Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, menyatakan masa Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Semarang akan diperpanjang. OMC disebut efektif mengurangi hujan dan mencegah banjir di Semarang.
Hal itu dikatakan Suharyanto saat mengunjungi ujung Tol Semarang-Demak, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Ia mengatakan, salah satu strategi utama dalam penanganan banjir kali ini yaitu OMC yang dilakukan sejak Sabtu (25/10) akan diperpanjang hingga tiga hari lagi.
"OMC itu kita tambah sampai dengan kondisi di bawah pompa-pompa kalau didatangkan hujan itu kuat. Ini sekarang malah dua pesawat. Sementara dua pesawat sampai tiga hari lagi. Tiga hari baru kita tarik satu," kata Suharyanto di ujung Tol Semarang-Demak, Senin (3/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, pihaknya akan terus mengevaluasi pelaksanaan OMC.
"Kalau kita tarik satu (pesawat) pasti hujan nanti. Tapi kalau hujannya belum besar, kita lihat kira-kira banjir nggak dengan pompa. Ternyata tidak (banjir), tarik coba OMC-nya dua-duanya," ujar Suharyanto.
"Hujan kan pasti, kalau tidak banjir, itu yang diharapkan. (Kalau) Masih banjir, OMC lagi. Tapi kan nggak mungkin selamanya OMC. Jadi OMC ini sebagai alat sementara, mitigasi sementara ketika kita menangani bencana," lanjutnya.
Suharyanto menyebut, OMC bertujuan menahan hujan sementara di Kota Semarang agar air yang sudah menggenang bisa lebih cepat disedot ke laut.
"Memang sumber airnya hujan, untuk sementara waktu, hampir seminggu ini ditahan. Jadi kita melaksanakan OMC, karena operasi di bawahnya akan terhambat kalau masih ada air yang turun," tuturnya.
Operasi ini, lanjut Suharyanto, selama ini menggunakan dua pesawat yang beroperasi dari Jakarta, dengan satu pesawat berbasis di Kota Solo dan satu lagi di Kota Semarang.
"(Efektif tangani banjir?) Buktinya ini nggak hujan. Berapa hari kan nggak hujan Semarang, mendung tebal kemarin, nggak hujan. Itu sangat efektif tapi juga tidak murah, tidak efisien dan kita juga tidak boleh bergantung hanya OMC saja," tuturnya.
Menurut dia, OMC bersifat sementara sebagai bagian dari mitigasi bencana. Menurutnya, yang ideal bukanlah menghentikan hujan, tetapi membuat daratan tangguh menghadapi hujan, sehingga meski hujan deras, Semarang tidak banjir lagi. Terlebih, karena OMC tak murah.
"(Biayanya?) Tergantung jam terbangnya pesawat, sama jumlah garamnya itu. Sekitar Rp 200 juta. Memang kelihatannya besar, tapi kalau akibat banjir lebih besar lagi," tuturnya.
Ia juga mengatakan, kondisi air di sebagian besar wilayah di Kota Semarang sudah mulai surut. Namun, ia mengingatkan bahwa kerja penanganan masih berlangsung intensif, terutama pada sistem pompanisasi yang menjadi kunci utama.
"Pompansasinya agak terhambat karena ada beberapa pompa yang rusak, terlambat diperbaiki, ada yang kurang pompa. Ketika tidak musim hujan itu tidak terlihat," tuturnya.
"Tapi begitu dapat hujan, dapat kiriman air, baru terlihat itu. Ini diatasi dulu. Jadi kami membentuk satgas pompa karena ini situasi darurat," sambungnya.
(dil/apu)











































