan," pungkas Dicky.
(bai/sip)