Catatan Terakhir Kunjungan Raja di Pesanggrahan Tegalgondo Klaten

Catatan Terakhir Kunjungan Raja di Pesanggrahan Tegalgondo Klaten

Achmad Husain Syauqi - detikJateng
Minggu, 02 Nov 2025 19:01 WIB
Bangunan sisa pesanggrahan Tegalgondo di Desa Tegalgondo, Wonosari, Klaten. Foto diunggah Minggu (2/11/2025).
Bangunan sisa pesanggrahan Tegalgondo di Desa Tegalgondo, Wonosari, Klaten. Foto diunggah Minggu (2/11/2025). (Foto: Achmad Hussein Sauqi/detikJateng)
Klaten -

Pesanggrahan Tegalgondo di Desa Tegalgondo, Kecamatan Wonosari, Klaten merupakan peninggalan bersejarah keraton Kasunanan Surakarta yang masih tersisa jejaknya. Ternyata tahun 1903 pesanggrahan itu masih dikunjungi raja bersama keluarga, tujuh pangeran dan para bupati.

Kunjungan raja Paku Buwono X itu terjadi pada bulan Januari 1903. Peristiwa kunjungan itu dari penelusuran detikJateng pernah diberitakan surat kabar berbahasa Belanda De Nieuwe Vorstenlanden 14 Januari 1903.

Artikel aslinya yang masih berbahasa Belanda berbunyi, "Naar wij vernemen gaat Z. H. de Soesohoenan Vrijdag naar zijn pasanggrahan op Tegalgondo. Ret uar van vertrek is bepaald op zeven uur des morgens van uit de Kadipaten Anom, Dezen keer wordt geen gebruik gemaakt van de tram. De reis gaat per rijtaig over de aloen aloen, langs Slomprettan, Baron, Plemwoeloeng en zoo verder langs den oudn weg naar Kartasoera. In het gevolg van Z H zullen zija de pangerans Praboeningrat, Tjokraningrat, Mloyokoesoemo, Koesoemoyoedo, Notopoero, Dipokoesoemo Mataram, de laatste met zijne echtgenoote de Ratoe Alit; verder de regenten Soeryonagoro; Prawirodiningrat en Wreksodiningrat, de eeratgeno emden De Soenan zal op Tegalgondo drio dagen ver-toeven en Maandsg ochtend stadwaarts keeren."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Isi surat kabar tersebut jika diterjemahkan berbunyi : "Kami mengetahui bahwa Yang Mulia Soesohonan akan pergi ke pasanggrahan di Tegalgondo pada hari Jumat. Keberangkatan dijadwalkan pukul tujuh pagi dari Kadipaten Anom. Kali ini, trem tidak akan digunakan. Perjalanan akan dilakukan dengan kereta kuda menyusuri jalan setapak, melewati Slomprettan, Baron, Plemwoeloeng, dan seterusnya di sepanjang jalan lama menuju Kartasura. Setelah Yang Mulia, akan ada para pemimpin Praboeningrat, Tjokraningrat, Mloyokoesoemo, Koesoemoyoedo, Notopoero, dan Dipokoesoemo Mataram, yang terakhir bersama istrinya Ratoe Alit; juga para bupati Soeryonagoro; Prawiro diningrat dan Wreksodiningrat, para dan tamu kehormatan. Sang Sunan akan tinggal di Tegalgondo selama tiga hari dan kembali ke kota pada Senin pagi,".

ADVERTISEMENT

Pegiat sejarah Klaten, Hari Wahyudi menjelaskan berita di surat kabar De Nieuwe Vorstenlanden 14 Januari 1903 menjadi bukti pesanggrahan itu masih digunakan pada abad 19. Bahkan digunakan menginap.

"Dinarasikan PB X bersama 7 pangeran Surakarta dan 3 bupati termasuk Bupati Klaten, Soeryonagoro menginap di Pesanggrahan Tegalgondo selama 3 hari dari Jumat hingga Senin," jelas Hari kepada detikJateng, Minggu (2/11/2025).

Menurut Hari, pesanggrahan itu tidak hanya untuk persinggahan keluarga dan petinggi kerajaan. Namun juga untuk para tamu kerajaan.

"Jadi sebagai pengganti hotel fungsinya untuk menampung tamu kerajaan, termasuk orang Eropa. Biasanya di situ ada penjaga diangkat dan digaji keraton," kata Hari.

"Bahkan Pesanggrahan Tegalgondo pada peta Belanda tahun 1931 masih ada dan di depannya ada gudang penjualan garam," imbuhnya.

Mulyono (65) warga setempat mengatakan dari cerita orang tua pesanggrahan itu sering digunakan raja untuk menginap. Biasanya jika akan ke Yogyakarta atau tempat lain.

"Ini pesanggrahan untuk singgah, misalnya raja Solo mau ke Yogyakarta atau kemana nginap di sini. Dulu katanya ada patung - patungnya, taman tapi sekarang sudah tidak ada," kata Mulyono.

"Saya kecil sudah tidak digunakan tapi masih ada tembok- tembok," imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan, di Desa Tegalgondo, Kecamatan Wonosari, Klaten terdapat peninggalan bersejarah peninggalan Keraton Kasunanan Surakarta berupa Pesanggrahan Tegalgondo. Namun sayangnya, saat ini kondisi pesanggrahan itu semakin merana dimakan usia.

Kompleks Pesanggrahan Tegalgondo berada di tepi Jalan Jogja-Solo, persisnya di seberang jalan Pasar Tegalgondo. Dua bekas tembok gapuranya yang tinggi tanpa cat masih bisa dilihat pengguna jalan.

Dari gapura ke arah barat, ke arah tembok pesanggrahan dihubungkan jalan lurus selebar sekitar 7 meter yang di kanan kiri didirikan ruko dan permukiman. Halaman pesanggaran kini digunakan untuk SD, TK bahkan kantor desa.

"Ya namanya bangunan tua, ini pesanggrahan keraton. Dibangun sekitar tαΊ‘hun 1834-1838 di masa Sinuhun Paku Buwana VII,'' ungkap Ngbehi Triyono (65) seorang abdi dalem keraton yang sedang membersihkan lokasi kepada detikJateng, Sabtu (1/11/2025) siang.




(aap/aap)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads