Jauh-jauh Pengagum Asal Jepang Bangun Taman Gesang di Solo tapi Kini Telantar

Jauh-jauh Pengagum Asal Jepang Bangun Taman Gesang di Solo tapi Kini Telantar

Tim detikJateng - detikJateng
Rabu, 24 Sep 2025 10:08 WIB
Monumen Gesang di Solo Safari tampak tak terawat. Foto diunggah Senin (22/9/2025).
Monumen Gesang di Solo Safari tampak tak terawat. Foto diunggah Senin (22/9/2025). Foto: dok. DPRD Solo.
Solo -

Kondisi monumen Tirta Gesang atau Monumen Gesang di Kawasan Solo Safari cukup memprihatinkan. Monumen yang dibangun oleh para pengagum Gesang dari Jepang itu nampak terbengkalai dan tak terawat.

Di sekeliling monumen yang berada di sisi timur Solo Safari itu tertutupi rumput ilalang yang tumbuh subur. Pantauan detikJateng, Selasa (23/9/2025), Monumen Gesang berada di pojok jalan akses keluar. Pengunjung Solo Safari yang ingin melihat Monumen Gesang harus memutar.

Monumen Gesang berada di dekat kantor Perumda Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) dan Bengawan Solo Park milik Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS). Saat ini di Monumen Gesang hanya menyisakan patung setengah badan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait dengan kondisi monumen yang memprihatinkan itu, pihak keluarga maestro keroncong Gesang Martohartono sangat menyayangkannya. Keponakan Gesang, Yani Effendi mengatakan, saat peresmian monumen tersebut tidak hanya patung Gesang saja. Namun lengkap dengan tribune untuk bermain keroncong dan ada ucapan selamat datang dengan tulisan bahasa Indonesia dan Jepang.

"Menyayangkan sekali sebenarnya, kan banyak ilalang ya, cuman patung sendiri sudah nggak ada apa-apa kan. Dulu tribune untuk penonton terus panggung untuk main keroncong sama gazebo, ada tulisan selamat datang juga bahasa Indonesia dan Jepang," terang Yani ditemui di kediamannya di Kampung Kemlayan, Selasa (23/9).

ADVERTISEMENT

Kondisi ini jelas membuat pihak keluarga kecewa. Ia merasa seperti Gesang sebagai maestro keroncong tak dihargai.

"Ya kita menyayangkan dari pihak keluarga, kok seolah-olah Pak Gesang nggak ada harganya," ungkapnya.

Yani menceritakan, monumen Gesang itu terutamanya patung Gesang dibuat sekira tahun 90-an oleh orang Jepang yang mengagumi Gesang. Yani menyebut, orang Jepang itu bernama Hirano Widodo.

"Jadi dulu kayak foundation Negara Indonesia dan Jepang, kan yang mengagumi Pak Gesang dari Jepang membuat patung berwujud Pak Gesang tahun 1991 atau 1990-an," bebernya.

Pembuatan monumen itu, kata Yani merupakan wujud kecintaan Hirano terhadap Gesang. Bahkan, kata dia, Gesang beberapa kali tampil di Osaka, Jepang.

"Ya kecintaannya dengan Pak Gesang. Itu orang-orang Jepang itu sempat bikin yayasan dan Pak Gesang sering ke Jepang diundang ke sana, ke Osaka itu sering," tuturnya.

Namun seiring berjalan waktu, pengelolaan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) ini beralih ke pihak swasta, seiring berubahnya fungsi kawasan. Menurutnya, sejak saat itu, perhatian terhadap area tersebut dinilai menurun.

"Mungkin konsepnya nggak nyambung ya. Kebun binatang dan tempat budaya keroncong, jadi kurang sinkron," ujarnya.

Pihak keluarga pun berharap agar pemerintah kota, termasuk Wali Kota Solo, bisa memberikan perhatian lebih. Bahkan jika lokasi saat ini dianggap tidak cocok, keluarga mengusulkan agar patung dan fasilitas taman dipindahkan ke tempat yang lebih layak.

"Kalau misalnya di Jurug nggak berkenan, ya dipindah saja. Misalnya ke sebelah selatan jembatan Jurug, kan ada taman terbuka yang bisa dimanfaatkan," terang Yani.

Menurutnya, pelestarian warisan Gesang tidak hanya penting untuk keluarga, tapi juga bagi masyarakat dan sejarah musik Indonesia.

"Selama ini warga nggak pernah diajak komunikasi soal ini. Kita prihatin, seolah-olah nggak dihargai," pungkasnya.

Solo Safari Angkat Bicara

Terkait dengan hal tersebut, General Manager (GM), Solo Safari, Yustinus Sutrisno, mengatakan pengerjaan Monumen Gesang menunggu dana Corporate Social Responsibility (CSR). Ia menuturkan pengerjaan Monumen Gesang masuk ke pembangunan tahap ketiga.

"Monumen Gesang sudah masuk dalam perencanaan, tapi kami masih menunggu CSR, masuk ke pembangunan tahap tiga," kata Trisno dihubungi detikJateng, Selasa (23/9).

Trisno menyampaikan di tahapan tiga ini pihaknya akan concern pada Monumen Gesang. Meskipun, masih ada area kolam bermain air dan Bengawan Solo Park yang belum tersentuh.

"Kolam keceh dan Bengawan Solo Park masih ada kerja sama dengan pihak lain, dengan TSTJ. Kalau itu sudah selesai diserahkan ke kita barulah nanti dipikirkan kira-kira apalagi yang bisa kita buat di area itu. Karena area lainnya saat ini boleh dibilang sudah sudah terisi," ungkapnya.

Di sisi lain, Trisno mengatakan pihaknya sudah mengantongi gambar untuk revitalisasi Monumen Gesang. Pihaknya juga sudah menyerahkan Detail Engineering Design (DED) tersebut ke DPRD Solo.

"Kemarin kita kita sounding ke Pak Sugeng yang dari DPRD Komisi 4 kemarin sudah kita presentasikan dan beliaunya juga cukup mengapresiasi apa yang sudah kita rencanakan gitu," pungkasnya.




(apl/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads