Kenalkan! Ompreng Si Pendeteksi MBG Basi Karya Siswi SMAN 2 Cilacap

Kenalkan! Ompreng Si Pendeteksi MBG Basi Karya Siswi SMAN 2 Cilacap

Anang Firmansyah - detikJateng
Kamis, 02 Okt 2025 14:56 WIB
Alat pendeteksi makanan basi yang diberi nama Ompreng hasil karya inovatif dua siswi SMA N 2 Cilacap untuk mendeteksi menu MBG, Kamis (2/10/2025).
Alat pendeteksi makanan basi yang diberi nama 'Ompreng' hasil karya inovatif dua siswi SMA N 2 Cilacap untuk mendeteksi menu MBG, Kamis (2/10/2025). (Foto: Anang Firmansyah/detikJateng)
Cilacap -

Dua siswi SMA Negeri 2 Cilacap berhasil membuat kotak makan pintar yang bisa mendeteksi makanan basi. Kotak makan yang dinamai Ompreng ini lahir dari keprihatinan mereka karena banyaknya kasus keracunan makanan. Oleh pihak sekolah, alat ini dipakai untuk mengecek menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang akan dimakan para siswa.

Adalah Alya Meisya N (16) dan Felda Triana W (16), siswi kelas XI jurusan fisika-matematika yang merancang alat pendeteksi ini. Alat ini tercipta beberapa bulan lalu sebelum maraknya kasus keracunan MBG.

"Kami menciptakan alat ini awalnya itu karena prihatin banyak kasus keracunan makanan. Nah alat ini bisa untuk mendeteksi kebasian makanan, terutama makanan MBG yang dibagikan di sekolah-sekolah. Akhir-akhir ini banyak kasus keracunan yang bikin anak-anak sampai masuk rumah sakit," kata Alya yang diaminkan oleh Felda saat ditemui di sekolahnya, Kamis (2/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alat ini berbentuk seperti kotak makan besar dengan sensor khusus yang terpasang di bagian tutup. Cara kerjanya cukup sederhana. Sampel makanan dimasukkan ke dalam kotak, lalu ditutup dan sensor akan melakukan pembacaan dalam waktu 3 hingga 5 menit.

Setelah didiamkan, akan muncul indikator makanan tersebut basi atau tidak. Jika tidak aman akan muncul tulisan 'terdeteksi'. Di atasnya terdapat tulisan simbol MQ135 untuk indikator pembacaan makanan jenis hewani dan MQ3 untuk indikator makanan jenis nabati.

ADVERTISEMENT

"Itu untuk daging angka indikator 100-400 masih aman di konsumsi. Kalau di atas itu artinya sudah hampir basi. Kalau yang sudah basi angkanya mencapai 1.000. Terus untuk buah-buahan dan sayuran. Yang aman di angka 100-500. Kalau di atas itu sudah mengandung gas yang hampir basi. Sebaiknya tidak dikonsumsi," terangnya.

Alat pendeteksi makanan basi yang diberi nama 'Ompreng' hasil karya inovatif dua siswi SMA N 2 Cilacap untuk mendeteksi menu MBG, Kamis (2/10/2025).Alat pendeteksi makanan basi yang diberi nama 'Ompreng' hasil karya inovatif dua siswi SMA N 2 Cilacap untuk mendeteksi menu MBG, Kamis (2/10/2025). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng

Menariknya, hasil deteksi ini juga bisa dipantau lewat aplikasi berbasis android dengan nama 'Blynk IoT' yang terhubung ke ponsel. Artinya, alat ini bisa digunakan secara praktis dan mobile oleh petugas atau guru di sekolah.

"Jadi koneksinya lewat WiFi. Aplikasi ini bisa terhubung angkanya. Kalau misal sambil menunggu waktu pengecekan bisa ditinggal dan dipantau lewat handphone," jelasnya.

Alya mengatakan alat kreasinya ini bisa membaca makanan dari suhu, warna dan gas. Kedepannya akan disempurnakan lagi agar bisa membaca berbagai macam bakteri berbahaya.

"Jadi alat ini mendeteksi gas yang keluar. Masih mau disempurnakan lagi biar bisa mendeteksi berbagai macam bakteri diantaranya e-coli dan salmonella," ungkap dia.

"Sebenarnya alat ini untuk mendeteksi kebasian tetapi penyebab dari keracunan bisa disebabkan oleh makanan terkontaminasi basi," tambahnya.

Alya dan Felda berujar bahwa alat ini sudah lolos uji laboratorium. Terbukti dengan diraihnya penghargaan tingkat Regional Jateng-DIY pada bulan lalu.

"Alhamdulillah kami dapat juara 2 dalam ajang AHM Best Student (AHMBS) Regional Jateng-DIY 2025 yang digelar Astra Honda Motor secara daring, 11-23 September lalu. Juara 1 nya kalau tidak salah dari Jogja," ujarnya.

Mereka berharap agar alat ini ke depannya bisa menekan kasus keracunan makanan yang belakangan ini marak terjadi. Serta bisa dikembangkan lagi untuk masyarakat Indonesia.

"Harapannya pengin dikembangin lagi bisa bermanfaat bagi masyarakat di Indonesia. Bisa mengurangi masalah-masalah keracunan yang ada di Indonesia," pungkasnya.

Sementara itu, Kepala SMA Negeri 2 Cilacap, Masripah, mengapresiasi capaian dua siswinya itu. Ia menyebut karya inovatif ini lahir dari riset dan menjawab kebutuhan masyarakat.

"Itu karya anak-anak yang berbasis riset. Kami selalu dorong siswa untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar bermanfaat buat masyarakat," kata dia.

Ia juga menyebut sekolahnya mendukung penuh riset-riset seperti ini dengan menyiapkan pembimbing khusus bagi siswa. "Saat ini masyarakat butuh jaminan bahwa makanan MBG itu aman. Dengan alat ini, keyakinan itu bisa lebih terjaga," jelasnya.

Masripah menyebut, alat buatan Alya dan Felda sudah mulai digunakan di sekolah. Sebelum makanan MBG dibagikan ke siswa, sampel akan dicek dulu dengan alat tersebut.

"Iya, kami ambil sampel MBG dulu sebelum dikonsumsi siswa. Kalau misal hasilnya tidak layak, langsung kita hentikan pembagiannya. Semua demi keamanan siswa," ujar dia.




(aku/alg)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads