Dinkes Kabupaten Semarang soal Dugaan Keracunan MBG: Lebih ke Dampak Psikologis

Dinkes Kabupaten Semarang soal Dugaan Keracunan MBG: Lebih ke Dampak Psikologis

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Kamis, 02 Okt 2025 13:05 WIB
Ratusan menu MBG di Rembang ditolak pihak sekolahan lantaran nasi berair, Rabu (1/10/2025).
Ilustrasi MBG. Foto: Mukhammad Fadlil/detikJateng
Semarang -

Kasus puluhan siswa SDN 01 Ungaran, Kabupaten Semarang, yang mengalami gejala mual dan pusing usai menyantap makanan bergizi (MBG) masih diselidiki. Dinas Kesehatan (Dinkes) menyebut hal itu dikarenakan faktor psikologis.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Semarang, Dwi Saiful Noor Hidayat, menyebut masih menyelidiki kasus tersebut. Ia menduga, gejala itu lebih mengarah ke faktor psikologis ketimbang keracunan makanan.

"Baru diambil sampel, kita belum bisa menyimpulkan itu keracunan atau tidak. Dari 4.000 masakan yang disajikan, hanya 20 siswa yang merasakan gejala, dan itu pun satu kelas. Jadi belum bisa dipastikan dari dapur atau dari mana," kata Dwi saat dihubungi detikJateng, Kamis (2/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyebut, para murid kelas 4 SDN 01 Ungaran memakan MBG tersebut usai olahraga, Selasa (30/9). Menurutnya, kemungkinan para murid kelelahan dan ada yang sedang dalam kondisi tidak sehat sehingga merasa pusing.

"Kalau saya katakan itu lebih ke dampak psikologis. Habis makan yang satu bilang pusing, namanya anak-anak kecil (bilang) 'jangan-jangan habis makan', 'aku yo mumet,' mungkin itu yang dirasakan mereka," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Dwi menyebut, tim medis sudah langsung datang ke sekolah dan menangani para siswa. Kondisi mereka, kata Dwi, kemudian dinyatakan baik usai ditangani di UKS Sekolah.

"Setelah diperiksa ternyata nggak apa-apa. Hari itu juga langsung pulang ke rumah masing-masing," tegasnya.

Meski begitu, pihaknya tetap menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk memastikan penyebab pasti kejadian ini. Ia menambahkan, hingga saat ini tidak ada laporan kasus serupa di sekolah lain di Kabupaten Semarang.

"Evaluasi kita menyeluruh, walaupun itu belum tentu penyebabnya dari dapur, ada baiknya semua dapur di Kabupaten Semarang hati-hati. Setiap dapur harus menerbitkan mengajukan surat laik sehat, higiene dan sanitasi. Itu persyaratan kan lebih diperketat," tuturnya.

Dwi juga menyebut saat ini terdapat 28 dapur MBG di Kabupaten Semarang, masing-masing melayani sekitar 3.000 porsi makanan setiap harinya. Namun, belum ada dari mereka yang memiliki sertifikat laik higiene sanitasi (SLHS).

"Kalau yang sertifikasi sekarang baru pengajuan semua, ada sekitar 28 SPPG," tuturnya.

Sebagai langkah antisipasi, Dwi menegaskan Dinkes akan memperketat pengawasan dapur penyedia MBG. Setiap dapur diwajibkan memiliki surat laik sehat, serta memenuhi standar higiene dan sanitasi.

"Mohon untuk SPPG hati-hati, mulai dari pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, ketika bahan itu diracik, ketika memasak, ketika penyajian semua harus hati-hati. Lebih diperhatikan lagi termasuk dalam pencucian alat, transportasi, dan sebagainya," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, puluhan siswa SDN 01 Ungaran, Kabupaten Semarang, mengalami gejala keracunan usai menyantap makanan bergizi gratis (MBG) di sekolah. Dugaan sementara penyebabnya berasal dari puding yang sudah basi.

Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Semarang, Joko Sriyono sudah sempat mengecek ke sekolah, Selasa (30/9/2025). Ia mengaku telah melihat puding berwarna hijau yang sebelumnya sudah dimakan puluhan siswa kelas 4 SDN 01 Ungaran.

"Dugaan sementara waktu itu yang terjadi di SDN 01 Ungaran itu dari pudingnya. Dari puding itu kelihatannya sudah basi, karena saya lihat baunya juga sudah asam. Itu juga yang diambil sampel pemeriksaan di lab," kata Joko saat dihubungi detikJateng, Kamis (2/10).




(apl/alg)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads