Mahasiswa Nggak Happy Jas Almamater Undip Jadi Biru Kobalt, Kenapa?

Mahasiswa Nggak Happy Jas Almamater Undip Jadi Biru Kobalt, Kenapa?

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Kamis, 25 Sep 2025 20:58 WIB
Mahasiswa Undip mengenakan jas almamater berwarna hijau emeral dan biru kobalt di Muladi Dome Undip, Kecamatan Tembalang, Kamis (25/9/2025).
Mahasiswa Undip mengenakan jas almamater berwarna hijau emeral dan biru kobalt di Muladi Dome Undip, Kecamatan Tembalang, Kamis (25/9/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

Warna jas almamater (almet) Universitas Diponegoro (Undip) yang tadinya hijau emerald atau hijau bunglon diganti menjadi biru kobalt. Beberapa mahasiswa mengaku nggak senang dengan perubahan warna itu.

Pantauan detikJateng di Kampus Undip Pleburan, Kecamatan Semarang Selatan, tampak tidak banyak mahasiswa yang mengenakan jas almamater. Hanya ada Erlynda Neleta Sari (22) dan Tania Aurelia (21), mahasiswa D4 Informasi dan Humas, yang tengah bersiap untuk sidang skripsi sehingga memakai almamater.

Erlynda yang mengenakan almamater berwarna hijau emerald itu mengaku merasa beruntung tidak mendapatkan almamater berwarna biru kobalt seperti mahasiswa baru (maba) angkatan 2025. Baginya, hijau emerald atau 'hijau bunglon' sudah menjadi identitas kuat Undip.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menurut aku bagusan yang hijau emerald ini sih daripada biru sekarang. Hijau itu udah kayak Undip banget. Kalau biru tuh pasaran, banyak kampus lain juga pakai," kata Erlynda kepada detikJateng di Kampus Undip Pleburan, Semarang, Kamis (25/9/2025).

ADVERTISEMENT

Menurut Erlynda, saat dirinya masuk Undip angkatan 2021, jas almamater sudah berwarna hijau emerald. Warna itu menurutnya eksklusif karena jarang ada perguruan tinggi lain yang menggunakan warna tersebut.

"Hijau itu udah kayak jadi ikon Undip. Kalau biru itu kayak Udinus, USM. Kita bersyukur banget masih dapat warna hijau. Ini hijau tapi agak biru, hijau bunglon atau hijau emerald, sih," ujarnya.

Mahasiswa baru Undip mengenakan jas almamater berwarna biru kobalt di Muladi Dome Undip, Kecamatan Tembalang, Kamis (25/9/2025).Mahasiswa baru Undip mengenakan jas almamater berwarna biru kobalt di Muladi Dome Undip, Kecamatan Tembalang, Kamis (25/9/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Hal senada dikatakan Raja Rasyid Al Hakiim Harahap (21), mahasiswa Akuntansi Perpajakan angkatan 2023. Ia juga mengaku lebih menyukai almamater lama.

"Aku dapat almet hijau bunglon, yang kelihatan hijau kalau kena matahari, biru kalau di dalam ruangan. Itu elegan, Undip banget. Kalau yang sekarang, jujur, malah mirip sama Udinus atau ITS. Jadi kurang ikonik," kata Raja kepada detikJateng.

Menurut Raja, kelebihan almamater baru memang ada di kualitas bahan yang lebih bagus dan rapi. Tapi jika bicara warna, ia menilai lebih bagus warna almamater 'bunglon' miliknya.'

"Perubahan warna ini terjadi dari tahun 2025, mungkin karena aturan Rektor atau apa aku kurang tahu. Tapi menurutku tetap lebih bagus warna sebelumnya karena memang sudah ikonik di Undip," ujarnya.

"Kalau memang sesuai landasan tertulis, ada pedoman warnanya, aku sih nggak apa-apa. Tapi kalau misalkan kurang ada landasan, aku inginnya kembali ke almet bunglon," lanjutnya.

