Di bekas pesanggrahan Tegalgondo, Desa Tegalgondo, Kecamatan Wonosari, Klaten terdapat dua pohon kepel tua. Dua pohon buah berasa manis itu merupakan sisa peninggalan pesanggrahan yang dibangun raja Keraton Surakarta Paku Buwono VII.
Dua pohon kepel itu berada di sisi timur bekas pesanggrahan, persis di kantor desa. Tingginya sekitar 15-20 meter dengan diameter sekitar 30 sentimeter.
Daunnya masih terlihat rimbun dengan buah ada beberapa yang menjuntai di batangnya. Saat detikJateng mencicipi buahnya pun masih terasa manis menyerupai buah matoa.
"Tinggal dua pohon, ini sama itu dan masih berbuah semua. Buahnya masih dimakan, sering dicari," ungkap Kasi Perencanaan Desa Tegalgondo, Zulfan Mustika Sakti di lokasi, Senin (24/11/2025) siang.
Diceritakan Sakti, pohon kepel itu usianya ratusan tahun karena bagian dari pesanggrahan Keraton Surakarta. Meskipun tua, pohon masih aktif berbuah.
"Masih aktif berbuah, anak-anak sering makan ini tapi untuk ibu hamil tidak boleh. Secara mitos katanya kalau dimakan ibu hamil nanti ada gangguan," ungkap Sakti.
"Karena yang bilang itu orang sepuh-sepuh ya tidak pada berani, tidak boleh. Ya mending nggak usah," lanjut Sakti.
Pohon kepel itu, kata Sakti, juga sering didatangi orang untuk diambil daunnya sebagai obat asam urat. Di saat dirinya kecil sebenarnya ada empat pohon.
"Dulu sebenarnya ada empat pohonnya. Tapi sudah dirobohkan, tidak ada namanya khusus, ya namanya pohon kepel," imbuhnya.
Mulyono (61) warga lainnya mengatakan tinggalan pesanggrahan ada dua pohon kepel dan satu pohon belimbing. Semua masih berbuah.
"Semua masih berbuah. Saat saya kecil bangunan pesanggrahan sudah ambruk, tinggal temboknya pagar," katanya.
Kadus 1 Desa Tegalgondo, Kasprihadi, mengatakan dulu ada empat pohon kepel dan satu belimbing. Yang tersisa tinggal dua pohon kepel dan belimbing.
"Tinggal kepel dua dan belimbing. Sekarang dikelola masyarakat bekas pesanggrahan tapi pohon aslinya ya kepel dan belimbing itu," kata Kasprihadi.
Sebelumnya diberitakan detikJateng, di Desa Tegalgondo, Kecamatan Wonosari, Klaten terdapat peninggalan bersejarah yang merupakan peninggalan Keraton Kasunanan Surakarta berupa Pesanggrahan Tegalgondo. Namun sayangnya, saat ini kondisi pesanggrahan itu semakin merana dimakan usia.
Kompleks Pesanggrahan Tegalgondo berada di tepi Jalan Jogja-Solo, persisnya di seberang jalan Pasar Tegalgondo. Dua bekas tembok gapuranya yang tinggi tanpa cat masih bisa dilihat pengguna jalan.
"Ya namanya bangunan tua, ini pesanggrahan keraton. Dibangun sekitar tạhun 1834-1838 di masa Sinuhun Paku Buwana VII,'' ungkap Ngbehi Triyono (65) seorang abdi dalem keraton yang sedang membersihkan lokasi kepada detikJateng, Sabtu (1/11) siang.
Triyono menceritakan dari penuturan sesepuh turun temurun, bentuk pesanggrahan sama dengan keraton Surakarta. Di bagian depan ada beringin kembar, alun-alun kecil dan lainnya.
"Ya kayak Keraton Solo, ada pohon beringin, gapura, alun-alun, rumah-rumah dan lainnya. Ya miniatur Keraton Solo, kolam, taman disana (barat) tapi sudah rusak," tutur Triyono.
Simak Video "Video: Kecelakaan Karambol di Tol Gayamsari Semarang, 8 Orang Terluka"
(apl/alg)