Dapur SPPG di Blora Dihentikan Sementara Buntut Ratusan Siswa Keracunan

Achmad Niam Jamil - detikJateng
Kamis, 27 Nov 2025 22:24 WIB
Wakil Bupati dan Ketua Tim Satgas MBG Blora Sri Setyorini saat memberikan keterangan ditemui di ruang rapat Setda Blora. Foto: Achmad Niam Jamil/detikJateng.
Blora -

Operasional dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang melayani makan bergizi gratis (MBG) untuk SMPN 1 Blora dihentikan sementara. Penghentian ini buntut adanya ratusan siswa yang diduga keracunan.

"(Sasaran yang dilayani dihentikan semua?) Sementara off semua," ungkap Wakil Bupati juga Ketua Satgas MBG Blora Sri Setyorini saat ditemui awak media di ruang rapat Setda Blora, Kamis (27/11/2025).

Penghentian operasional dilakukan berdasarkan surat yang diterima oleh Pemkab Blora dari Badan Gizi Nasional (BGN).

"Surat penghentian operasional sudah diterbitkan. Ini bagian dari langkah penanganan dan evaluasi menyeluruh," jelasnya.

Dia mengatakan bahwa ratusan siswa yang diduga keracunan setelah menyantap menu MBG tersebut ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB).

"Penetapan KLB tersebut dilakukan setelah Pemerintah Kabupaten Blora menerima surat resmi dari Badan Gizi Nasional," terang Budhe Rini (sapaan akrab).

Sementara itu, Sekretaris Dinkesda Blora, Nur Betsia,menjelaskan ratusan siswa yang menjalani perawatan di rumah sakit sebagian besar sudah pulang. Total kasus yang terduga keracunan sebanyak 122 siswa.

"Dari 122 kasus tersebut yang rawat jalan sebanyak 117. Rawat jalan diberi obat kemudian pasien yang punya keluhan bisa pulang," jelasnya.

Namun terdapat 3 siswa yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Dinas Kesehatan Tentara (DKT) dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Blora. Dia berharap siswa tersebut segera sembuh.

"Kemudian yang rawat inap sebanyak 5 kasus. Saat ini yang rawat inap tinggal di rumah sakit DKT 2 orang, kemudian di rumah sakit (RSUD) Blora 1 orang. Jadi tinggal 3. Dan kondisinya sudah membaik, mudah-mudahan besok sudah diperbolehkan pulang," ucap Nur.

Adapun siswa yang sudah pulang diberikan obat sesuai dengan keluhan yang dialami.

"Obat yang diberikan anak anak sesuai apa yang dialami oleh anak-anak. Itu ada mual diberikan obat anti mual, ada muntah, kemudian ada diare itu diberi obat diare. Jadi sesuai dengan keluhan masing-masing anak," jelasnya.

Lebih lanjut, pihaknya juga telah melakukan penyidikan epidemiologi untuk mengetahui penyebab kasus keracunan. Dia memeriksa dari segi administrasi baik Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) dapur hingga ke sasaran penerima manfaat.

"Jadi semua sudah ada, SLHS sudah ada, SOP sudah ada. Di samping itu kita juga melakukan investigasi diantaranya termasuk bangunan, peralatan, penyajian makanan, olahan makanan sampai distribusi ke tempat sekolah yang menjadi sasaran SPPG Karangjati 1," jelasnya.

Selain itu, untuk masih memastikan kebenaran keracunan, pihaknya juga melakukan pemeriksaan sampel makanan. Kemudian dilakukan uji lab di Balai Laboratorium Kesehatan (BLK).

"Kita melakukan pemeriksaan sampel, baik itu sampel makanan, sampel feses muntahan atau sampel air. Itu secara mikrobiologi kita kirim ke BLK Semarang. Kemungkinan hasil lab itu jadinya kurang lebih 1 minggu," terangnya.

Sebelumnya diberitakan, sebanyak 204 siswa dari SMPN 1 Blora mengalami gejala keracunan seusai menyantap menu makan bergizi gratis (MBG). Para siswa mengalami mual, diare hingga sebagian dilarikan ke rumah sakit.

"Menu kemarin, hari Selasa. Diare 198 anak kemudian ditambah 6. Total ada 204 anak," terang seorang guru SMPN 1 Blora, Wahyu Yuli saat dimintai keterangan, Rabu (26/11).

Dia menjelaskan para siswa mengalami diare pada Selasa (25/11) malam. Wahyu mengatakan terdapat 20 siswa harus menjalani perawatan di RS DKT Blora yang tidak jauh dari lokasi sekolah. Saat ini masih ada 2 siswa SMP yang masih menjalani perawatan.



Simak Video "Video: Kecelakaan Karambol di Tol Gayamsari Semarang, 8 Orang Terluka"

(apl/alg)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork