Banjir yang menggenangi Jalan Pantura Kaligawe Raya, Kota Semarang, selama sepekan terakhir ternyata menjadi sumber rezeki sebagian orang. Para pemilik bengkel, tukang ojek, hingga pedagang kaki lima (PKL) panen cuan.
Pantauan detikJateng, banjir di Jalan Kaligawe semakin parah di hari ketujuh ini. Banyaknya motor yang mogok membuat bengkel yang ada di kawasan banjir panen pelanggan.
Salah satunya di bengkel milik Faizal (25), yang berada di Jalan Kaligawe, Kelurahan Karangkimpul, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Ia mengatakan, mulanya bengkelnya buka di rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun karena rumahnya terendam banjir, ia memindahkan bengkelnya di usaha pakan ternak yang berada di Jalan Kaligawe Raya.
"Bengkelnya tadinya di rumah, di Karangkimpul terus pindah sini, sampai sekarang banjirnya sampai sedengkul," ungkapnya saat ditemui di lokasi, Selasa (28/10/2025).
"Hari ini tadi udah surut, tapi hujan jadi banjir lagi. Banyak motor mogok karena banjir. Biasanya busi mati, kemasukan air. Biasanya satu hari garap 5-6 karena saya cuma berdua," lanjutnya.
Sementara di bengkel milik Elisa (48), tampak pemilik bengkel juga tengah sibuk memperbaiki motor-motor milik pengendara yang mogok saat melintas di Jalan Kaligawe Raya.
Bengkel milik Faizal (25) di Jalan Kaligawe Raya, Kelurahan Karangkimpul, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Selasa (28/10/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng |
"Biasanya sehari ada 10 motor yang servis, kalau imbas banjir ada sampai 20-an lebih yang mogok, motornya mati kemasukan air. Ruang bakarnya kemasukan air karena untuk menerjang banjir," kata Elisa.
Ia mengatakan, beberapa motor mengalami korslet karena lampunya kemasukan air saat dipaksa menerjang banjir. Ia mengaku ada peningkatan pelanggan hingga dua kali lipat di bengkelnya.
"Meningkat bisa dua kali lipat. Kalau cuma mati, bisa dihidupkan, servis harganya sekitar Rp 30-35 ribu," tuturnya.
Sementara salah satu pengemudi ojek yang menarik pelanggan di Jalan Kaligawe Raya, Yanto (50), mengaku sudah mencari nafkah di kawasan banjir itu sejak Kamis (23/10).
Baca juga: Kawasan Kota Lama Semarang Tergenang Banjir |
"Selama banjir ini agak lumayan sedikit lebih banyak (pelanggannya). Saya sering nyari momen, kemarin di konser, terus ini di banjir. Di sini peluangnya banyak penumpang operan dari Terminal Terboyo, angkutan nggak ada, jadi peluang. Biasanya dapat Rp 100 (ribu) ini bisa sampai Rp 200 ribu," ungkapnya.
Ia mengaku, banjir memang membuat mobilisasi para pengemudi ojek menjadi sulit. Namun, karena sudah sering merasakannya, mereka kini sudah mengetahui jalan mana saja yang bisa dilalui saat banjir.
"Untuk mobilisasinya sendiri memang sulit, tapi kita sudah tahu jalan-jalannya supaya nggak kena banjir, kayak lawan arah, yang penting kita jaga keselamatan kita dan orang lain," kata dia.
Ia mengatakan, para pelanggan biasanya minta diantar dari SPBU Karangkimpul Kaligawe ke arah Semarang Kota dengan jaraknya yang memang tak terlalu jauh.
"Ini sudah banjir seminggu, tapi saya dapat peluang ngojek di sini sekitar tiga harian. Kalau saya nawar-nawarin orang yang nggak punya aplikasi. Tarifnya misal ojol (ojek online) Rp 10 ribu, saya Rp 15 ribu," tuturnya.
"Saya di sini nggak tentu, kalau ini tadi kesiangan karena hujan. Harapannya hujan rintik-rintik nggak terang-terang kayak gini terus, karena ojolnya malas keluar, persaingannya jadi nggak terlalu ketat," lanjutnya.
Hal senada dirasakan penjual batagor di Kaligawe yang enggan disebutkan namanya. Ia mengatakan, sudah sekitar seminggu ini dirinya berjualan di Kaligawe.
"Biasanya jualan di sekolah-sekolah, tapi sekolahnya kena banjir, jadi jualan di Jalan Kaligawe. Biasanya nggak bisa jualan di sini karena kendaraannya melintas cepat, ini banjir jadi banyak yang parkirin motornya di sini," kata dia kepada detikJateng.
Penjual asal Majalengka, Jawa Barat itu mengaku, selama berjualan batagor, dirinya mengalami peningkatan penjualan sekitar dua kali lipat.
"Pendapatannya ya lumayan, tapi kasihan sebetulnya warga sini banjir terus. Tahun ini kayaknya yang paling parah, sampai seminggu nggak surut," ungkapnya.
(apu/aku)












































