Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten kembali menggelar Klaten Coffee Festival di Alun-alun Klaten. Masyarakat pun menyambut antusias gelaran ketiga itu.
Pantauan detikJateng di lokasi pada Sabtu (18/10/2025) malam, festival kopi di alun-alun tersebut menghadirkan puluhan tenan mulai dari kopi hingga makanan pendamping. Warga tampak memadati puluhan tenan tersebut. Diketahui, event tersebut berlangsung pada Sabtu hingga Minggu (19/10/2025).
Para pelaku UMKM pun tampak sibuk melayani para pembeli yang silih berganti berdatangan. Bahkan tampak antrean mengular di sejumlah tenan kopi.
Dalam kesempatan tersebut, para pengunjung dapat menyaksikan langsung kebolehan para barista meracik hingga menyajikan kopi untuk para pembeli. Para barista di masing-masing tenan terlihat cekatan meracik sajian kahwa.
Cara penyajian kopinya pun bermacam-macam, mulai dari kopi saring menggunakan V60 hingga espresso. Tak cukup menggunakan varietas kopi tunggal, mereka juga meracik kopi sedemikian rupa seperti mencampurnya dengan susu.
Salah satu tenan menyajikan penyeduhan manual atau manual brew, Ngopidisini. Pemilik Ngopidisini, Angga Purnama, tampak mahir meracik kopi arabika menggunakan metode penyeduhan V60. Hasilnya, Japanese Coffee buatan Angga terasa kaya akan rasa. Kecutnya kopi tersebut terasa lengkap dengan sedikit sentuhan rasa manis buah nanas.
Angga, yang biasa membuka tenan di Mal Pelayanan Publik (MPP) Klaten, Jalan Mayor Kusmanto, Kecamatan Klaten Tengah, bersyukur dengan digelarkan Klaten Coffee Festival. Sebab, dia menilai, gelaran tersebut dapat menggairahkan animo perkopian di Kota Bersinar.
Hadinya banyak tenan kopi di festival tersebut, kata Angga, dapat mengenalkan banyak pelaku kopi di Klaten kepada masyarakat luas, terutama bagi pelaku UMKM.
"Apalagi buat kami yang UMKM seperti ini, kopi keliling seperti ini, bisa lebih dikenal kan. Kan tanya nyeduhnya di mana, karena kami tentatif, beda dengan yang punya warung tetap," jelas Angga saat ditemui di lokasi.
Angga mengaku dirinya sering ditanya pelanggan apakah menyediakan kopi asal Klaten. Dia pun berharap perkebunan kopi di Klaten dapat diperluas untuk memenuhi kebutuhan pasar.
"Ada pasti ada tanya merapi, khas merapi. Karena kita punya lereng merapi kan," jelasnya.
Sementara itu, salah seorang pengunjung festival asal Sleman, DIY, Krisna, rela berkunjung ke acara tersebut lantaran tertarik dengan kopi khas Klaten. Dia merasa event tersebut seru.
"Karena tertarik dengan potensi kopi Klaten bagaimana. Ternyata kopi Klaten itu aromanya khas," ungkap Krisna.
Dia berharap festival tersebut dapat digelar secara berkala agar dapat mengenalkan potensi kopi di Klaten.
"Mungkin bisa dilakukan secara berkala, paling tidak potensi kopi di Klaten bisa dikenal luas oleh masyarakat," harapnya.
Sementara itu, Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo, mengatakan gelaran Klaten Coffee Festival ketiga tersebut semakin meriah dibanding sebelumnya. Pihaknya pun bakal menggelar event tersebut setiap tahun.
"Kami bersyukur sehingga insyaallah event ini akan kita adakan terus setiap tahun dalam rangka agar kemudian industri kopi di Kabupaten Klaten ke depan bisa berkembang," jelas Hamenang.
Selain itu, Hamenang menyebut kopi di Klaten telah berkembang yang awalnya muncul produk kopi Sapu Angin di kawasan Kemalang, kini muncul produk dari Trucuk.
"Kita tahu sudah ada produk kopi Kabupaten Klaten yang muncul. Di atas ada Sapu Angin dan sekarang ada rintisan juga di Kecamatan Trucuk," sebutnya.
Dengan adanya event tersebut, Hamenang berharap, budaya ngopi di Klaten semakin berkembang. Dengan begitu, hal tersebut dapat mendongkrak industri kopi di Klaten.
"Dengan adanya festival ini agar kemudian budaya ngopi ini semakin berkembang sehingga industrinya juga ikut berkembang," katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan Pemkab Klaten, Anang Widjatmoko, menjelaskan event tersebut mengusung tema Peningkatan Potensi Kopi di Klaten. Terdapat 60 tenan yang dihadirkan dalam acara tersebut yang mana 40 tenannya adalah tenan kopi.
"Jadi kami menggandeng ini ada sekitar 60 tenant. Yang kopi sekitar 40," sebut Anang.
Anang menyebut kedai kopi semakin menjamur di Klaten. Sebab itu, dia menjelaskan, potensi kopi di Klaten dapat dikembangkan.
"Ternyata saya tadi merasakan beberapa kopi, walaupun saya sebenarnya jujur tidak penggemar kopi, tetapi malam ini saya nyoba ternyata rasanya ada yang dimatch dengan dawet dan sebagainya. Ini luar biasa," imbuhnya.
Simak Video "Video: Yeay! Insentif Guru Honorer Bakal Naik Jadi Rp 400 Ribu di 2026"
(akn/ega)