Banjir masih merendam Jalan Pantura Kaligawe Raya, Kecamatan Gayamsari, dan Kecamatan Genuk, Kota Semarang. Para pemilik usaha pun menjerit rugi karena terpaksa menutup usahanya.
Pantauan detikJateng di Jalan Kaligawe Raya, Kelurahan Karangkimpul, Kecamatan Gayamsari, tampak banjir hingga selutut orang dewasa. Beberapa usaha tampak tutup, sementara lainnya buka tanpa pengunjung.
Salah satunya di warung soto milik Sri (60) dan Sartono (60). Ia mengatakan soto miliknya sudah tutup sejak Rabu (22/10) pekan lalu. Namun, hari ini ia berniat buka karena kondisi sebelumnya sempat surut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tadi malam sudah ndak ada air, kemarin sudah dibersihkan, tapi karena hujan tadi pagi jadi banjir lagi. Banjirnya sampai sepaha," kata Sri kepada detikJateng di lokasi, Selasa (28/10/2025) siang.
"Sebelumnya sudah tutup dari hari Rabu, terus ini pengin jualan malah banjir lagi. Rugi seminggu nggak buka. Tahun kemarin mau Lebaran itu banjir malah lebih tinggi semeja," lanjutnya.
Sri mengatakan karena tak buka selama sepekan, usahanya pun rugi hingga jutaan. Ia berharap hari ini bisa kembali mencari nafkah.
"Biasanya kalau sehari ramai banget, ini rugi jutaan. Kalau selain soto ada BRIlink, tapi juga tutup, nggak ada orang transfer, nggak ada yang mau ambil," tuturnya.
"Tujuh hari kaki terendam banjir. Selama saya di sini banjir terus sebenarnya tapi paling parah tahun ini. Ini lama banget, dampaknya terasa banget nggak bisa cari uang. Biasanya pol dua hari, lah ini tiga hari lagi belum tentu surut," lanjutnya.
Kondisi banjir di Jalan Kaligawe Raya, Kelurahan Karangkimpul, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Selasa (28/10/2025). Pedagang mengeluh rugi. Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng |
Sri yang sudah membuka soto sejak 1996 itu pun selalu merasakan banjir setiap tahunnya. Namun, tahun ini banjir sudah sangat parah.
"Ini banjirnya bertahun-tahun, gimana ini solusinya? Pak Gubernur, Wali Kota yang dulu pasti ninjau, sekarang ndak ada. Katanya ini karena pompa nggak nyala, tapi alasannya itu terus. Ini yang nyala pompa satu tok," ujarnya.
"Lebih mudah memprediksi banjir tahun kemarin, tahun ini hujan sedikit saja langsung banjir segini. 2023 yang parah, 2024 nggak separah ini," lanjutnya.
Rumahnya yang berada di Kampung Gembongsari pun terendam banjir. Ia menyarankan daripada ada program Rp 25 juta untuk tiap RT, lebih baik pemerintah menggelontorkan anggaran untuk menyelesaikan banjir.
"Daripada anggaran Rp 25 juta per RT mending bikin bagaimana caranya supaya nggak banjir. Dulu biasanya banjir sehari dua hari. Ini sampai seminggu baru wali kota ini, dulu nggak kayak gini," ungkapnya.
"Kemarin di Tambak Dalem tanggulnya mau dijebol warga, akhirnya pemerintah kasih pompa, giliran mau demo baru gerak, pemerintahnya kurang peka. Ini juga kalau dijebol sampai kali di samping kayaknya surut, karena lebih tinggi jalan daripada sungai," sambungnya.
Kondisi banjir di Jalan Kaligawe Raya, Kelurahan Karangkimpul, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Selasa (28/10/2025). Pedagang mengeluh rugi. Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng |
Hal senada dirasakan warga asal Semarang Selatan yang bekerja di salah satu bank di Karangkimpul, Aris (40). Sebagai marketing lapangan, ia mengaku kesulitan menjangkau nasabah selama banjir.
"Nasabahnya sekitaran sini. Normalnya sehari bisa ke 15 nasabah, kalau banjir kayak gini kita cuma akses yang bisa kita jangkau. Masalahnya sebagian besar kena, sehari berkurang banyak, jadi cuma 5 (nasabah)," ungkap Aris.
"Banjir kayak gini memang tahunan, tapi kalau bisa kan tiap tahun kondisinya nggak makin parah, kasihan warganya. Selama saya di sini, ini kondisi paling parah tapi tahun ini," lanjutnya.
Aris berharap pemerintah bisa semakin optimal dalam mengupayakan penyelesaian banjir. Menurutnya, perbaikan drainase seharusnya dilakukan sebelum musim hujan.
"Karena pembenahan gorong-gorong mungkin belum optimal pas belum musim hujan. Jadi gorong-gorong belum jadi sudah banjir lagi," tuturnya.
"Harapannya dalam waktu dekat untuk masyarakat kasih bantuan dulu, ke depannya kalau bisa pompanya lebih dimaksimalkan, karena sini kan memang wilayah tahunan banjir. Walaupun saya bukan warga sini, tapi juga terdampak, apalagi masyarakat sini," sambungnya.
Baca juga: Kawasan Kota Lama Semarang Tergenang Banjir |
Sementara salah satu pemilik usaha pakan ternak di Karangkimpu, Ali (42), mengaku pendapatannya turun hingga setengah dibanding saat tak banjir.
"Pendapatannya turun sampai 50 persen karena banjir orang orang jadi males keluar. Ini sudah dirasakan penurunannya dari Rabu, tapi saya nonstop buka terus, tapi memang kurang terus pendapatannya," tuturnya.













