Sementara itu, mahasiswa Akuntansi Perpajakan angkatan 2023, Aprilia Tri Rahayu (20), bahkan mengaku kaget ketika tahu warna berubah.

"Kasihan angkatan 2025, masuk-masuk langsung beda warna. Nggak ada sosialisasi juga. Tiba-tiba aja ganti," katanya.

Komentar Alumni

Perdebatan ini juga mengundang komentar dari alumni. Alumni Fakultas Ilmu Budaya Undip yang kini jadi Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, mengatakan setiap generasi memang punya pengalaman berbeda dengan warna almamaternya. Ia sendiri meraih gelar Sarjana Sastra Inggris dari Universitas Diponegoro (Undip) pada tahun 1997.

"Setiap zaman punya warnanya masing-masing. Saya dulu pakai biru tua agak dongker. Kalau sekarang kembali ke biru, ya nggak apa-apa, itu keputusan institusi," ujarnya di KHAS Hotel, Kecamatan Semarang Tengah.

Ia pun menyebut punya banyak kenangan selama memakai jas almamater dengan warna biru kobalt yang kini kembali dimunculkan.

"Saya malah masih menyimpan jaket almamater saya, kalau mau saya kasihkan ke yang sekarang bisa. Dan saya bangga banget waktu memakainya," ujarnya sambil tertawa.

Sementara itu, Hendrar Prihadi, mantan Wali Kota Semarang yang menempuh S2 dan S3 di Undip, mengaku ada rasa kehilangan dengan jas almamater hijau emerald yang dulu didapatnya. Hendi sendiri meraih gelar Magister Manajemen Undip (S2) tahun 2002 dan Doktoral (S3) dari FISIP Undip pada tahun 2021.

"Waktu itu tahun 2020 saya dapat yang warna agak kehijauan. Kalau dari pandangan pribadi saya, saya merasa ada yang hilang karena dulu jaketnya warnanya hijau sekarang jadi biru," kata Hendi saat dihubungi detikJateng.

"Tapi semuanya saya kembalikan kepada si aktivitas akademika yang hari ini aktif. Barangkali mungkin mereka punya hal-hal yang sifatnya urgent sehingga harus merubah warna jas almamater," lanjutnya.

Ia mengaku jas almamater warna hijau emerald sudah menjadi kebanggaan tersendiri baginya.

"Nggak usah pakai jas saja kalau kita lulus itu pasti sudah senang, bangga. Apalagi lulusnya dari Undip. Universitas yang top, markotop. Makanya mesti bangga, warnanya waktu itu hijau tua. Makanya ini nggak paham nih, Pak Rektor kenapa?," kata dia.

Penjelasan Kampus

Sementara itu, Wakil Rektor I Undip, Heru Susanto menegaskan, sebenarnya tidak ada pergantian warna. Sesuai statuta Undip yang diatur lewat PP No. 52 Tahun 2015, warna resmi jas almamater memang biru kobalt.

"By rule sebenarnya tidak ada yang berubah. Dalam statuta disebutkan jas almamater Undip berwarna biru kobalt dan di bagian dada kiri terdapat lambang Undip," kata Heru di Kampus Undip, Kecamatan Tembalang.

"Sebenarnya peraturan itu terbit 2015. Tapi sebelum itu, dulu ada SK Peraturan Rektor, dan isinya juga sama sebenarnya. Jadi dalam tatanan praktik pun nggak mengganti warna sebelumnya, hanya mengembalikan sesuai regulasi," lanjutnya.

Menurutnya, warna 'hijau bunglon', 'biru kehijauan', 'hijau emerald' yang sempat melekat selama beberapa tahun terakhir bukanlah kebijakan resmi kampus, melainkan faktor teknis dalam proses pengadaan.

"Jadi pada saat pengadaan jas almamater mungkin mulai 2016-an, bagian pengadaan barang dan jasa barangkali di dalam proses pengadaannya, mencari warna biru kobalt seperti ini agak kesulitan, kemudian dari Undip juga karena berburu waktu, oke deh," jelasnya.

Halaman 2 dari 2
(afn/alg)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads